Akhir Romansa

4 1 1
                                    

Raja menarik jubahnya dari cengkraman Ambar Wangi. Ia menghembuskan nafas berat, lalu kembali duduk di singgasananya. Tangannya memegang pelipis yang terasa berdenyut. Pusing.

“Ayahanda, mohon dengarkan penjelasan ananda.” Ujar Ambar Wangi. Ia kemudian menceritakan semua yang ia lihat ketika ia sedang menyamar di desa. Bahwa gerombolan penyamun ini membagikan harta curiannya untuk rakyat yang benar-benar membutuhkan. Ia juga menyebutkan nama-nama punggawa yang secara langsung ia lihat dengan mata kepala sendiri sedang memeras rakyatnya.

Sang Raja menimbang keputusan apa yang harus ia buat. Akhirnya ia angkat suara, “Kau aku bebaskan dengan satu syarat. Ceritakan padaku, apa ilmu yang kau gunakan untuk melumpuhkan tanpa darah dan luka!”

Pemuda yang mengaku bernama Among itu tersenyum. Ia menceritakan bahwa dirinya berasal dari kerajaan kecil di tiongkok yang lari hingga ke tanah jawa karena menyelamatkan diri dari kejamnya serangan tentara Mongol. Sebelum itu, ia habiskan waktunya untuk belajar bela diri dalam biara. Ia memperdalam Kung Fu dari selatan dan lebih terfokus pada kuncian dan totokan. Ia paham titik-titik tertentu pada bagian tubuh yang bisa melumpuhkan lawan seketika tanpa perlu ada pertumpahan darah atau terluka. Ilmu beladiri itu berkembang menjadi ilmu pengobatan dan pemulihan, yang mana sesampainya di kerajaan Giri Agung ia ajarkan pada Tombo, Echo dan Arto.

Mendengar penuturan Among, raja kemudian terlihat berpikir keras sebelum akhirnya bertitah. “Among, kau telah berhasil membawa pulang pusaka kerajaan dan memenangkan sayembara ini. Kau bisa mendapatkan hadiahmu, menikah dengan putriku, Ambar Wangi”.

Ambar Wangi menangis haru mendengar titah Raja Jaya Agung. Ia segera berlari kearah Among dan memeluknya.

“Dengan ini, aku perintahkan pada Among untuk mengajarkan ilmu kung fu nya pada prajurit istana, juga membebaskan Tombo, Echo dan Arto dari penjara. Selain itu, panggil seluruh punggawa kemari besok selepas matahari terbit sepenggalah. Mereka harus mempertanggungjawabkan harta curian rakyat!”

Raja Jaya Agung pergi meninggalkan singgasananya setelah usai bersabda. Beberapa patih yang juga hadir disana langsung terlihat pucat pasi membayangkan hukuman apa yang akan mereka dapat atas kecurangan dan ketamakan yang sudah bertahun-tahun mereka lakukan.

Sementara itu Ambar Wangi masih belum mau melepaskan pelukannya pada Among. Ia begitu bersyukur harapannya terkabul. Menikah dengan orang yang ia cintai. Sedangkan Among tersenyum sambil berbisik di telinga Ambar Wangi, “sudah kubilang, suatu saat nanti aku akan mengembalikan pusaka ini. Dan sebagai gantinya, aku akan mengambilmu.... Menjadi istriku.”

Penyamun dan Sang PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang