NABASTERIAㅡOO6. REUNI, TAPI DUA ORANG AJA

606 159 78
                                    


NABASTERIAㅡOO6. REUNI, TAPI DUA ORANG AJA

Udah 3 tahun sejak email itu kukirim dan nggak pernah dibalas.

Aku nggak berani follow-up, dan semenit setelah aku mengirimkan tautan itu, adakalanya aku juga menyesal setengah mati dan berharap kalau aku memang mencantumkan alamat surel yang salah sehingga kamu nggak akan pernah membacanya.

Bakal sangat canggung seandainya saja kita masih bertukar pesan sementara kamu mengabaikan perasaanku.

Aku nggak lulus Prasmul, tapi masuk salah satu swasta favorit yang lain, meski itu juga bukan BINUS.

Namanya hidup, aku yang baru berusia 24 ini juga sudah bisa menyimpulkan kalau hidup nggak akan selalu berjalan sesuai rencana.

Tapi kerennya adalah, kamu masuk UGM sesuai keinginanmu.

Dan Jeno kita yang ambis terbang ke Belanda dan nggak tau kabarnya gimana.

Kita nggak pernah ketemu lagi. Cuman berbincang seadanya lewat media sosial. Aku cuman bisa melihat kamu via Instagram, terkadang.

Kurasa aku yang mulai canggung menghubungi kamu ketika kulihat di sana juga dapat pacar baru. Gadis Chinese yang cantik. Aku ingin bilang dia mirip Jinney tapi kurasa yang kali ini bahkan jauh lebih cantik dari Jinney. Lalu di hari aku baru selesai stalking tanpa sepengetahuanmu, seminggu setelah itu, kita bertemu lagi.

Aku masih ingat hari itu.








Kurasa makeup yang aku pakai luntur, apalagi bagian mulut ke dagu yang terlapisi masker karena aku baru naik ojek.

Saat mengerjakan proyek freelance yang aku ambil diam-diam di akhir semester, tiba-tiba ada satu suara familiar lengkap dengan frasa yang aku klaim sebagai milikku dan Nabastala saja.

"Asteria! Ni hao bu hao?"

"Nabastala?! Kamu di Jakarta?!"

Tawa merekah, "Jadi, ini bukan di Jakarta?"

"Aaaaah! Kemana aja? Kenapa baru balik sekarang? Nggak ngabarin, nih. Sombong sekali."

"Mau ngopi?" Dia langsung bertanya tanpa menggubris pertanyaanku. Tapi karena menurutku itu juga nggak penting-penting amat, jadi aku biarkan saja. Lagipula dia nggak punya kewajiban untuk mengabariku. Adakalanya, pertemanan jadi lebih redup setelah dimakan waktu dan dihalang jarak.

"Aku belum makan."

Nabastala malah tersenyum semakim senang. "Ide bagus. Aku juga belum."

Kita makan di restoran salah satu mall. Bertukar kabar dan semacamnya. Ternyata Nabastala putus lagi. Perasaan aku barusan stalking seminggu lalu.

Setelah topik pacaran, munculah hening. Tapi ini hening yang nyaman. Kukira meski kita sudah jarang bicara dan aku merasa agak ada batas diantara kita, kenyamanan itu selalu ada.

Tahu kan sosok teman yang jarang kamu temui, tapi selalu nyaman bersamanya, meski topik sudah nggak ada?

Iya, Nabastala orang yang kayak gitu.

Dia nggak pernah komentar soal hal-hal yang bikin aku nggak nyaman hanya demi basa-basi. Itu yang kusukai dari dirinya. Tapi saking besar rasa sukaku, keidiotan nomor satu yang kulakukan adalah menyatakan perasaan lewat e-mail. Bodoh, kan?

Ada hari dimana aku membayangkan menggandeng tangan Nabastala, bukannya sekadang menjabat tangan karena sudah mau berpisah untuk urusan masing-masing.

✔️To Nabastala, I'll Tell the Stars About You | jungriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang