4

762 88 0
                                    

Jiang Xi membereskan semua buku-bukunya yang berserakan di lantai. Entah sudah terbiasa atau memang tidak merasakan apapun laki-laki itu tak menangis ataupun mengulurkan ringisan akibat banyaknya memar di tubuhnya.

Setelah semuanya masuk kembali kedalam tasnya ia Segera keluar kelas. Sekolah sudah selesai dua jam yang lalu, dengan lorong yang cukup sepi dia berjalan santai menuju tempat supirnya berada.

"Tuan muda!" Paman Wang segera membuka pintu mobil ketika melihat tuan mudanya mendekat

"Ayo pulang." Jiang Xi melemparkan tas sekolahnya kepada supirnya lalu masuk kedalam mobil terlebih dahulu.

"Baik Tuan."

Setelah duduk di kursi kemudi Paman Wang segera menjalankan mobilnya menjauhi area sekolah. lagi-lagi melihat bagaimana tuannya kembali dengan penuh luka dia hanya bisa tersenyum pahit, sejak tuannya masuk sekolah menengah atas dia tak pernah pulang dengan keadaan yang baik-baik saja. Jika saja tuannya dan orang tua itu tidak melarangnya kemungkinan ia sudah lama mencari anak-anak nakal yang selalu menganggu tuan mudanya.

"Paman Wang kita kerumahku!" Jiang Xi berucap dengan mata tertutup.

"Tapi Tuan besar dan nyonya kembali hari ini, Tuan."

"Paman jangan minta aku barkata untuk kedua kalinya." Mata dengan pupil bewarna hitam legam itu terbuka dengan tatapan yang sangat tajam.

Jika siswa dari sekolahnya melihat tampilan Jiang Xi sekarang siapa yang akan berani mengatakannya pengecut?! Jelas jelas hanya dengan tekanan yang baru saja dikeluarkanya membuat orang-orang akan memilih mengambil jarak aman dari laki-laki itu.

Paman Wang mencengkram kemudi hingga tangannya memutih, "baik tuan." Balasnya dengan tenang.

Mendengar balasan sopirnya Jiang Xi menutup matanya kembali. Siapa yang bilang ia hanya diam ketika para bajingan itu melukainya. Qi Lin, antek-anteknya, bahkan seluruh siswa di sekolah ia akan mengingat semuanya. Jiang Xi meremas tangannya tampa sadar, suatu saat ia akan membuat mereka semua dalam genggamannya.

Beberapa saat kemudian genggamannya mengendur, entah kenapa pikirannya melayang kejadian dua jam yang lalu dimana suara teriakan seorang gadis memanggil namanya. Siapapun gadis itu ia harap Qi Lin tidak ikut berbalik mengganggunya.

.

.

Dan gadis yang dipikirkan Jiang Xi sekarang tertawa tampa beban bersama saudara dan kedua orangtuanya. Liu An menatap keluarganya dengan hangat, sedari awal ia menginginkan apa yang namanya keluarga. Dan sekarang dengan mengisi tubuh Liu An yang asli ia mendapatkan semuanya bahkan lebih dari yang diharapkannya.

"An An pakai ini." Rong Yu menyerahkan sebuah dress yang sangat indah kepada Liu An,

Liu An menerimanya dengan senang hati. Namun melihat harga yang tertera pada labelnya ia tercengang, "bu ini terlalu mahal!!"

Ia tahu jika keluarga Liu termasuk keluarga pembisnis yang sangat layak diperhitungkan dan cukup terpandang di kota ini, walaupun tidak menduduki posisi puncak setidaknya keluarga mereka tidak bisa dianggap remeh.

Liu An yang sebelumnya tidak memikirkan seberapa kayanya keluarganya sekarang mendadak tercengang, mereka tinggal bukan di rumah-rumah mewah layaknya keluarga kaya di kota ini. Mereka hidup cukup sederhana, bahkan dirumah ini mereka hanya memiliki satu sopir dan satu pelayan.

Mungkin sebuah kiasan jangan lihat sesuatu dari covernya memang berlaku untuk keluarga ini. Dari luar rumah mereka hanya rumah bergaya biasa dengan dua lantai, namun jika masuk kedalam kita bisa melihat bagaimana mewahnya perabotan rumah yang tertempel di dinding atau barang-barang antik yang menjadi hiasan rumah.

Memikirkannya Liu An segera merinding, beruntung Liu An yang asli tidak terlahir sombong atau tidak seperti gadis kaya generasi kedua diluar sana. Setidaknya selain prilakunya yang mengagumi laki-laki tampan tidak dapat tertolong lagi dan malas belajarnya dia tak memiliki keburukan lainnya.

"Sejak kapan kau memikirkan harganya?" Liu Yan mencibir. Biasanya adiknya akan menggunakan apapun layaknya pakaian biasa.

Liu An memolototi kakaknya dengan mata bulatnya lalu tersenyum kembali pada ayah dan ibunya, "terimakasih Yah Bu." Ucapnya tulus.

Liu Wei adalah kepala keluarga yang hangat, meletakkan keluarga diatas segalanya melihat keluarganya berkumpul bersama dan bagaimana putrinya mengucapkan terimakasih dengan tulus ia melebarkan senyum hangatnya.

"Kau tak perlu berterima kasih. Kalian berdua jarang meminta apapun kepada kami. Kami tak tahu harus membeli apa jadi kami hanya membelikan ini untuk kalian berdua."

Liu An mendapatkan dress baru sedangkan Liu Yan mendapatkan jam tangan baru. Sedari awal karna semua kebutuhan mereka berdua sudah terpenuhi kedua bersaudara itu tidak pernah meminta lebih. Jika mereka menginginkan sesuatu yang baru, sebelum mereka mengajukan keinginan semuanya sudah tersedia. Jika mereka menginginkan makanan mewah Ibu Liu yang memiliki ketrampilan memasak melebihi apapun akan dengan senang hati membuatnya.

"Ini cukup." Jawab Liu Yan dan diikuti anggukan oleh Liu An.

Liu Wei dan Rong Yu saling bertatapan dengan senyum lebar, mereka sangat beruntung memiliki anak yang sangat patuh dan baik seperti Liu An dan Liu Yan. Tidak seperti anak muda diluar sana anak mereka lebih memilih mengahabiskan waktu bersenang-senang dirumah.

Mengingat apa yang akan disampaikannya Liu An menatap keluarganya dengan serius, "Yah, Bu, Saudara aku ingin mengatakan sesuatu."

Semua keluarga Liu menatap Liu An yang berubah menjadi serius sedikit heran, sejak kapan gadis liar itu berubah seserius ini? Atau lebih tepatnya sejak kapan gadis itu bisa menjadi orang yang serius?

"Apa itu?" Liu Wei terlebih dahulu bertanya.

"Aku akan belajar dengan sungguh-sungguh!!"

"..." Liu Yan

"..." Liu Wei

"..." Rong Yu

Semuanya mendadak hening, Liu An mengerutkan keningnya bingung, "apa? Kenapa tidak berbicara?"

Liu Wei terlebih dahulu sadar, dengan senyum yang menggambarkan ketidak percayaan ia berkata, "bagus kau sudah dewasa."

"Benar An An ibu mendukungmu! Jika kau membutuhkan sesuatu untuk membuatmu tetap fokus belajar katakan saja." Rong Yu membelai rambut putrinya.

Liu Yan tetap diam tapi senyum ketidak percayaan sama seperti Liu Wei terpampang jelas di wajah tampannya.

Mereka tahu bagaiman payahnya Liu An dalam belajar dan bagaimana prilaku Liu An selama ini.

"Aku sungguh-sungguh!!"

"Ya kami percaya!" Rong Yu menganggukan kepalanya berkali-kali.

"Jangan belajar terlalu keras!" Liu Wei ikut menambahkan.

Liu An segera berkedut, bahkan ia belum memulai?! Dari mana kata jangan belajar terlalu keras itu berasal!

"Ayah benar, jika kau tak sanggup belajar kami masih bisa membesarkan mu." Bahkan Liu Yan yang selalu meremehkan adiknya ikut buka suara.

Liu An menelan ucapan yang akan dia lontarkan kembali, apapun itu ia rasa apa yang akan diucapkannya akan sia-sia sekarang, sampai mulutnya berbusapun mereka tidak akan percaya, lebih baik ia membuktikannya dengan tindakan.

Lagi pula ia mengatakan ini karna tidak mau keluarganya mendadak syok melihat nilainya nanti.

Second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang