"Kenapa pindah?"
Deg
Suara itu? Suara itu kan..
Veza buru-buru memfause lagunya, lalu menoleh kesamping yang ternyata seseorang sudah duduk disampingnya, tak lupa ada buku tebal ditangannya."Bian?"
Ya dia Bian. Pria dengan segala pesonanya yang mampu membuat dinding pertahanan Veza runtuh, orang yang membuat Veza kini mengenal cinta kembali. Mungkin sekarang hanya Cinta sepihak. Ntah nanti, semoga Tuhan mengiyakan harapan besar Veza.Bian menoleh kearah Veza dengan alis terangkat sebelah.
Veza mengerjap beberapa saat "Gapapa kan?"
Veza mulai rileks, ia harus membiasakan diri saat didekat Bian."Apa?" tanya Bian tanpa melirik kearah Veza.
"Manggil lo Bian?" tanya Veza sambil menatap pria itu. Bian berdehem sebagai jawaban.
Veza menelitik seluruh wajah Bian, dari mulai alis, bulu mata, hidung, sampai dagu nya. Perfect!
"Lo tahu gue disini dari siapa? " tanya Veza yang matanya terus saja menatap Bian.
"Feeling" Jawab Bian singkat.
Veza tersenyum tipis, semua terasa mimpi, dulu bahkan mungkin Veza yang lebih dulu mengenal Bian, sekarang Bian telah mengenal Veza, itupun sebagai partner belajar. Tapi siapa tahu nanti jadi partner hidup, wkwk.
"Lo belum jawab pertanyaan gue" ucap Bian tiba-tiba.
Alis Veza mengkerut "Yang mana? " tanyanya.
"Gue ga suka tanya ulang" jawab Bian dengan suara dingin.
Didekat Bian membuat nyali Veza sedikit menciut, Bian yang tiba-tiba Dingin, dan kadang Bian yang bisa tiba-tiba menjadi hangat.
"Gue gasuka orang yang kalo ngomong ga natap gue" kata Veza berani.
Veza menyilangkan tangannya sambil menatap kearah Bian.Dan tanpa disangka Bian menutup bukunya lalu merubah posisi menjadi menatap Veza lekat, baiklah Veza kan yang meminta Bian seperti itu? Tapi mengapa kini Veza yang seperti menyesalinya.
"Jangtungku sayang, degdegannya di pending dulu ya." batin Veza yang berusaha tetap santai walau sedari tadi ia mati-matian untuk tidak tersenyum.
Bian terus saja diam sambil menatap Veza tanpa kedip, Bahkan kini alisnya terangkat satu.
Veza menarik nafasnya perlahan sebelum berbicara kepada pria itu. "Lo nanya gue kenapa gue pindah?" tanya Veza, Bian hanya mengangguk saja sebagai jawaban.
"Ya lo pikir aja sendiri." Jawab Veza sambil bangkit dari duduknya lalu meninggalkan Bian sendirian ditaman.
🌞
Tring
089##########
Temui gue di deket halte sepulang sekolah.Itu adalah pesan kesekian kalinya yang dikirim ke nomor Veza. Veza menghela nafas, ia berpikir keras siapa orang yang mengirimkannya pesan seperti itu.
Kemarin Veza berusaha menghiraukan pesan itu, tapi lama-kelamaan Veza jadi risih. Akhir-akhir ini masalah banyak berdatangan, dimulai dari coklat-coklat yang selalu ada di loker nya, kotak sandwich yang selalu ada setiap paginya diatas meja Veza, dan Pesan yang dikirim dengan nomor yang berbeda tetapi isi pesan yang sama.Veza melangkahkan kakinya kekantin, bel tanda istirahat pertama sudah berbunyi 2 menit yang lalu. Setelah mengirim pesan kepada Ayya bahwa ia menunggunya dikantin, Veza segera membeli air mineral, karena tenggorokan nya sudah kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
Teen Fiction"Lantas sekarang memilih seperti apa? Pergi berlayar menerjang kerasnya ombak? Atau memilih tak berlayar sama sekali agar perahumu tak patah oleh badai?"