Huang Renjun

3K 241 8
                                    

Mengingatkan Jeno pada si 'cabai rawit', kiasan yang terlalu sering digunakan bagi orang mungil yang selalu meledak-ledak atau lincah. Walaupun kalimat yang dikeluarkan dari mulutnya tidak jauh beda dengan Yangyang, tapi lebih berbobot dan juga lebih pedas. Tidak butuh waktu lama Jeno bersama dengan kegiatan 'Lingkaran Neraka' -sebutan Donghyuck yang iseng membuat kesal ketiga temannya itu- untuk tahu bahwa mereka berempat hanya punya satu otak dan itu semua dipegang oleh Renjun. Selalu tahu apa yang dia mau dan selalu penasaran dengan hal-hal yang dia tidak tahu.

Dengan kalimat fakta yang terkadang membuat orang gerah, Renjun sebenarnya ramah. Dia adalah orang yang mudah bergaul dan baik hati dengan orang yang baru dikenalnya, tapi kecuali Jeno. Karena di berikan kenyataan bahwa sang pujaan mengetahui perasaanmu tapi tidak melakukan apa-apa tentang hal itu di awal pertemuan mereka sama saja jahat kan?

Renjun dan Donghyuck mempunyai ikatan interaksi sosial yang kompleks. Mereka terlihat bermusuhan tapi tidak bisa lepas dari satu sama lain. Kalau Jeno tidak pernah melihat Renjun dengan lantang meneriakan Donghyuck bukanlah tipenya sambil menatap Jaemin, Jeno pastilah sudah cemburu.

Renjun adalah kesadaran mereka berempat. Dengan dia, mereka tidak perlu bertele-tele karena anaknya tidak sabar dan perlu kejujuran secepatnya agar semua masalah cepat selesai. Seperti saat secara tidak resmi dia merekrut Jeno ke lingkaran neraka di basecamp (baca: garasi Yangyang) genap dia satu bulan mengenal mereka.

"Hubungan rekanan kita itu terdiri dari 5% kepercayaan, 20% pengkhianatan, dan sisanya perjuangan agar pertemanan ini tidak kandas di tengah jalan" Kata Renjun khusus kepadanya dengan pensil tajam di tangan kanan, hasil dia meraut. Kenapa dia pegang pensil itu, Jeno tidak tahu.

"Jadi?" Kata Jeno tidak yakin mau di bawa kemana arah pembicaraan ini.

"Jadi begini-"

"Jadi, selamat datang di klub, Jeno." Teriak Donghyuck nyaring agar menaikan suasana yang tiba-tiba jatuh entah kenapa. Usaha tersebut tidak ada hasil. Aura Jeno masih dipenuhi kebingungan.

"Maksudnya, Jen. Kalau ada apa-apa jangan sungkan ya." Jaemin menyelesaikan percakapan tidak ada artinya itu. Jeno masih tidak suka penekanan kalimat 'Jen' di suara Jaemin.

Besok malam nya , Jeno ikut ke pesta remaja yang diundang acara kakak tingkat kenalan Jaemin. Renjun langsung menobatkan dirinya sebagai 'pengemudi yang ditunjuk' walau sudah dipastikan Jaemin tidak akan minum karena alergi alkohol tapi Renjun tetap bersikeras, padahal dia tidak tahu apa-apa soal mengemudi. Uber andalannya.

Argumen tidak dilakukan karena semua tidak peduli dan Jaemin juga tanpa alkohol sudah bergaya seperti orang mabuk di setiap harinya.

Memasuki sepuluh menit ke dalam rumah yang digunakan untuk pesta tersebut, mereka berlima terpisah. Setengah jam kemudian, Jeno berhasil menemukan Donghyuck yang sedang menari di ruang tengah pesta hampir terhimpit badan kakak-kakak kelasnya. Bahkan di tengah kerumunan dengan cahaya terburuk, Jeno melihat Donghyuck masih yang paling benderang. Jeno yakin dia belum mabuk, dia hanya meminum segelas kecil booze ketika haus mencari Donghyuck ke segala penjuru ruangan. Tapi dua manik coklat yang bertemu dan provokasi melalui kerlingan jemari membuat dia sangat tidak sadar sudah berada di depan badan pria berkulit eksotis itu. Dan bukan salahnya bila akhirnya dia menyatu bersama Donghyuck di lantai kotor dan pilihan musik dengan suara bass hancur yang termainkan di speaker besar televisi keluarga.

Lelah berdansa atau menggerakan badan secara aneh ke segala arah, mereka memutuskan beristirahat ke salah satu sofa yang tidak diisi pasangan kelebihan hormon. Mendapati di salah satu sofa tersebut, adalah Renjun yang raut mukanya menjelaskan betapa membosankannya pesta remaja ini. Jeno yang merasa dirinya sendiri masih dalam keadaan lebih baik dibanding Donghyuck yang entah berapa banyak alkohol dikonsumsi dari caranya menggelayut mesra lengan Jeno, memutuskan mengajak Renjun keluar dari acara itu saja.

"Renjun." Teriak Jeno di antara kebisingan musik. "Ayo keluar." Teriaknya lagi. Jeno bersyukur kepada tuhan karena Renjun cepat membaca gerak bibir tanpa dia harus mengulangi kalimatnya.

Sampai di luar Renjun berusaha menghubungi Jaemin dan Yangyang untuk segera pulang bersama atau mengancam dengan kejam akan ditinggal saja jika mereka masih lama bersenang-senang.

Karena dirasa cukup lama menunggu dan lengan yang mulai kaku digelayuti seperti koala oleh Donghyuck, Jeno berkata "Udah tinggalin aja ya, gw sekalian mau nganter Donghyuck."

"Dia kan satu kamar asrama sama gw." Kata Renjun dengan muka datar.

"Oh."

Jeno rasa dia juga sudah agak mabuk ditambah frustasi. Lelah menyambangi pucuk matanya. Dan sebelum Insting Introvert nya mulai menendang keras, Jeno bertanya kembali "Tapi ini tetap mau tungguin mereka?"

"Ya enggaklah." Renjun lalu memperlihatkan layar benda pipih bentuk persegi itu ke muka Jeno. Jeno sedikit pening sehingga membutuhkan waktu menyempurnakan penglihatannya yang kabur untuk mengetahui di layar tersebut memunculkan navigasi arah uber yang dipesan oleh Renjun. Jeno mengangguk lega lalu memperbaiki postur tubuh Donghyuck agar tidak berpegang kepada lengan kirinya saja. Dia memeluk setengah badan Donghyuck sehingga yang lebih muda bersandar pada pundaknya dan agar badan Donghyuck juga terasa hangat karena angin tengah malam sudah mulai merayapi mereka. Jeno juga kasihan pada Renjun, menarik pundak mungil itu mendekat agar mereka bertiga bisa merasakan kehangatan bersama.

Keheningan menunggu uber terpecah ketika Renjun berbicara "Makasih ya, kalau gak ada lu gw biasanya bakal sendiri lebih lama kaya tadi sampai di ajakin orang gak jelas ngobrol."

Jeno tidak tahu harus merespon apa karena jujur alkohol murahan itu efeknya sangatlah konyol sehingga dia malas berfikir dan menjawab dengan sentimen yang kurang ."Sama-sama".

Renjun tertawa. "Wah, lu beneran mabuk ya Jeno."

Donghyuck sepertinya sudah tertidur karena getaran tawa badan Renjun yang terbagi membuat dirinya menggerang kecil dan tambah menenggelamkan wajahnya di pundak Jeno. Dengan kesadaran yang mulai terkikis, Jeno tersenyum menikmati momen tersebut. Puas mencium aroma pria yang berada di mimpinya selama 4 bulan terakhir.

"Iya, gw mabuk."

Pas De Titre [Nohyuck] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang