14 oktober 2017
Hari itu cuaca sangat panas, sedikit keringat bercucuran di dahi. Tepat 3 bulan aku bersekolah di SMA Nusantara ini. Ternyata menjadi adik kelas tak semenakutkan itu. Banyak yang bilang jadi adik kelas itu selalu jadi bahan bullyan kakak kelas, selalu yang paling disalahkan meskipun tidak salah. Hufft,, pemikiran itu harus dihapuskan, karena memang tidak begitu, semua manusia mempunyai derajat yang sama.
Disinilah aku berada, duduk didepan kopsis memandang kedepan yang terlihat banyak siswa yang tengah berlalu-lalang.
"Za,ke kelas yu" ucap perempuan yang berada di sebelahku.
Namaku Shivani Vena Zanitha, lebih akrab dipanggil Veza, Aku pindahan dari Bogor yang kini malah tinggal di Bandung. Oh ya..
Dia Ayya, perempuan cantik dengan wajah sedikit kemerahan akibat kepanasan, perempuan asli Jakarta yang entah bagaimana bisa pindah ke Bandung.
Dia sahabat sekaligus teman pertamaku di sekolah ini karena kami sama-sama pindahan dari luar kota yang memilih menetap di Bandung.
Masih teringat di kepala, kala itu dia yang membantuku membeli beberapa peralatan yang harus dibawa ketika Masa Orientasi Siswa.#Flashback on
Setelah kakak-kakak osis mengucapkan apa saja yang harus dibawa besok, murid kelas 10 dipersilahkan untuk pulang.
Veza berjalan kedepan gerbang menunggu angkutan umum datang.
Tiba-tiba seorang gadis berdiri disampingnya, Veza menoleh dan menyapanya."Hai! Nunggu angkot juga? "
Sapa Veza pada gadis itu.Gadis itu menoleh dan tersenyum kearah Veza "Iya nih, eh lo Shivani kan? " tanya gadis itu.
"Iyaa, kok lo bisa tau nama gue?" Kening Veza berkerut, seingatnya ini kali pertama ia bertemu dengan gadis itu.
"Gue yang duduk dibelakang Lo" jawab gadis itu.
Veza mengangguk, "Btw nama lo?"
"Ayyara, panggil aja Ayya." ucap gadis itu sambil menyodorkan tangannya.
Veza membalas salaman Ayya, "Veza" ucapnya.
"Hah? Bukannya nama lo Shivani?"
"Iyaa, panggil gue Veza aja."
Gadis itu mengangguk ria.
"Gimana kalau kita nyari bahan buat MOS nya bareng? " ajak Ayya. Lihatlah dalam sekejap kedua gadis itu terlihat seperti teman lama, mereka langsung akrab.
"Boleh" jawab Veza.
#Flashback off
Aku mengangguk dan langsung menggandeng tangan Ayya.
Kelasku berada di lantai 2 sebelah kanan dekat tangga. Aku masuk ke kelas dan langsung bergabung bersama teman-teman yang lain. Berkumpul di meja tengah, lalu membentuk lingkaran, sudah menjadi kebiasaan kami untuk mengobrol seraya bercanda.
"Heh masa tadi gue beli cimol 3000,engga dikasih kembaliannya" ucap Karin mulai bercerita.
Cewek sunda dengan wajah opal, serta rambut sebahu."Kok bisa? " tanya Ayya penasaran
"Ya, bisalah orang gue bayarnya pas" jawab Karin enteng, membuat kami melongo.
Terkadang hal segaring ini yang bakal kita rindukan saat lulus nanti.
"Ngelawak lo rin" ucap Ayya sambil terkekeh
"Eh, itu yang di pojok lagi pada ngapain? " tanya karin sambil menunjuk kearah 2 orang cowok yang ternyata salah satunya teman sekelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
Teen Fiction"Lantas sekarang memilih seperti apa? Pergi berlayar menerjang kerasnya ombak? Atau memilih tak berlayar sama sekali agar perahumu tak patah oleh badai?"