Pemuda itu berkulit pucat, mempunyai mata yang ikut tersenyum ketika dia bahagia, ditambah tawa yang menunjukan gigi taring kecil imutnya. Jeno, yang terkenal tapi tidak sadar bahwa dia dikagumi oleh segala kalangan. Jeno, kesayangan semua ibu-ibu dari mahasiswa dan mahasiswi di kampusnya. Lee Jeno, orang yang Lee Donghyuck sukai setahun belakangan ini.
Kini dia tidak ada di samping Donghyuck seperti biasa dan lelaki gemini tersebut menyesali perkataannya waktu itu.
Pikiran Donghyuck kembali berputar pada jumat siang sebulan lalu dan seminggu sebelumnya dari hari tersebut. Waktu itu keadaan sedang buruk untuk dirinya. Nilai kuis dadakan yang paling kecil di kelas dan gosip yang di dengar antara hubungan Jeno dengan kakak tingkatnya membuat dia melakukan tindakan implusif dengan mengakui foto pacar kakaknya di hadapan teman-temannya dan Jeno.
Niat Donghyuck tadinya hanya akan berkata bercanda di akhir kalau saja reaksi teman-temannya hanya mengumpati dia seperti biasa karena mereka juga tahu betapa kasmarannya Donghyuck dengan orang yang duduk di samping kiri Jaemin siang itu, bukan malah diam seratus abad berujung peninggalan Jeno dari meja mereka.
Setelah kepergian Jeno yang didapatinya hanyalah air muka tanda tanya dari ketiga temannya.
"Wow, ekspektasi gw ke lu tuh rendah Hyuck tapi ... wow." Kata Renjun.
Jaemin hanya berucap "Wow." juga karena tidak ada kata-kata yang bisa mengukapkan ketidakjelasan adegan yang barusan terjadi.
"Gw kira yang kaya begini cuma kejadian di FTV doang." Tanggap Yangyang.
Donghyuck yang tahu apa yang mereka maksud membalas tanpa acuh, "Loh, emang gw salah? kan gw sama dia gak pacaran. Gw bebas ama siapa aja dong."
"Gini nih nasi uduk dikasih nyawa, otak lu kaya semur tahu. Ya kan lu suka dia, dia suka lu, kalian tahu kalian sama-sama suka. bedanya apa coba kalo bukan pacaran?" Renjun menatap Donghyuck seakan-akan dia orang gila.
"Gak tahu. Dia gak pernah ngomong kalo kita pacaran."
"Terus itu bener pacar lu? Bukannya itu Kak Taeil ya pacarnya Kak Johnny? Lu nyatut pacar abang lu sendiri?"
"Ya enggaklah. Niat gw tuh bercanda sama lihat reaksinya Jeno."
"Ya udah tuh liat reaksinya Jeno. Terus gimana?" Donghyuck memutar bola matanya merespon pertanyaan Yangyang dan mencoba menghubungi Jeno dari ponselnya. Tapi yang di dapati hanya suara Veronica -operator telepon otomatis- bahwa nomer yang dihubunginya telah di alihkan. Dia mencoba whatsapp namun semua pesan yang terkirim hanya berceklis satu dan foto profil Jeno terpasang default. Akun Twitter Jeno juga tidak bisa dicari apalagi Instagram yang dia tidak punya sedari awal. Semuanya menyadarkan Donghyuck, bahwa dia telah mengacaukannya.
Kembali ke masa sekarang, Donghyuck menarik napasnya panjang dan berniat tidak mau mengeluarkannya,
"Keluarin gak napas lu, mau mati lu?" Kata Renjun dengan menodong sendok yang digunakannya untuk makan di depan hidung Donghyuck.
"Buat apa hidup bila napasku saja sudah dibawa dia yang telah pergi?" Balas Donghyuck berpura-pura menangis yang sebenarnya dia mau lakukan dengan nyata.
"Tai, gak usah dangdut lo." Renjun kembali memakan nasi goreng yang barusan dia beli diluar lalu mengalihkan perhatiannya ke acara lawak televisi kecil di kamar asrama mereka yang sempit. Di kamar persegi 3 x 4 yang telah menjadi saksi bisu perjuangan Donghyuck dan Renjun dalam menghadapi rintangan perkuliahan, kini kamar tersebut juga melihat sendunya orang patah hati karena kesalahannya sendiri.
"Jun"
"Hm?"
"Terus gw harus gimana?" Tanya Donghyuck di atas kasurnya menatap langit-langit putih yang telah dinodai bercak bekas bocor saat hujan.
"Lu butuh pendapat gw sekarang? Waktu lu ngerjain Jeno sama kita-kita, lu gak butuh pendapat gw tuh."
"Gw gak butuh pendapat, gw butuh bantuan."
"Susah dicari sendiri."
"Kok lu sinis si Jun. Ya gw tau gw salah, tapi gimana mau benerin kalo temen-temen gw pada begini."
"Lagian, udah tahu temen-temen lu begini, malah ngide."
Donghyuck menegak ludahnya, tidak mengeluarkan debatan lagi karena sedang tidak ingin. Yang dia ingin sekarang Jeno. Kerinduan ini sudah mencapai batasnya. Bukan satu hari atau dua hari, namun satu bulan setengah dia tidak dapat mencapai komunikasi dengan pria bermata bulan sabit itu.
Dia masih sering bertemu dengan Jeno di kelas yang mereka punya bersama, tapi antara Jeno yang sibuk mencatat penjelasan, datang paling akhir atau cepat mengangkat lengannya untuk bertanya pada dosen sehingga tidak menyisakan celah Donghyuck memberi penjelasan.
Pernah Donghyuck mencoba untuk duduk secara paksa disamping Jeno ketika dia datang lebih awal, tapi yang disampar malah membesarkan suara musik pada headphonenya dan baru melepaskan benda itu ketika pelajaran di mulai.
Di luar kelas lebih parah. Jeno menganggapnya seperti angin lalu ketika bertemu, itupun jika memang mereka bertemu. Kadang jika sudah melihat satu sama lain di koridor, Jeno putar balik ambil jalur lain. Di situ Donghyuck paham bahwa Jeno memang sengaja. Dan Donghyuck bertekad bahwa mereka tidak bisa selamanya begini. Dia tidak akan seperti kebanyakan fiksi penggemar untuk menyelesaikan kesalahpahaman dengan sangat lama. Dia akan menyelesaikan ini dengan cara Huang Renjun, Na Jaemin, dan Liu Yangyang jika otak mereka dijadikan satu dan ada kesalahan teknis di dalamnya. Jadi, Donghyuck melakukan ini.
Sore hari kamis setelah Jeno selesai pertemuan dengan organisasi panahnya seperti apa yang telah diketahui oleh Donghyuck tentang jadwal kegiatan Jeno, Donghyuck menjalankan rencananya. Donghyuck juga tahu arah mana yang akan diambil oleh Jeno untuk menuju ke parkiran kampus dimana motornya bersemedi.
Sesuai dugaan yang tepat, Donghyuck berhasil melihat batang hidung Jeno yang muncul di pinggir lapangan kampus. Donghyuck tidak menyia-nyiakan kesempatan itu lalu berdiri dari tempat persembunyiannya dan berlari lurus ke arah Jeno.
"Lee Jeno!" Teriak Donghyuck seperti penggemar yang bertemu idolanya.
"Lee Jeno, kita butuh bicara!"
Jeno sudah dipastikan terkejut dengan kehadiran orang yang ingin dilupakan oleh hatinya secara tiba-tiba itu dari lawan arahnya berjalan, lalu secara cepat menavigasikan langkahnya melintasi lapangan yang diisi oleh beberapa orang yang sedang bermain basket. Tapi Donghyuck telah sampai di titik terendah dirinya, tidak berpikir panjang untuk mengikuti Jeno dan merebut paksa bola basket dari orang yang mau melemparkannya ke ring.
Tidak berapa lama kemudian, suara keras dari benda memantul yang bertabrakan dengan kepala itu terdengar.
Semua orang yang berada di sekitar peristiwa tercengang dan Donghyuck sang tersangka, juga tidak kalah kaget. Namun sebelum Donghyuck sadar dengan apa yang barusan dia lakukan, Jeno merasakan dirinya ringan seperti terbang dan pingsan tersungkur di tengah lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pas De Titre [Nohyuck] √
FanficLee Jeno suka Lee Donghyuck. [Crossposted from twitter, sebelumnya buat acara base] [Completed]