2

1.2K 112 0
                                    

"Liu An!"

"..."

"Liu An!"

"..."

"Liu An jika kau tak mendengar kelasku kau boleh keluar sekarang juga."

Liu An tersentak kaget ketika Merasakan sakit dari pergelangan tangannya. Setelah menoleh kesamping ia segera mendapati guru fisikanya berdiri disampingnya dengan sebuah rol kayu ditangannya.

Sial!

Liu An menatap Guru Su dengan senyum canggung, seumur-umur ini baru pertama kalinya ia mengalami situasi yang sangat memalukan seperti ini didalam kelas.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Maaf bu."

"Aku tanya apa yang kau pikirkan?"

"Hanya.. umm hanya itu.."

"Sudahlah walaupun kau tak menjawab aku sudah tahu apa jawabannya." Guru Su mendengus kesal. Dua tahun menjadi guru Fisika dan ditambah satu tahun menjadi wali kelasnya ia sudah hafal diluar kepala bagaimana tabiat Liu An selama ini, "kau jawab pertanyaan yang ada di papan tulis."

Liu An mengangguk kaku, "Bu pertanyaan yang mana?"

Mata Guru Su lebih tajam,  "semuanya."

Berdiri dari duduknya Liu An segera menyelesaikan tiga pertanyaan fisika dipapan tulis dengan cepat. Di kehidupan sebelumnya ia paling menyukai pelajaran Matematika. Walaupun tidak sebagus matematika, setidaknya nilai fisikanya masih teratas dari siswa lainya.

Seisi kelas mendadak diam, bahkan Guru Su yang sudah berniat membuka mulutnya memarahi sekarang memilih menatap muridnya dengan tak percaya.

Lalu ketika selesai melihat jawaban gadis itu ia lebih tidak percaya lagi. "Semua jawabnmu benar walaupun aku tahu ini hanya sebuah kebetulan." Guru Su berujar dengan sedikit kepuasan didalamnya.

Liu An menghela napas, setelah meletakkan kembali kapur yang digunakannya ia bersiap duduk kembali di kursinya. 

Sayangnya dia melupakan sikap disiplin dari Guru Su. Ketika pantatnya baru saja mendarat tiba-tiba saja suara tegas guru tersebut terdengar menggelegar ke seisi kelas. "Siapa yang menyuruhmu duduk? Sekarang sebagai hukumannya kau bersiri di belakang kelas!"

"Tapi-"

"Lagipula siapa yang menyuruhmu sebelumnya mengabaikan kelasku!"

"Baik guru." Liu An menghela napas lalu dengan senyum palsu yang tercetak di wajah manisnya ia dengan segera berjalan menuju belakang kelas.

Setelah berdiri dibelakang, bukannya kembali fokus Liu An malah kembali linglung. Pasalnya dia baru sadar jika protagonis wanita dan antagonis pria berada di kelas yang sama dengannya. Liu An melihat laki-laki tampan yang duduk di barisan paling belakang lalu berpindah pada gadis anggun yang duduk di barisan paling depan dekat dengan pintu.

Mereka sangat cantik dan tampan, untuk menjadi tokoh utama dalam novel ini penulis memang tidak mengecewakan ekspetasinya tentang rupa mereka.

Menghabiskan waktu untuk memperhatikan dua tokoh utama dalam novel yang ia jalani Liu An tak sadar jika Guru Su telah keluar dari kelasnya.

"Liu An kau luar biasa!!"

Liu An menatap gadis ceroboh yang bicara dengan heboh dengannya. Gadis itu sahabat pemilik asli, dengan kepribadian yang sangat hidup.

"Apa yang salah?"

"Kau menyelesaikan soal Fisika secepat itu? Hei, Padahal sebelumnya kau tak mampu menjawab satu pun." Gu Shi menjawab dengan penuh semangat.

Second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang