Revan Martin. Sederhana,tegas,pintar dan tidak perlu pesugihan untuk menjadi kaya.dia memulai bisnis dengan cafe mini untuk beberapa tahun ini,tetapi keadaan membuatnya harus mengambil alih perusahaan sang Ayah.
Tak dapat menghindar,dia mengambil tanggung jawab dan memulai belajar untuk amanat yang di berikan sang ayah.tiga tahun berjalan dia berhasil tetapi masih membutuhkan beberapa pengajaran yang lebih
Tiba-tiba rasa ketidakpuasan akan sesuatu,menyelimuti sesak dadanya.hingga di saat berumur 22 tahun di masih bergerak mengejar segala ambisi yang di turunkan padanya
Melupakan dunia percintaan,pertemanan,hanya orang-orang tertentu yang menjadi kepercayaan
"Kepercayaan tidak dapat di beli.aku memaafkan mu,Ely. Berikan laporan yang ku maksud kemarin" -Revan
"Baik" -Ely menyerahkannya
Setelah membaca laporan a Revan mengerutkan alis. "Perusahaan ini sudah di akuisisi? Kapan? Dan Siapa?" -Revan
"Tuan Barito,Sudah satu tahun ini perusahaan itu berada di bawah perusahaan kita.tujuannya untuk memperluas akses penyaluran di wilayah itu,karena 30% konsumen membeli dengan harga yang pas dan tidak ada penawaran di wilayah sana"
"Wilayah yang elit,perusahaan ini hanya memberikan 30% apa kau bercanda??Dan selama itu tidak ada perkembangan. Laporkan Ke Saya bagaimana sistemnya disana,Secepat mungkin" -Revan
Ely mengangguk dan pergi dari ruangan tersebut.segera melaksanakan permintaan sang Tuan Muda .
"Tempat itu,Cafe itu.apa Roni masih mengelolanya?" Revan membenamkan kepalanya di Atas tumpukan dokumen
Hatinya tiba-tiba bergejolak menantang ego.bertengkar dengan pikirannya sendiri dan mencoba untuk tidak mengingat akan masa lalu yang sudah lama dia lupakan
"Sakit.tapi semuanya sudah stabil sekarang" ucapnya menyakinkan diri sendiri.ketukan pintu membuatnya duduk kembali tegak dan seperti pemimpin "Masuk"
"Laporannya" Ely menaruh berkas yang hanya di tatap kosong oleh Martin.dan tidak ada ucapan Terimakasih.tidak biasanya
"Saya tidak perlu laporan ini,Saya akan turun lansung kesana,melihat apa yang telah Barito hasilkan" -Revan segera bangkit dari duduknya "Beritahu orang-orang sana.Saya akan datang Hari ini"
_______________________________________
Percuma bertengkar dengan pikirannya sendiri,seolah-olah menit yang tadi hanyalah sebuah Koneksi untuk kembali ke tempat Awalnya.
"Tidak masalah kembali ketempat dulu"
Sedikit labil,tapi tidak masalahPerusahaan B. Yang sudah di Akuisisi oleh bawahan Martin sejak setahun lalu yang berdekatan dengan Cafe miliknya sebelum dia menjadi seorang seperti sekarang
Hatinya terasa ada mengganjal,dia tidak bisa menebak apa itu.Logikanya selalu kalah jika dalam keadaan seperti ini.
_____________________________
Ayana Memasuki Cafe yang ada di dekat perusahaanya.
"Roniiii" Suaranya nyaring di seluruh ruangan cafe,yang hanya terdiri dari tiga ruangan Empat serta Toilet
Dua ruangannya hanya terisi empat atau lima meja Bundar dan dikelilingi setiap meja empat kursi
Tidak enak di pandang,tapi Cafe ini memiliki Hawa dingin.Cahaya matahari di halangi beberapa bunga di depannya termasuk tanaman kaktus,Tanaman liar yang mulai merambat di berbagai Tembok Cafe.
Dan di ruangan kedua di samping Dapur hanya Hiasan lampu redup yang tak pernah di ganti
Ayana hapal tempat ini hanya dalam jangka waktu Tiga minggu.Cafe ini menjadi pelarian ketika orang-orang kantor hanya menyibukkan diri untuk mencapai sebuah pengakuan
"Ronii"
"Roni"
"Roni"
Yang di panggil lansung menarik nafas dalam-dalam, gadis ini memang tidak bisa sabaran gerutunya
"Cokalat atau karamel.Coklat karamel"
"Heheheheh,Lo kenapa sih di panggil sekali gak mau nyahut." -Ayan Protes
"Mager"
"Air hangat aja Ron."
Roni melemparkan tatapan tajam "kalau mau air hangat di kantor lo kan ada" Roni tidak bergerak dari tempatnya
Dari tadi dia hanya tiduran di salah satu Sofa dekat Kasir.
"Kalau boss lo tau,cara lo layani orang kaya ni.Auto di pecat!!"