7

705 91 2
                                    

"Apa yang baru saja kau lakukan bodoh?!"

"Apa?" Liu An menatap saudaranya dengan kesal. Sedari tadi saat mereka berada di dalam mobil Saudaranya tidak pernah buka suara. Dan sekarang ketika mereka berada dirumah dia malah meneriakinya!!

"Untuk apa kau menolongnya?!" Liu Yan kembali berteriak.

Liu An mengerutkan keningnya bingung setelah paham apa yang dimaksud saudarnya ia bertanya lagi, "maksudmu Jiang Xi?"

"Siapa lagi?! Sekarang jelaskan padaku apa yang kau lakukan!"

"Aku hanya menolongnya."

"Tidak tahukah kau akan berurusan dengan siapa setelahnya?"

"Aku tahu, aku bisa melawan Qi Lin."

"Kau perempuan Liu An!" Liu Yan semakin geram.

"Apa salahnya jika aku perempuan. Aku tetap bisa melawan dia. Saudara kau tidak lupa kan jika aku bisa beladiri."

"Liu An, kau sendiri dan sekarang kau kau ingin menolong dia? Jika tidak kau yang terluka maka dia yang terluka!"

"Aku bisa!!"

"Kau tidak! Menjauhlah darinya!!" Mendadak suasana semakin memanas, bahkan bibi Wang dan Paman Wang menyurutkan niatnya untuk melerai.

"Tidak."

Liu Yan menatap kekerasan kepalaan adiknya, setelah mengehala nafas panjang ia kembali bertanya namun sekarang menggunakan nada yang lebih lunak, "katakan padaku kenapa kau mau menolongnya sekarang?"

Liu An ikut menenangkan dirinya lalu menjawab, "aku sudah melihat pembullyan Jiang Xi selama ini. Semakin hari semakin parah, apalagi dalam minggu ini dilakukan secara terang-terangan."

"Jadi kau menolongnya karna kasihan?"

"Umm. Kau tidak melihatnya karna kau berada di gedung yang berbeda dengan kami, sedangkan aku sudah melihatnya selama ini." Liu An menjawab setengah jujur setengah berbohong.

"Baik. Kau tahu Qi Lin?"

"Aku tahu, dia tuan muda keluarga Qi."

"Kau tahu keluarga Qi lalu kenapa kau masih mau melawannya."

Mendengar pertanyaan kakaknya, Liu An mendadak jengkel, "apa yang salah? Keluarga kita sama dengan keluarga Qi. Bahkan keluarga kita masih lebih baik daripada mereka." Jawabnya dengan decakan kesal.

"Sekarang kau mau mengandalkan keluargamu?"

"Tidak. Kau yang bertanya dengan menyangkut pautkan keluarga Qi. Aku tidak takut dengan keluarga Qi, bahkan tampa mengandalkan keluarga aku bisa menjaga Jiang Xi."

Liu Yan memandang adiknya dengan remeh, "Kau terlalu per—"

"Tak masalah. An An lakukan apa yang ingin kau lakukan, ckck apa itu keluarga Qi? Jika aku mau aku bisa menjatuhkan mereka." Sebelum Liu Yan selesai berbicara suara yang sangat familiar memotong terlebih dahulu.

"Ayah!!" Liu An dan Liu Yan menoleh kearah pintu masuk, disana Liu Wei berdiri dengan senyum hangatnya.

"Apa? Jika kau tak mau melibatkan nama keluarga maka ayah yang akan melibatkan diri denganmu." Ucap Liu Wei sambil berjalan kearah kedua anaknya.

Liu An tersenyum cerah, ia tahu jika ayahnya adalah yang terbaik.

"Kenapa ayah pulang lebih cepat?" Liu Yan melihat ayahnya kesal.

"Bocah bau jika aku tidak pulang bukankah kau akan terus bertengkar dengan anakku?" Jawab Liu Wei sambil menarik Liu An kesampingnya.

Liu Yan mengabaikan ucapan ayahnya lalu kembali bertanya, "siapa yang memberitahumu kalau kami dirumah."

"Itu ibu." Rong Yu keluar dari kamarnya, ia menatap Liu Yan dengan tangan dilipat di dada. "Seharusnya aku yang bertanya kenapa kau pulang sekolah lebih awal? Dan kenapa kalian berdua bertengkar setelah tiba dirumah?"

Liu An melihat ibunya dengan tak percaya, siapa yang akan menyangka jika dia berada dirumah?

"Ibu?" Tak hanya Liu An, Liu Yan juga sedikit bingung.

"Cepat jelaskan apa yang terjadi." Rong Yu menatap kedua anaknya bergantian. Liu An dan Liu Yan saling bertatapan, jika mereka tak buka suara bisa dipastikan masalah akan bertambah besar.

Dengan paksa Liu An menceritakan semua yang terjadi dari awal hingga akhir. Sampai diamana ia bercerita tentang kejadian hari ini Liu Yan segera memotong.

"...Aku tahu dari forum sekolah. Berita tentang saudari membantu Jiang Xi sudah tersebar ke semua siswa. Tentu saja aku sebagai saudaranya ikut panik, lagi pula siapa yang tidak tahu apa yang dilakukan Qi Lin ke orang-orang yang membantu Jiang Xi."

Liu An sedikit terkejut, ia tak menyangka berita dirinya menolong Jiang Xi akan menimbulkan kehebohan. Bukankah siswa disana terlalu berlebihan?!

"Ah jadi seperti itu." Liu Wei mengangguk paham lalu mengusap kepala putrinya dengan sayang. "An An sangat baik, ayah mendukungmu jika kau butuh sesuatu katakan saja."

"Ayahmu benar kami berdua mendukungmu." Secara alami Rong Yu menambahkan, ia pikir anaknya tidak akan pernah diintimidasi apalagi hanya menghadapi bocah Qi Lin itu.

Liu An terkekeh pelan lalu mengedipkan satu matanya kearah kakaknya yang melihat interaksi mereka dengan ekspresi rumit, "Terimakasih ayah ibu."

"Gadis konyol ibu pikir kalian bertengkar karna apa, sangat jarang kalian bertengkar seperti tadi makanya ibu memanggil ayahmu." Rong Yu berkata sambil mendekat kearah suami dan putrinya.

"Tidak apa-apa bu."

Sedangkan Liu Yan yang melihat interaksi mereka hanya bisa menghela nafas pasrah, ia yakin bagaimanapun ia berbicara sekarang pasti tidak akan diacuhkan oleh mereka.

Yah, lebih baik sekarang ia meningkatkan pengawasannya pada gadis bau itu!

***

Disisi lain Jiang Xi benar-benar pulang. Entahlah, entah ia tidak berniat bertindak sekarang atau memang patuh terhadap ucapan gadis bernama Liu An tadi. Sekarang ia duduk di dekat jendela dengan buku ditangannya, sejak tadi halaman yang ia baca tak berubah sama sekali.

Liu An  nama itu selalu berputar-putar di kelapanya. Sejak kejadian disekolah tadi ia selalu bertanya-tanya apa tujuan gadis itu mendekatinya. Jika gadis itu berniat jahat ia tak segan membalas perbuatannya lebih jahat lagi.

"Apakah sakitnya sudah mereda?"

"Kenapa masuk kedalam kamarku tampa izin?" Jiang Xi balik bertanya tampa melihat ayahnya sedikitpun.

Jiang Zhi mengehela nafas, ia sudah cukup terbiasa dengan sifat dingin anaknya, "Xiao Xi berhentilah terluka seperti ini."

Jiang Xi menatap ayahnya sambil berucap dengan dingin, "Maka berhentilah mengkhawatirkanku, bersikaplah seolah-olah kau membenciku!"

"Jiang Xi!!"

"Aku lelah, kembalilah aku rasa wanita itu dan anaknya akan kembali sebentar lagi."

"Dia ibumu!!"

"Ibuku sudah mati." Jiang Xi meletakkan bukunya diatas meja lalu melewati ayahnya untuk pergi ketempat tidur. "Dan kunci pintunya kembali. Aku sangat malas terlibat cinta keluarga dengan kalian bertiga sekarang."

Jiang Zhi menatap anaknya dengan ekspresi yang sangat rumit. Pada akhirnya ia tetap keluar kamar, tidak lupa mengunci pintu terlebih dahulu, "Turunlah saat makan siang nanti." Ucapnya sebelum benar-benar pergi.

Second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang