Tidak ada pembicaraan antara mereka sejak pertengkaran itu. Risa juga memilih untuk diam meskipun mereka tidur satu tempat dan posisi mereka sedekat itu tetap saja terasa hening.
Risa tetap menjalani kehidupannya seperti biasa, tidak menunjukkan seberapa hancur juga rapuhnya. Kondisi Marvin yang masih belum sembuh total, tidak ingin membuat dia banyak beban pikiran mengenai hubungannya dengan sang kakak.
Ia membersihkan kamar suaminya yang banyak sekali barang-barang tertata dengan rapihnya. Risa sedang membersihkan rak buku, suaminya senang membaca buku sebelum tidur.
Tiba-tiba rak buku itu terbuka membuat Risa terkejut, karena rak buku bukan sembarangan rak buku biasa. Ternyata sebuah pintu yang di dalamnya ada sebuah ruangan. Bertahun-tahun di rumah itu baru kali ini dia melihat ada ruangan rahasia di kamar suaminya.
Memang dia tidak pernah membersihkan kamar suaminya sebelumnya. Tapi, sejak dia pindah ke kamar suaminya baru kali ini dia menemukan ruangan itu.
"Ruangan apa ini?" tanya Risa pada dirinya sendiri dengan perlahan masuk.
Dia terdiam bahkan tidak bisa menjelaskan perasaannya saat ini. Ternyata ruangan itu adalah tempat menyimpan kenangan masa lalu Theo. Apa yang dia lakukan bersama Salsa selama 14 tahun lamanya ada di sana.
"Apa ini semua?" tanya Risa dengan raut wajah tak percaya.
Bahkan, kenangan mereka saat duduk di SMP masih tertata di sana dan banyak barang di sana. Apa yang di katakan Marvin benar jika dulunya Theo seorang anak Band dan alat musiknya ada di ruangan itu.
Risa mengeluarkan gitar dari tasnya dan melihat banyak tulisan di gitar itu bahkan nama Theo bersama Salsa ada di sana. Ia lemas sampai terduduk ketika semua barang kenangan mereka masih tersimpan dengan baik di sini.
Foto-foto mereka masih ada dan Risa dapat melihat jelas hubungan mereka seromantis itu. Mungkin, bisa di katakan pasangan yang membuat semua orang iri ketika melihatnya.
"Seharusnya, kalian berdua mengingat betapa banyak waktu yang kalian lewati bersama." Kata Risa sambil menahan tangisannya memasukkan kembali gitar itu ke dalam tasnya.
"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kalian menjalani hidup setelah berpisah," ucap Risa tangisannya pecah apalagi melihat foto-foto sebanyak itu dia lihat.
Dulu, Theo memiliki rambut pendek dan kerena, bukan hanya itu dia sering tersenyum. Begitupun, Salsa terlihat sangat cantik dengan rambut panjangnya yang indah. Tidak bisa dia bayangkan secantik dan seganteng apa anak mereka.
Risa terdiam ketika melihat gelas yang berisi teh di atas meja. Tangan mungilnya mengambil gelas itu dan bukan gelas lama yang tersimpan di sana. Melainkan, gelas baru dengan masih tersisa teh di dalamnya.
"Apa kamu ke sini?" tanya Risa ketika melihat gelas yang seperti baru ada di tempat itu.
"Kenapa? Apakah ada sesuatu yang ingin kamu pastikan di sini?" tanya Risa lagi sambil menangis mengetahui Theo seperti baru ke ruangan ini.
Mungkinkah, selama ini Theo bertahan hidup bersama semua kenangan yang masih tersimpan itu pikir Risa. Tidak mau dia akui tapi sebenarnya Theo belum sepenuhnya melupakan masa lalunya.
.
.
."Apa kamu bersama Kak Risa?" tanya Marvin saat kakaknya masuk ke dalam kamarnya untuk mengecek keadaannya.
"Tidak," jawab Theo sepulang bekerja langsung ke kamar adiknya.
"Benarkah? Sejak pagi aku tidak melihatnya, bahkan tidak memberiku obat. Tidak biasanya dia seperti ini," ucap Marvin yang bersusah payah mengambil obatnya.
"Kamu istirahat saja. Aku akan mencarinya," ucap Theo berjalan pergi keluar kamar Marvin.
Theo masuk ke dalam kamarnya setelah mencari di seluruh sudut rumah tapi keberadaan gadis itu tidak ada. Mungkinkah, dia pergi dari rumah pikir Theo.
Dia membuka jasnya lalu keluar kamarnya berdiri di balkon menatap ke bawah, tapi masih tidak ia temukan Risa dimanapun. Theo mengambil ponselnya untuk menelpon Risa, ternyata ponselnya ada di bawah bantal.
"Sebenarnya, dia kemana." Kata Theo kebingungan mencari keberadaannya.
Tatapan Theo ke arah rak buku yang sedikit terbuka, dia membulatkan matanya. Theo langsung membuka rak buku dan masuk ke dalam ruangan di baliknya.
Kedatangan Theo membuat gadis yang duduk sejak pagi di sana menoleh ke arah pemuda yang baru saja masuk ke dalam ruangan ini. Dia terkejut mengetahui keberadaan gadis itu.
"Setengah hari pun tidak cukup untuk melihat semua barang di sini," ucap Risa dengan sedikit tersenyum sambil memegang satu foto di tangannya.
Risa beranjak berdiri menaruh kembali foto itu di tempatnya dan berjalan untuk keluar dari ruangan itu. Tangan Theo menahannya pergi ia menatap gadis di hadapannya.
"Kamu tidak akan pernah siap untuk memulai cinta yang baru. Jangan memaksakan dirimu untuk melakukannya, jika tak siap jangan memulainya." Jelas Risa dengan melepaskan tangan pemuda itu lalu pergi.
Pemuda itu terdiam menatap ruangan ini dan mencerna ucapan Risa baru saja. Risa keluar dari ruangan itu meninggalkannya yang diam berdiri.
Setiap masuk ruangan ini melihat semua barang di sini, seketika kejadian di masa lalu terputar di benaknya. Theo seperti sedang menonton film romansa yang terus menerus terulang di pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In The Past
Teen FictionAku hanya punya cinta untuk mempertahankan rumah tangga kita. Mungkinkah, cinta yang ku miliki dapat mengubahmu untuk mencintaiku balik. ~Risa Adrianii