long chapter ahead, tema sedikit berat. disarankan membaca sambil rebahan.
Seribu lima ratus tahun lalu, kamu bisa bangun karena ada naga menggaruk-garuk pintu belakangmu, atau telat pergi ke sekolah gara-gara dikejar rombongan pixie, atau meminta ramuan obat batuk ke penyihir yang tinggal di seberang sungai. Kamu tidak akan heran melihat peri hutan yang setinggi belalang bermain-main di bunga anggrek di depan rumah.
Negeri ini dipimpin dan dibangun oleh manusia, tapi makhluk-makhluk magis adalah bagian penting dari keseluruhan negeri ini. Di negeri ini mereka diterima dengan tangan terbuka, hidup berdampingan dengan manusia sambil terus menjaga tradisi mereka hidup. Seiring waktu berjalan, kekuatan-kekuatan magis menyatu dengan naluri manusia, membawa keseimbangan dan kedamaian.
Tapi negeri ini membenci makhluk campuran.
Adalah sebuah peraturan tidak tertulis, sebuah adat lama, bahwa darah manusia tidak boleh bercampur dengan darah makhluk magis manapun. Terakhir kalinya seorang campuran hidup di negeri ini, ia tidak pernah ada di catatan penduduk, tidak pernah tertulis dalam sejarah. Ia hanya ada melalui bisikan-bisikan dan cerita-cerita, kisah yang akan diceritakan orang-orang ketika tidak ada topik baru untuk bergosip. Ia adalah tokoh utama dalam kisah-kisah yang diceritakan para ibu untuk menakut-nakuti anak-anaknya: "Jangan pernah mendekat pada hybrid. Jangan pernah terlalu dekat dengan peri, elf atau merpeople. Jangan pernah... jangan sampai anak-anakmu adalah hybrid!"
Ribuan tahun, dan tak pernah ada seorang pun hybrid tercatat dalam sejarah negeri itu. Ribuan tahun, dan sejarah negeri itu adalah sejarah yang damai tanpa gejolak.
Yang mereka tidak tahu adalah bahwa bukan hybrid yang akan mengguncang ketenangan negeri itu—tetapi sebuah tambang emas di dasar danau.
Danau itu dulunya adalah tempat tinggal para peri air. Kemarau panjang mengeringkan semua airnya, dan peri-peri air menemukan rumah baru di air terjun di kaki gunung. Bertahun-tahun danau itu tidak menjadi apapun, hanya tempat terlupakan penuh rumput liar yang berubah jadi rawa dangkal setiap hujan deras. Pemerintah mengklaim daerah itu sebagai milik negara, tapi tidak pernah melakukan apapun pada tempat itu. Menimbun dan mengolah bekas danau itu menjadi daerah yang bisa dihuni makan terlalu banyak biaya dan usaha.
Sampai seorang fotografer burung yang menginap untuk memotret burung ibis menemukan sebongkah kecil emas mentah di bawah tendanya—tidak lebih besar dari ujung jari kelingkingnya, tapi cukup untuk membuatnya penasaran. Ia pulang dengan beberapa bongkahan emas mentah di dalam tas kameranya. Meskipun foto yang dipotretnya memenangkan lomba, temuan emas itulah yang membuatnya tenar. Berita soal emas di danau itu menyebar seperti virus. Tak perlu lama sampai orang-orang—manusia, peri, elf, penyihir—berbondong-bondong mencari emas di danau kering itu.
Ketika berita itu sampai di pemerintahan, negara langsung menurunkan perintah untuk mengamankan daerah danau itu. Danau itu sudah jadi milik negara, maka tambang emas itu pun di bawah kuasa negara. Secepat orang-orang datang, secepat itu pula orang-orang pergi—meski tidak sebelum hampir semua orang sudah punya cukup temuan emas untuk membuat hidup mereka sedikit lebih baik. Segera setelah pemerintah memutuskan, pembangunan tambang emas besar-besaran dimulai. Semua orang memperkirakan perkembangan ekonomi yang pesat dan perbaikan negeri itu di segala bidang.
KAMU SEDANG MEMBACA
bloom [jaywon]
Fanfictiona thief, and a boy who was desperate to fly. "kamu segitu pinginnya terbang. apa kamu dulu mati tenggelam?"