02

11 2 4
                                    

Jangan lupa untuk menekan bintang di kiri bawah sebelum lebih masuk lagi.

So, selamat membaca sayangkuu

Pepohonan yang menjulang tinggi, udara yang sejuk serta suara aliran sungai yang damai menambah kesan asri pedesaan di daerah Bogor. Sekarang pukul setengah lima sore, tapi udara masih sangat sejuk, tidak seperti di Jakarta atau kota kota lain yang sudah dipenuhi polusi kendaraan.

Menghirup nafasnya dengan mata yang terpejam menikmati pedesaan yang sangat jauh dari hiruk pikuknya kota. Lalu membuka matanya lagi menatap teman temannya yang sedang menatapnya dari atas sampai bawah.

"Lo berdua kenapa liatin Gue kaya gitu? Ada yang salah sama penampilan Gue?"

"SALAH!" Pekik Galih membuat Shananda dan Nidya terlonjak kaget.

"Anjir Lo kenapa sih? Ngagetin aja tau gak?" sinis Shananda menatap jengkel pria jangkung di hadapannya ini.

"Penampilan kamu Nda, ini Celana sobek sobek kaya gak ada celana lain aja." Komentar Galih yang membuat Shananda menatap penampilan dirinya sendiri dari baju sampai celana.

Ah Shananda lupa bahwa ia bukan lagi berada di perkotaan. Tetapi ia harus bagaimana? Semua pakaiannya adalah pakaian yang sering Shananda gunakan sehari hari dirumahnya yang dulu.

Saat ini ia memakai Tank Top Crop berwarna hitam dengan dilapisi dengan Cardigan yang digunakannya saat ia menuju ke Bogor. Dan bawahnya ia menggunakan Jeans longgar sobek, yang dimana sobeknya sampai mengenai bagian paha. Ia membiarkan angin menerpa kulit perutnya yang tidak tertutup.

Ah iya lupa. Saat ini Shananda bukan lagi berada di perkotaan yang bebas memakai baju, bagaimanapun bentuknya. Tetapi apa salah? Ini penampilannya, ini pakaian yang membuat dirinya nyaman menggunakannya. Dan outfit setiap harinya pun seperti ini.

"Ini penampilan Gue Gal, kalo Lo gak suka sama dandanan Gue, Lo bisa tutup Mata Lo atau lebih bagus juga Lo nggak temenan lagi sama Gue." Ucapan Shananda membuat Galih membelalakan matanya. Bukan itu maksud Galih

"Nggak Nda, maksud aku itu, kamu kan perempuan. Jaga penampilan kamu, jaga aurat kamu. Kamu gak malu tubuh kamu di liatin sama cowo?"

"Yaa I Know. Gue paham kalo Gue ini perempuan. Tapi satu hal yang harus Lo tau, hijrahnya seseorang itu berasal dari hati bukan paksaan dari orang. Gue bakal ubah penampilan Gue, tapi bukan sekarang. Gue harus banyak kumpulin niat biar Gue gak bakal lepas hijab Gue lagi." Jelas Shananda

"Udah dong. Kalian kenapa berantem sih? Kalau kalian terus berantem, kapan kita ke sungainya. Udah makin sore." Lerai Nidya kepada keduanya.

Shananda menghembuskan nafasnya. Kemudian kembali berjalan menusuri jalan setapak menuju sungai.

⚫⚫⚫⚫

Cahaya matahari kini sudah di gantikan oleh sinar bulan yang masih malu malu menampakan dirinya. Shananda tidak menyangka bahwa angin malam akan sedingin ini, ia mengeratkan cardigan yang dipakainya. Walaupun itu sia-sia. Karna bahan tipis itu juga ikut basah. Ia menatap jengkel pria yang juga basah sama sepertinya, yang terlihat biasa saja.

Merasa di perhatikan, Galih menatap Shananda, "kamu kenapa Nda? Marah sama aku?"

"Gue kedinginan anjir. Gara-gara Lo ceburin Gue, sekarang Gue basah kuyup. Mana dingin lagi." Cetus Shananda yang membuat Galih tertawa.

"Hahaha. Maaf Nda, aku sengaja." Shananda memutarkan bola matanya malas.

"Eh Nid, toko seblak di sini yang enak dimana ya? Lo berdua anterin Gue aja, Ntar Gue traktir deh." Kata Shananda membuat Nidya dan Galih bersorak senang.

ShanandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang