Liu Yangyang

1.2K 177 0
                                    

Jeno kadang hampir lupa keberadaan hidup Yangyang. Selain Hyuck, Yangyang adalah yang tersibuk diantara keempat rekan -mereka tidak mau dibilang teman apalagi sahabat- tersebut. Ada saja kegiatan mahasiswa, acara ulang tahun, pesta perayaan yang bahkan dia seharusnya tidak termasuk ke dalamnya tapi tetap dihadiri oleh sosoknya. Namun berbeda dengan Dongyuck yang masih rajin bertukar pesan pagi, siang, sore, dan malam dengan Jeno, dia tidak sedekat itu untuk mengabari hari-harinya ke Yangyang.

Sore itu dari semua sore di basecamp setelah 6 bulan Jeno bergabung dengan Lingkaran Neraka -Jeno sudah mempastikan untuk memanggil nama ini saja ke empat sekawan tersebut- Yangyang mengajak mereka menghadiri acara tanding lari di sanggar olahraga nya. Katanya olimpiade kecil-kecilan dari segala jenis cabang untuk merayakan ulang tahun sanggar ke sepuluh tahun itu.

Proposal verbal tersebut ditolak mentah oleh Renjun, "Gw lewat, gak suka olahraga."

"Sorry bro, gw gak bisa ikut kali ini, waktunya bentrok sama premier film jepang kesukaan gw. Udah janjian sama yang lain." Kata Jaemin dengan senyum minta maaf.

"Santai, lu gimana Hyuck?" Donghyuck yang ditanya, langsung mengalihkan perhatiannya dari ponsel Jeno yang menampilkan video lucu ketiga kucing peliharaan menggeleng pelan. "Maaf Nyang, gw ada acara sama keluarga nyokap kalo hari itu. Suruh undur aja lombanya biar gw bisa dateng."

"Palelo undur-undur, siapa lu? Berasa presiden lu?" Kata Yangyang kesal-bercanda, sebelum melirik Jeno sebentar dan menghela nafasnya. "Yaudah gak apa-apa kalo gak ada yang mau dateng."

"Gw bisa kok." Entah apa yang merasuki Jeno saat itu. Tapi nada suara Yangyang tadi terasa sedih sekali walaupun raut mukanya tidak menunjukan hal tersebut, jadi Jeno membalas tatapan heran Yangyang untuk meyakinkan dirinya akan datang ke acara yang bahkan disana dia pasti tidak kenal siapapun. Sedangkan ketiga pasang mata lainnya saling bertukar pandang bingung. Lagi-lagi insting introvertnya berteriak, yang lagi dan lagipun Jeno abaikan.

Hari H pun tiba, pertanyaan-pertanyaan mulai hinggap berat di punggung Jeno ketika dia sampai di depan gerbang stadium. Kenapa dia disini? Apa yang membawa dia kesini? Siapa yang memaksa dia kesini padahal tidak ada yang mengajak? Mengapa dia harus kesini?

Tapi Jeno hanya menepuk dirinya sendiri dan menguatkan mentalnya karena dia kesini untuk Yangyang, salah satu 'rekan' terdekat Donghyuck, dambaan hatinya. Dan hasil tidak akan berbuah bila tidak ada usaha.

Iya, dia rasa dia masih berusaha harus mendekati teman-teman Donghyuck agar mendapatkan tempat yang aman di hati Donghyuck.

Jeno sempat kebingungan mencari bangku dengan jarak pandang enak untuk melihat para pelari yang akan bertanding. Yangyang sudah info dia masuk kegiatan berlari dan pacu kuda. Namun karena sempat cedera pinggang, Yangyang tidak meneruskan pacu kuda terlebih dahulu. Sehingga hari ini dia hanya berlomba Lari 5.000 meter putra tiga babak.

Setelah duduk dan menyamankan kakinya di bawah bangku depan, dia berhasil mendapatkan perhatian Yangyang. Walau agak jauh seperti semut, berkat bantuan kacamata minus yang dipakainya karena sedang tidak ingin memakai lensa kontak, Jeno tahu Yangyang menunjukan keterkejutan pada kehadiran Jeno.

Selesai mendapatkan medali emas dan acara sudah usai, Jeno mendapati dirinya di samper oleh Yangyang dengan napas yang terengah-engah karena berlari dari ujung tempat berlomba ke bagian Jeno berpijak itu lumayan jauh.

"Hey santai aja kali, gak usah lari" Kata Jeno sambil tertawa ketika dia yakin Yangyang sudah cukup dekat untuk mendengar ucapannya.

"Gw gak nyangka lu beneran datang Jen. Apa lu sama Hyuck? Tuh anak gak jadi ikut acara keluarga?" Kata Yangyang melihat sekitar Jeno berdiri mencari keberadaan temannya yang mirip pudu itu. Jeno menggeleng, "Gak, cuma gw."

"Hah, serius? Gak sama Hyuck?" Teriak Yangyang karena beberapa gerombolan pesepakbola melewati mereka.

"Iya." Ucap Jeno singkat dan padat.

"Oh gw kira lu gak akan datang kalau gak ada Donghyuck"

Jeno hanya mengedikan sebelah bahunya dan memberi buket bunga berisikan mawar, lilli, dan tulip ke Yangyang. "Tadi di luar ada yang jualan dan gw liat orang-orang pada ngasih sesuatu ke 'atlet' disini, jadi gw beli aja buat lu. Rame ya disini ternyata. Acaranya resmi gitu?"

"Lumayan, ada televisi nasional juga." Info Yangyang sambil berterima kasih atas pemberian bunga dari Jeno.

"Lu suka olahraga?" Tanya Yangyang.

"Gw ikut panah. Tadi ada ya lombanya gw liat?"

"Oh ya, lu manah? Satu klub dong sama Jaemin?"

"Iya, tapi dia jarang dateng."

"Ck, tipikal Jaemin. Eh tapi bukan karena dia males ya, cuma kalau telat dia suka bablas gitu anaknya" Jeno hanya tersenyum mengangguk.

"Karena lu anak panah gw kenalin sama kakak tingkat gw namanya Kun, dia ketua panah disini. Ayo ikut gw."

Dan selanjutnya apapun kalimat yang dikeluarkan Yangyang tidak begitu di dengar Jeno ataupun teringat samar di kenangannya karena dia lebih fokus melihat kembang api yang tiba-tiba muncul di atas stadium terbuka itu.

Pas De Titre [Nohyuck] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang