mission canceled

266 64 5
                                    


Jay berusaha menenangkan diri. Jantungnya masih terasa melompat-lompat dalam dadanya. Peri itu—Jungwon tadi namanya?—menatapnya dengan tenang. Ia tidak kelihatan tersinggung meskipun Jay tidak berhenti menatapnya. Ada sesuatu di wajahnya yang membuatnya terlihat tua dan muda pada saat yang sama. Wajahnya penuh kemurnian seorang anak kecil, tapi itu juga wajah seseorang yang lama memikul beban usia. Jay sadar Jungwon adalah seseorang yang tidak tersentuh waktu.


"Tapi—tapi kamu betulan peri?" tanya Jay sebelum bisa ditahannya.


Jungwon tersenyum geli. Ia membuka tangannya di hadapan Jay. Jay memicingkan mata, tidak yakin ia sedang melihat apa. Kemudian ia melihatnya—ada setitik air kecil di tengah telapak tangan Jungwon. Ketika Jungwon menjetikkan jarinya, titik air itu pecah menjadi kepingan-kepingan salju. Jay ternganga. Jungwon menarik kembali tangannya dan melanjutkan seperti tidak ada apa-apa,


"Jadi, aku ingin minta tolong."

"Ah ya," Jay menggaruk tengkuknya malu. "Apa yang bisa kubantu...?"

"Targetnya kios perhiasan kedua dari gerbang masuk pasar antik."

"Kios perhiasan kedua?" Jay mengangguk cepat. "Aku baru ke sana tadi pagi. Apa yang harus diambil?"

"Gelang perak," jawab Jungwon. "Agak tipis, sekitarnya ada batu delima, berukiran tanaman merambat. Dicuri waktu barang bawaanku hilang di stasiun," Ujung bibir Jungwon menukik turun. "Aku tahu pemilik kios itu yang mencurinya, tapi aku tidak punya uang untuk membelinya kembali. Pasti harganya jadi mahal..."

"Yah, tidak juga sih."

"Apa?"


Jungwon menatap penuh pertanyaan pada pencuri bayaran di hadapannya. Jay terdiam lama sekali, wajahnya memerah. Akhirnya dengan ragu-ragu ia mengeluarkan gelangnya yang baru tadi pagi ia 'beli'.


"Ini bukan?"


Mata biru Jungwon melebar sebesar cawan. Dengan napas tertahan ia meraih gelang yang Jay sodorkan, mengamatinya teliti. Mendadak matanya menyipit tajam.


"Dapat dari mana?"

"Aku beli," gumam Jay canggung.

"Kamu—kamu tidak tahu kalau ini barang curian, kan?"

"Aku tahu."

"Kamu beli padahal tahu kalau ini curian?"


Dengan tenang Jungwon menyimpan gelang itu di sakunya. Ekspresinya berubah begitu cepat, Jay sedikit terpana.


"Tidak apa-apa," kata Jungwon. "Berarti misinya tidak jadi. Aku betul-betul minta maaf."

Jay mengangkat bahu. "Tidak masalah."

"Berapa kamu beli gelang ini?"

"Tidak usah," gumam Jay pahit. "Ambil saja. Memang aku yang salah."

"Tapi kamu sudah jauh-jauh ke sini."

"Tidak jauh," dengus Jay sambil beranjak pergi. "Sudahlah, ambil saja. Jangan sampai dicuri lagi."


Jungwon terpana.


"Hyung," serunya pada punggung Jay. "Hyung, tunggu—"

Jay berbalik, alisnya mengerut. "Kenapa tiba-tiba 'hyung' sih?"

Jungwon juga tidak tahu. "Itu tidak penting," ujarnya cepat. "Hyung, ini nggak bisa kuambil begitu saja."


Jay hanya tertawa, melambaikan tangan dan berjalan menjauh. Sebelum keluar dari pintu ia terdiam.


"Aku beruntung bisa bertemu peri," ujarnya pelan. "Itu sudah cukup buatku."


Dan ia melangkah keluar.






































selamat pagi menjelang siang, apa kabar dear readers semuanya? semoga selalu bisa menemukan jalan untuk bahagia. akhirnya saya sempet juga apdet subhanallah. mohon maaf chap ini pendek sekali, tapi semoga bisa mengobati sedikit rasa penasaran 🙈 in syaa allah saya akan bisa sering update kayak dulu lagi. bismillah anti mleyot!


terimakasih yang sudah baca sampai sini!



kamis, 11 maret 2021

10.30

with love,



lee hayun

bloom [jaywon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang