04

10 1 0
                                    

Selamat Membacaaa!!!

8 bulan berlalu semenjak kejadian, dimana Adi tiba tiba berubah menjadi bijak sekali. Dimana ia, memilih untuk tinggal bersama Ibunya. Awalnya ia merasa bahwa itu adalah keputusan yang tepat, tapi entahlah beberapa minggu ini, ibunya sedikit berbeda.

Dimulai dari kosakata ucapan kepada dirinya, yang biasanya Serlia memanggil dirinya 'Nda' atau tidak 'Kamu'. Kini berubah menjadi 'Gue-Lo'. Shananda masih berfikir positif, mungkin saja itu dikarenakan Serlia memliki darah Betawi yang dimana selalu menggunakan kata 'Gue-Lo' kepada anak sendiri. Right?

Hari ini, kebaya berwarna Nude sudah melekat di tubuh langsingnya. Rambut hitamnya yang digulung memperlihatkan leher jenjangnya. Dengan polesan Make-Up tipis menambah kesan manis di wajah cantiknya. Serta flatshoes di kakinya.

Hari ini adalah hari dimana Shananda tunggu tunggu. Hari kelulusan. Ya, semenjak ia lebih memilih untuk tinggal bersama Serlia, lusa nya ia dikirim ke sekolahan yang sama dengan Regan dan Nidya oleh ibunya.

Regan dan Nidya yang sudah menunggu Shananda di teras rumah Neneknya, berdecak kagum saat melihat penampilan Shananda saat ini. Mereka merasa pangling dan hampir tidak mengenali Shananda, jika mereka tidak ingat bahwa kini mereka sedang berada di kediaman Nenek dan Kakek Shananda.

"Kamu cantik banget Nda. Nggak nyangka kamu bisa cantik juga." Puji Galih membuat Shananda membulatkan matanya.

"Heh! Lo kira Gue apaan yang gak bisa cantik. Gue perempuan ya Gal, pasti semua bisa cantik." Berbulan bulan tinggal di desa, tidak bisa merubah logat bahasa Jakartanya.

"Engga semua Nda, ada cewe jelek yang duduk di pojok kiri ituu, tau gak? Yang pake kacamata ituu." ujar Galih

"Semua perempuan cantik, gak ada yang jelek. Bisa jadi aja, bukan cantik fisiknya tapi hatinya. Cantik nggak melulu tentang wajah putih glowing kok. Percuma kan cantik kalo hatinya buruk, prilakunya buruk. Terus inget kata kata ini 'Don't Judge a book by its cover' paham kan maksud aku Gal?" Terang Nidya membuat Galih dan Shananda kicep di buatnya.

"Aku tau aku bijak, tapi gak usah gitu juga kali liatinnya." Tegur Nidya seraya terkekeh. "Hayuk ah. Kalo ngobrol terus kapan sampenya?"

"Bentar. Sebelum berangkat, kita selfi dulu yuk. Buat di jadiin ikon Grup. Delapan bulan bikin Grup, tapi gak ada ikonnya sama sekali." Ajak Galih membuat ketiganya tertawa.

Awalnya, mereka hanya Selfie. Merasa tidak puas, kemudian Shananda memanggil kakak sepupunya, Devi, untuk memotret ketiganya. Yang di terima dengan semangat oleh Devi, karna itu termasuk salah satu hobinya, Fotografer.

Pose yang dimulai dari pose Formal, kemudian saling merangkul dan masih banyak lagi pose yang mereka bertiga lakukan. Sampai teriakan Adi membuat mereka berhenti.

"WOY LO BERTIGA! DATENG TELAT MAMPUS LO!"

⚫⚫⚫⚫

Hari yang melelahkan Shananda telah selesai. Saat ini ia sedang berada di gerobak Mie Ayam sendirian. Sedangkan Galih dan Nidya lebih memilih untuk ke kedai seblak dulu, kedai seblak yang sama waktu itu. Karena lokasinya yang dekat dengan sekolahan.

Satu porsi Mie Ayam yang dibungkus sudah berada di tangannya, setelah ia memberikan uang kertas berwarna hijau kepada pedagang Mie ayam. Setelah menerima kembalian, ia kemudian berlalu dari gerobak Mie ayam menuju Mobil ibunya yang terparkir di sebrang jalan.

Meletakan Mie ayam itu di Dashboard mobil, dan segera melajukan mobilnya menuju ke gang rumah neneknya.

⚫⚫⚫⚫

ShanandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang