“Lucas! Kau mau kemana?” teriakku
“Hanya sebentar! Aku harus menyalakan penghangat supaya ternak tidak mati” ucapnya mencoba melawan gemuruh hujan
“Tidak perlu! Aku sudah melakukannya” teriakku lagi
“Benarkah?” tanyanya mencoba mencari afirmasiku
“Iya sayang! Sudah kulakukan” ucapku lagi
Dia tersenyum dan berjalan kembali ke rumah. Aku menggapainya dan memeluknya hangat.
Hujan memang sangat deras malam ini. Ternaknya memang banyak yang tiba-tiba mati. Barangkali dia takut kejadian itu terulang. Jadi, dia selalu mencoba mengantisipasinya.
Besoknya, dia kembali bekerja. Dia sebenarnya sangat khawatir dengan ternaknya. Kemarin saat hujan, ternaknya mati satu.
Dia merasa aneh, tapi aku mencoba menenangkannya. Mungkin saja memang terserang penyakit atau semacamnya. Dia kemudian mengangguk mengerti dan segera berangkat ke kantor.
Malam ini kembali hujan deras mengguyur kampung kami. Lagi-lagi, dia pulang telat dan tak langsung ke rumah. Berniat ingin menyalakan penghangat untuk ternaknya. Aku segera memanggilnya di depan pintu rumah.
Demi Tuhan! Apa dia tidak takut sakit? Kenapa ceroboh sekali menjaga kesehatan dirinya sendiri?
“Lucas! Demi tuhan aku sudah menyalakan penghangatnya! Cobalah kau pikirkan dirimu sendiri! Jangan sampai sakit! Atau kau akan mati seperti ternak mu itu!” teriakku
“hehehe, iya. Aku pulang” ucapnya segera berbalik dan berjalan ke arah rumah
Dia masih cengengesan dan aku hanya memasang wajah kesalku. Tapi kemudian aku meraihnya dan memeluknya hangat. Lalu kami masuk untuk makan malam dan beristirahat dengan tenang.
Dia masih sedikit khawatir dengan ternaknya, dan berniat mengunjungi mereka. Kembali, aku mengatakan aku juga butuh perhatiannya.
Padahal, aku hanya takut, kalau dia tau, aku baru saja memakan semua ternaknya sore ini.
Aku sangat kelaparan! Makanan manusia tak cocok buatku. Aku bisa memakan Lucas!
Tapi aku terlalu mencintai dia, sehingga aku takut kehilangan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire | One Shoot Story ✔️
VampiriIt Us! As a Vampire Don't you wanna know how it feels?