Siang itu, kantin penuh seperti biasa. Suara siswa-siswi riuh bercampur dengan aroma makanan yang menggoda. Di pojok jendela, meja favorit mereka, Naina, Azila, dan Anggie duduk dengan nampan masing-masing. Hari itu terasa biasa saja... sampai Anggie membuka topik yang sudah lama dia simpan.
Naina sedang memotong ayam di piringnya, Azila sibuk mencampur saus pedas di nasinya, dan Anggie—dengan senyum licik yang khas—menatap dua sahabatnya bergantian.
Anggie sambil menyeruput jus jeruk.
"Aku masih nggak nyangka sih kalian akhirnya bisa bikin dua es batu hidup itu luluh juga."Azila mendengus.
"Jangan nyinyir, Gi. Kau aja dari dulu genit sama dua-duanya. Untung nggak rebutan kita."Naina menahan tawa.
"Fix, parasit."Anggie senyum makin lebar.
"Apa nggak ada kemungkinan aku dari awal memang mau kalian cemburu?"Azila berhenti makan, curiga.
"Hah? Maksudmu?"Anggie meletakkan sendok dan menatap serius.
"Karena mereka sepupuku. Reigha dan Nataa.""HAAAH?!"
Naina setengah berdiri.
"APA?!"Azila mata membelalak.
"Sepupu? Dari mana?! Kenapa kau nggak pernah bilang?!"Anggie menyilangkan tangan, puas dengan efeknya.
"Karena seru ngeliat kalian cemburu. Lucu aja. Apalagi kau, Za, pas Nataa duduk bareng aku di perpustakaan waktu itu. Wajahmu kayak pengen nimpuk aku pakai buku matematika."Azila menahan malu dan ngambek
"Aku kira kau mau nembak dia duluan. Aku udah siap nggak temenan sama kau seminggu penuh."Naina masih syok dan melirik jusnya curiga.
"Jangan-jangan ini mimpi. Reigha juga sepupumu? Tapi kalian nggak mirip!"Anggie mengangkat bahu santai.
"Karena beda ibu. Tapi satu nenek. Kami sering main bareng waktu kecil. Reigha anak yang diam-diam galak. Nataa? Sering ngusir aku pas dia belajar."Azila mendesis.
"Dan kau malah senang digituin...""Karena aku tahu dia nggak benar-benar marah. Kalian yang terlalu polos."
Naina melepas nafas panjang dan memelototi Anggie.
"Gi, serius. Kau bikin jantungku hampir copot. Kukira kita bakal cinta segitiga horor, ternyata kau hanya... agent of chaos."Anggie tertawa lebar.
"Kalian perlu di-trigger sedikit biar nggak terlalu pasrah sama takdir. Dan buktinya berhasil, kan?"Azila merengek sambil minum air putih.
"Yaelah... aku butuh waktu buat memaafkanmu. Minimal sampe aku S3."Mereka tertawa bersama, meski masih dengan rasa syok yang belum reda. Siang itu, kantin bukan hanya tempat makan, tapi saksi sebuah pengakuan yang menjungkirbalikkan semua yang mereka percaya. Anggie? Tetap si usil yang ternyata punya niat baik di balik kejahilannya. Dan entah kenapa, mereka justru semakin tak terpisahkan.
---
Setelah kehebohan pengakuan Anggie di kantin siang itu, Azila dan Naina masih diliputi rasa bingung. Mereka tidak menyangka, gadis yang selama ini mereka anggap saingan genit, ternyata adalah sepupu Reigha dan Nataa—dua cowok yang paling susah didekati di sekolah. Tapi satu pertanyaan masih menggantung di udara: mengapa Anggie menyembunyikan semua itu?Di taman belakang sekolah, tempat biasa mereka menghabiskan waktu istirahat, ketiganya duduk bersisian di atas rerumputan yang masih lembap oleh embun pagi. Suasana hening, hanya suara daun-daun bergesekan yang menemani.
Azila duduk menyilangkan kaki sambil menatap Anggie lekat-lekat. Naina menunggu dengan sabar di sampingnya, sesekali menoleh ke wajah sahabat mereka yang diam tak bergeming.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reighaard
Fiksi RemajaNaina sudah lelah jadi bulan-bulanan para pembully di sekolah. Hingga suatu hari, Reigha, siswa baru yang misterius dan dikenal suka berkelahi, muncul bak pahlawan dalam diam-menyelamatkannya dari perundungan yang hampir membuatnya menyerah. Dingin...