//Satu.

6 4 0
                                    

Cinta itu seperti angin. Kau tak dapat melihatnya, tapi kau dapat merasakannya.

•••••

Senja telah berganti malam, namun jalanan kota masih sangat ramai.

Seorang gadis berjalan melintasi trotoar dengan masih mengenakan seragamnya, sepertinya gadis itu baru pulang dari sekolahnya.

Tapi anehnya kenapa seorang siswi SMA bisa pulang malam-malam?.

Gadis itu berhenti di sebuah tiang lampu merah. Tepatnya di sebelah penjual otak-otak.

" Kang pesan otak-otaknya satu di bungkus ya. " kata gadis itu seraya duduk di sebuah kursi plastik yang telah di sediakan.

" Oke neng. " Sahut tukang otak-otak itu.

Gadis itu duduk sambil melihat akang penjual yang sedang membuat otak-otak pesanannya.

" Kang malem-malem begini kenapa masih jualan?. " Tanya gadis itu polos.

" Mau gimana lagi atuh neng, dagangan akang masih sisa banyak. Kalo dibuang ntar mubazir. " Kata sang penjual.

Gadis itu hanya mengangguk-angguk kepalanya. Tak menunggu waktu lama pesanan otak-otaknya pun jadi, gadis itu lalu membayar pesanannya.

" Berapa kang?. "

" Sepuluh ribu aja neng. "

" Nih kang. " Kata gadis itu seraya menyerahkan dua uang kertas. Yang satu berwarna merah dan satunya lagi berwarna biru.

Tukang otak-otak itu terkejut saat melihat nominal uang tersebut. " Kebanyakan atuh neng, saya kan cuma bilangnya sepuluh ribu. " Kata si akang.

" Ambil aja kang, saya ikhlas kok. Habis itu akang langsung pulang, kasihan keluarga akang pasti nunggu di rumah. "

" Tapi ini kebanyakan atuh neng. " Kata si akang berusaha menolak.

" Nggak papa kang ambil aja. " Paksa si gadis.

Akhirnya penjual otak-otak itu mau menerima uang dari si gadis.

" Makasih ya neng. Semoga amal ibadah si Eneng teh diterima sama sang kuasa. "

" Iya kang, sama-sama. " " Makasih ya kang otak-otaknya. " Setelah mengucapkan terimakasih, gadis itu kembali berjalan dengan santainya.

Namun belum sebentar ia berjalan, langkahnya terhenti saat mendengar suara si penjual otak-otak.

" NENG NAMANYA TEH SIAPA?. " tanya si penjual otak-otak dengan berteriak karena jaraknya yang lumayan agak jauh.

" NAMA SAYA STELLA. S T L L A. STELLA!!. " jawabnya ikut berteriak seraya mengeja namanya, takut si akang salah dengar.

Si penjual otak-otak mengacungkan jempolnya ke atas pertanda mengerti. Gadis bernama Stella itu tersenyum dan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

•••••

Langkah Stella berhenti di sebuah gedung rumah sakit. Ia berjalan memasuki gedung dan melewati lorong-lorong yang dilewati beberapa perawat.

SCREAM 【HIATUS 】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang