Chapter 14

2.2K 215 0
                                    

Happy reading and sorry for typo...

***

Seperti yg di perintahkan oleh pak Jeno, kini Victor, Alvin, dan Revan sedang berlari mengitari lapangan dengan keringat yg sudah membasahi tubuh mereka.

Sedangkan Pak Jeno hanya memperhatikan ketiganya di pinggir lapang.

"Ayo lari terus!"teriak Pak Jeno saat melihat Alvin hendak berhenti berlari.

Kembali ke tengah lapang, ketiganya mulai memperlambat larinya karena merasa lelah, jelas saja lelah, mereka sudah lari 35 putaran, dan mereka harus berlari 50 putaran,tinggal tersisa 15 putaran lagi.

"hahh,hahh"ketiganya berhenti sebentar untuk menetralkan nafasnya.

"hahh, hahh, guehh, hah, hah, udah gak kuat lagi, hah, hah"ucap Alvin dengan tangan yg menumpu pada lutut dan nafas yg terengah.

"iya sama,hahh,hahh"balas Revan melakukan hal yg sama dengan Alvin.

Keduanya berhenti secara beriringan, sementara Victor, berhenti di belakang mereka.

Victor melakukan hal yg sama dengan Alvin dan Revan, namun setelah itu, ia berdiri tegak sambil memegangi kepalanya yg kembali berdenyut, pandangannya juga mulai memburam.

Ia menggeleng gelengkan kepalanya guna menepis rasa sakit di kepalanya dan juga menetralkan penglihatannya.

Alvin dan Revan menoleh kebelakang, menatap Victor yg masih sibuk menggelengkan kepalanya.

"Vi kenapa?"tanya Revan pada Alvin.

Alvin menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu.

Lantas keduanya menghampiri Victor dengan raut wajah yg terlihat khawatir.

"Vi, lho kenapa?"tanya Revan dengan nada khawatirnya.

Victor menggelengkan kepalanya sebagai jawaban sambil tersenyum tipis.

"lho gak bohongkan kak, muka lho pucet"

Alvin menatap curiga pada Victor.

"gak kok, gue gak papa"jawab Victor bohong.

Sebenarnya kepalanya kembali terasa sakit lagi, tapi ia tidak ingin jujur dan membuat sepupu dan sahabatnya ini khawatir.

"Hei!,kenapa kalian berhenti dan berkumpul disitu!"teriak Pak Jeno di pinggir lapang membuat ketiganya menoleh.

"gak ada apa apa pak!"balas Victor berteriak.

"udah yuk lanjut, biar cepet istirahat"lanjutnya hendak melanjutkan hukumannya.

"eh Vi tunggu"

Revan mencekal lengan Victor sebelum sang empunya kembali berlari.
Victor menatap Revan yg sedang menatapnya dengan raut panik.

"Vi, itu...lho"

Revan menunjuk bawah hidung Victor dengan raut paniknya.Victor meraba bawah hidungnya, membuat cairan kental berwarna merah menempel jari telunjuknya.

[01].Sebuah Topeng (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang