Chapter 17

814 72 2
                                        

Di lorong sekolah, Nataa menatap lembaran hasil peringkat dengan ekspresi terkejut. Azila berdiri di sebelahnya dengan tangan terlipat, senyum penuh kemenangan di wajahnya.

Azila dengan nada puas.
"Jadi, gimana? Aku berhasil, kan? Rangking 3! Sekarang, kau tidak bisa ngelak lagi, Nataa. Janjimu tetap janji."

Nataa menghela napas panjang, menekan dahinya dengan jemarinya seakan menahan sakit kepala. Dia benar-benar tidak menduga Azila akan sekeras ini mengejar taruhannya.

Nataa dengan suara frustasi.
"Aku tidak menyangka kau segila ini, Azila..."

Azila menyeringai, merasa puas melihat ekspresi Nataa yang kewalahan. Dia tahu sejak awal bahwa Nataa menganggap taruhan ini hanya bercandaan, tapi bagi Azila, ini adalah misi serius.

Azila berdiri tegap, menatap Nataa dengan penuh semangat "Aku kan sudah bilang, aku tidak main-main. Kau janji, kalau aku bisa dapat rangking 3, kau bakal jadi pacarku. Jadi, sekarang aku tagih janji itu."

Nataa meremas rambutnya sendiri, merasa benar-benar terpojok. Dia bukan tipe orang yang gampang goyah, tapi Azila telah membuktikan bahwa dia bisa menembus batasannya.

Nataa menghela napas, menatap Azila dengan ekspresi pasrah.
"Baiklah... Aku memang sudah janji, dan aku tidak suka melanggar janji. Tapi jangan harap aku bakal jadi pacar yang romantis atau semacamnya."

Azila tertawa kecil, matanya berbinar senang.

"Nataa, kau tidak perlu jadi romantis. Aku cuma butuh kau jadi milikku."

Nataa memutar bola matanya, merasa situasi ini semakin tidak masuk akal. Sementara itu, dari kejauhan, Naina menyaksikan semuanya dengan ekspresi tak percaya. Dia tahu Azila keras kepala, tapi dia tidak menyangka sahabatnya akan berhasil sampai sejauh ini.

Naina bergumam pelan.
"Astaga, Azila... kau benar-benar gila."

Azila hanya tersenyum lebar, menikmati kemenangan taruhannya. Sementara Nataa? Dia hanya bisa menatap langit, bertanya-tanya bagaimana hidupnya bisa sampai di titik ini.

Di atap sekolah, angin sore berhembus pelan, membawa aroma tembakau dari rokok yang dipegang Reigha. Pemuda itu bersandar santai di pagar pembatas, matanya menatap kosong ke langit. Tak lama, pintu menuju atap terbuka, dan Nataa muncul dengan wajah penuh frustasi.

Reigha melirik sekilas, lalu menghembuskan asap rokok.
"Tumben kau ke sini, kalah taruhan?"

Nataa tidak langsung menjawab. Ia berjalan mendekat dan menyandarkan diri di pagar besi, menghela napas panjang seakan dunia sudah runtuh di pundaknya.

"Azila dia benar-benar gadis gila... Aku harus menjadi pacarnya sekarang."

Reigha mengangkat alis, lalu terkekeh pelan.

"Pantas saja wajahmu seperti seseorang yang baru saja ditipu."

Ia mengulurkan rokoknya ke arah Nataa, yang tanpa ragu langsung mengambilnya. Baru satu hisapan, ia langsung batuk-batuk parah.

Reigha tertawa keras.
"Ini pertama kalinya kau merokok? Serius sekali sampai mencoba ini hanya karena frustrasi gara-gara perempuan?"

Nataa masih batuk, matanya berair karena asap yang terlalu tajam. Ia mengembalikan rokok itu ke Reigha dengan ekspresi kesal. Reigha sendiri tidak sadar dia juga pernah berada di posisi Nataa, bahkan sampai mabuk pertama kalinya.

"Aku tidak mengerti kenapa dia begitu gigih mengejarku. Azila seperti badai. Sekali masuk ke dalam hidupku, semuanya jadi berantakan."

Reigha menyeringai, mengambil kembali rokoknya.

Reighaard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang