Jay mengangkat bros bermata zamrud itu ke arah matahari. Emas yang mengelilinginya imitasi, tapi batu permatanya asli. Ia bertanya-tanya idiot macam apa yang tega menempelkan batu zamrud bagus ke emas palsu.
"Kalau tidak punya uang tidak usah pegang-pegang," kata pemilik kios mengejek. Jay meliriknya sekilas dan meletakkan kembali bros itu di antara perhiasan lainnya. Pemilik kios itu menatapnya sinis ketika ia tidak segera pergi.
Jay memperhatikan perhiasan-perhiasan yang dipajang di kios bobrok itu. Ia yakin tidak ada seperempat dari semua barang ini yang benar-benar asli dan bukan barang curian atau palsu. Pemilik kios ini memasang harga hampir tiga kali lebih mahal—tapi semua tukang suvenir di sini melakukannya. Yah, Jay tidak bodoh.
"Hei, Paman," kata Jay. "Kalau ini kutukar dengan bulu phoenix—"
Si pemilik kios memicingkan mata. Yang diacungkan Jay adalah gelang perak berukiran tanaman merambat bertabur batu delima. Pemilik kios itu mendengus, kemudian tertawa terbahak-bahak sampai tersedak. Jay menunggu sementara orang itu terbatuk sambil menyumpah-nyumpah. Pria itu mengusap mulutnya dengan lengan dan memicing pada Jay.
"Bulu phoenix!" teriaknya. "Dasar idiot! Kau jadi budakku seumur hidup pun tidak akan cukup untuk membayar itu. Kamu mau menukarnya dengan bulu phoenix!"
Orang itu meludah. Jay mengangkat alis jijik.
"Aku tahu harga, Paman. Batu delima ini palsu. Ini bukan perak kelas tinggi." Jay memutar gelang itu di jari telunjuknya. "Jangan kira aku tidak tahu dari mana Paman dapat gelang ini. Di stasiun—"
Wajah pemilik kios itu langsung memucat. Ia menatap Jay seperti melihat hantu. Beberapa saat ia terlihat kesulitan bicara. Kemudian semburnya,
"Apa maumu?!"
"Gelang ini. Bulu phoenix. Aku punya sepuluh." Jay menyeringai. "Akhir-akhir ini susah lho mencari phoenix—"
Tiba-tiba gelang itu terlempar dari tangan Jay dan mendarat di jalan. Mata Jay spontan mengikutinya—dan tiba-tiba saja ia sudah terkapar di jalan juga, kepalanya berkunang-kunang.
"TAK USAH KE SINI LAGI!"
Pemilik kios itu bersumpah serapah, tapi Jay tidak mendengarnya. Ia mengantongi gelang perak itu dan merogoh tasnya. Di tengah jalan, di tempat gelang tadi terjatuh, diletakkannya seikat bulu phoenix.
"Terima kasih!"
Ia buru-buru melesat di antara kerumunan orang—siapa tahu paman itu mengamuk lagi. Ketika Jay sudah tak kelihatan, si pemilik kios itu mengutuki punggungnya sambil membungkuk untuk mengambil bulu yang ditinggalkan Jay di tengah jalan. Sambil bersumpah serapah ia kembali ke balik meja kiosnya dan menunggu pelanggan lagi.
-
Heeseung menatap curiga pada gelang perak di meja yang langsung menarik perhatiannya begitu ia melangkah masuk rumah. Ia sudah siap berteriak.
"Jay..."
"Aku tidak mencurinya!" seru Jay buru-buru. "Aku beli kok! Yah, bukan beli sih, tapi barter..."
KAMU SEDANG MEMBACA
bloom [jaywon]
Fanfictiona thief, and a boy who was desperate to fly. "kamu segitu pinginnya terbang. apa kamu dulu mati tenggelam?"