Sayembara kedua

1 1 0
                                    

Sang Putri, mendengar namanya disebut, keluar dari tempat persembunyiannya. Sedari tadi ia mengamati perselisihan yang terjadi dari kejauhan. Suasana tegang itu mendadak cair ketika sang putri berjalan dengan anggun menuju mereka. Bau harum menyebar ke seluruh ruangan. Aroma dan kecantikan putri Ambar Wangi langsung menghipnotis para lelaki yang sedari tadi berdebat.

“Mohon ampun atas kelancangan Adinda, Ayahanda.” Suara putri Ambar Wangi terdengar lembut di telinga. “Sedari tadi ananda telah memperhatikan apa yang terjadi disini. Ananda mohon diizinkan untuk menyampaikan isi hati ananda.”

“Apa yang ingin kau utarakan, wahai putriku?” tanya Raja Jaya Agung.

“Dengan adanya sayembara ini, ananda lah yang akan dijadikan hadiah. Tapi tidak mungkin ananda menikahi ketiga pangeran gagah nan tampan ini. Maka dari itu, izinkan ananda yang menentukan siapa yang akan memenangkan sayembara ini.” Jawab Putri Ambar Wangi.

Mendengar putri Ambar Wangi menyebut kata gagah dan tampan, ketiga pangeran tadi langsung membusungkan dada menonjolkan otot-otot mereka. Masing-masing merasa menjadi yang paling pantas untuk mempersunting putri cantik tersebut. Dengan gestur yang tenang tapi tegas, putri Ambar Wangi melanjutkan ucapannya.

“Ananda anggap sayembara dari ayahanda Baginda Raja Jaya Agung telah usai. Namun, ada satu sayembara lagi yang harus dimenangkan. Siapapun yang berhasil menemukan dan membawa pusaka kerajaan yang hilang dicuri penyamun, ia yang akan menjadi suamiku.”

Usai sang Putri bertitah, ketiga pangeran tersebut langsung undur diri dan memulai pencarian pusaka kerajaan yang hilang. Benda pusaka itu adalah Pedang Rajawali Merah yang dibuat oleh Mpu Bahirah, pembuat senjata terbaik di kerajaan Majapahit. Benda itu merupakan hadiah dari prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit, untuk raja Jaya Giri yang saat itu masih menjadi Patih Rajek Wesi atas kesetiaannya menjadi patih yang patuh.

Ketiga pangeran berpencar ke segala arah. Dari jantung hutan, Pangeran Gandewa menyasar gunung, pangeran Panjarwala menyusur sungai dan pangeran Baskara menyisir pantai. Tidak setitikpun mereka lewatkan untuk menemukan markas penyamun itu dan menemuka pedang pusaka yang hilang.

Penyamun dan Sang PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang