”.. ya gw gatau kalau jadinya bakal begini.”
“Ya siapa yang bakal tau sih lu bakal bikin anak orang gagar otak.”
“Terus gimana, Jun?”
Keributan itu menjadi hal pertama yang menyapa Jeno setelah dia sadar. Kepalanya masih terasa berat disusul denyutan benjol dari belakang kepalanya. Tapi karena hafal dengan suara cicit sedih hasil di omeli temannya itu Jeno mengeluarkan suaranya.
“Hyuck?”
“Jenooo” Teriak Donghyuck bahagia melihat objek afeksi nya itu telah siuman dan berusaha membangunkan setengah badannya dari kasur.
“Eh, jangan cepet-cepet bangunnya, pasti lu masih pusing” Donghyuck memegang lengan Jeno dan membuat topangan di belakang punggung Jeno menggunakan tangan kirinya.
Ya siapa yang tidak akan pusing, jika diberikan lemparan bola basket seberat 600 gram dengan kecepatan 40 m/s tepat pada lapisan pelindung otaknya tersebut. Jeno beruntung dia hanya merasakan sakit kepala.
Jeno masih meringis ketika duduknya sudah dalam posisi benar membuat Donghyuck menatapnya dengan kasihan dan rasa bersalah yang tambah banyak. Setelah itu mereka berdua terdiam, tidak tahu siapa yang harus memulai pembicaraan duluan.
Di dalam kesunyian itu, Renjun membersihkan tenggorokannya memberi tanda bahwa dia akan keluar ruangan meninggalkan mereka berdua untuk mempunyai waktu penyadaran yang mereka butuhkan.
Setelah terdengar pintu UKK ditutup, Donghyuck akhirnya mengeluarkan suara,
“Aku minta maaf” Donghyuck menunduk malu di samping kasur yang Jeno tempati. Lebih tertarik melihat semut hitam yang berlari melewati pinggir besi kasur. Yang dimintai pengampunannya hanya menatap lurus ke depan. Tapi Jeno tahu dia juga tidak bisa menghindar terus, sekarang atau nanti dia pasti harus mengalami adegan ini, jadi dia mau tidak mau harus memberi respon untuk pembicaraan dua arah ini.
“Untuk memberi aku harapan atau ngelempar bola ke ke kepala aku?”
“SEMUA, tapi aku gak niat ngasih kamu harapan palsu kok. Aku juga suka sama kamu.” Kata Donghyuck mengeluarkan jurus mata rusa betinanya. Walaupun Jeno masih belum menatap balik wajah dia.
Seharusnya mendengar hal tersebut membuat Jeno merasa bahagia, senang dan mabuk kepayang seperti apa yang dia bayangkan selama masa pendekatan dengan Donghyuck. Tapi yang dia rasa sekarang adalah cenutan nyeri di atas kepala dan apakah ada cairan yang dikeluarkan dari hidungnya karena dia merasakan basah di atas piltrum bibir?
“Jeno kamu mimisan”, seru Donghyuck bergerak mengambil tisu di atas lemari besi disamping kasur lalu mengelap hidung Jeno sambil mengangkat wajahnya agar mendongak ke atas. Tanpa sadar sebagian badan Donghyuck sudah menjulang di atas Jeno. Wajah mereka berdekatan karena Donghyuck yang harus melihat jeli apa darah mimisan tersebut tersebar kemana-mana. Menurut Donghyuck pribadi sangat disayangkan bila wajah tampan Jeno terusak oleh pemandangan yang tidak enak.
Jeno yang sudah sadar akan jarak yang pendek di antara mereka memundurkan kepalanya sedikit agar terbebas dari genggam tangan Donghyuck di kedua sisi wajahnya. Tapi alih-alih melepas, Donghyuck malah makin mencengkram pipi Jeno agar tetap menatap mukanya.
“Hyuck, sakit.”
“Maaf, soalnya kamu menjauh terus” Bisik Haechan seakan-akan takut bila berbicara keras Jeno akan menghilang. Jeno ingin sekali menghela napasnya, tapi dia tahan karena bila dia lepas dan menghirup udara kembali lalu mencium aroma orang yang ada dihadapannya ini membuat Jeno tidak bisa bila tidak harus memeluknya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pas De Titre [Nohyuck] √
FanficLee Jeno suka Lee Donghyuck. [Crossposted from twitter, sebelumnya buat acara base] [Completed]