Pesawat

16 1 2
                                    

Matahari belum muncul sempurna, mungkin dia masih malu untuk menyapa makhluk bumi. Jam juga masih menunjukkan pukul setengah empat kurang, dan seseorang sudah bangun untuk siap-siap melanjutkan mimpinya. Semangat namun juga cukup menyedihkan, apapun itu tetap harus dijalani meski susah karena siapa tau itu salah satu kunci dari pintu kesukses an nanti dimasa yang akan datang.

Pagi ini Lucyan akan pergi berangkat mengejar mimpinya yang sudah dia pikirkan dari jauh-jauh hari. Disinilah dia sekarang, duduk didalam mobil milik ayahnya dengan barang-barang yang akan dia bawa disampingnya.

"Yah, setel dong radionya biar ga sunyi gitu." Pinta Laskar,adek Lucyan yang kedua. Pemuda berambut coklat tua yang kini sedang duduk disamping pintu mobil dia sedang mencoba untuk tidak tertidur lagi dengan memukul pipinya dengan pelan tapi cukup kuat,bagaimana ya menjelaskannya?? Ya intinya begitu.

"Hoamm. Yah, adek tinggal tidur ya?? Nanti bangunin aja kalau udah sampai." Safarka, adek Lucyan yang ketiga alias anak bontot atau bungsu. Perempuan, poninya kaya Dora kalau kata Laskar sama Lucyan. Mereka berdua kalau sudah urusan menggoda adeknya sudah dipastikan partai PD¡ lewat.

"Halah, nanti juga dibangunin gabakal bangun. Situ kan jelmaan kebo!!" Ejek Lucyan ke Safarka yang sudah terlelap sejak 5 detik lalu.

"Lihat aja nanti diguyur pake ember sama ayah, huu!!" Lucyan tadinya menengok kebelakang untuk melihat Safarka yang tidur diatas kopernya, dia bingung kok bisa adeknya itu nyaman banget tidur diatas koper punya dia. Masa bodoh, adeknya kalau tidur sudah seperti orang mati rasa tidur di tumpukan batu juga tidak masalah asal ada kipas ya oke-oke saja.

"Lucyan, nanti disana langsung ke apartement nya ya. Jangan kemana-kemana kecuali ke kampus, kayanya disana bakal ada festival sehari setelah kamu sampai." Ujar ayahnya yang kini sedang fokus menyetir sambil menggelengkan kepalanya ke kiri seolah sedang menatap Lucyan.

"Iya, emang Ayah tau darimana??" Tanya Lucyan, dia yang mau pergi saja tidak tau kok bisa Ayahnya tau menau tentang apa yang akan terjadi beberapa hari kedepan.

"Dari temen ayah, ada yang kerja disana juga." Jawab sang Ayah yang masih fokus melihat jalanan. Lucyan hanya menganggukkan kepalanya, jarinya sedang sibuk mengetik untuk mengabari teman-temannya di group. Sebenarnya jam segini beberapa ada yang masih tidur, tapi kan mereka tau hari ini Lucyan pergi masa iya mau tidak ikut? Mau mengunjungi saja rasanya beban sekali karena beberapa masih sekolah menengah dan yang sudah kuliah juga jadwal liburnya tidak menentu, jadi ya.. Kapan lagi?

Ibunya menyusul bersama temannya nanti, barangnya tidak cukup jika semuanya dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Yang ada nanti bannya kempes,ya mau tidak mau ibunya terpaksa ikut kendaraan milik temannya. Entah apa saja yang dia bawa, curiga yang dibawa susu kotak plus sekotak tupperware yang berisi sambal buatan ibunya. Tapi kalau boleh jujur memang isinya ada sambal buatan ibunya sih, tapi kalau tidak aman dan ketahuan pihak bandara.. apa boleh buat? Biar nanti Lucyan buat saja sendiri, itu urusan pribadi. -Lucyan 2021

Mobil berhenti didepan gedung besar, airport. Dia sudah sampai, setelah ini pengecekan paspor dan barang lalu berangkat. Tapi dia sedang melihat kesana kemari mencari temannya yang akan datang, nihil tidak ada siapapun. Bahkan airport juga sedang sepi, tidak terlalu banyak penumpang. Dia berjalan ke kantin airport sambil menggandeng tangan kedua adeknya yang masih mengantuk, dia mendudukkan kedua adeknya di kursi kantin dan pergi memesan makanan. Ayahnya masih mengeluarkan barang, tetap saja dia tidak lupa membelikan ayahnya juga.

"Bu,bubur ayam 4 ya. Yang dua ngga pakai kacang,yang dua lagi ngga pakai daun bawang." Setelah memesan Lucyan menemani adeknya,saat kembali tinggal satu. Panik. Dia pergi mencari adeknya disekitar kantin,lalu dia mencari di penjuru tempat airport. Setelah 10 menit berputar rupanya adeknya sedang melihat bunga yang sudah mekar. Wajahnya sumringah seperti habis menang lotre,ada banyak kupu-kupu dan merpati. Dia ikut berjongkok disamping adeknya.

"Bagus ya saf? Safarka mau bunga?" Yang dipanggil 'adek' menoleh,kakaknya ternyata ikut berjongkok untuk menyamakan tinggi. "Nih,ada durinya. Hati-hati lain kali,nanti kalau berdarah sakit." Lucyan memetik satu bunga lalu menghilangkan durinya hati-hati dan menyelipkan bunga itu ditelinga sang adek. "Udah yuk makan bubur,ditunggu Laskar." Lucyan menggendong Safarka dipundaknya,hari ini dia harus berbaik hati karena setahun setelah ini dia hanya akan bisa melihat kedua adeknya lewat layar handphone.

Saat sampai dikantin dia menangkap sosok perempuan disamping Laskar sedang membantu Laskar untuk makan,Lucyan segera menghampiri Laskar dan perempuan yang terlihat familiar. "Eh,maaf ya ngerepotin. Tadi habis nyari nih bocil satu." Dia segera menunduk sedikit meminta maaf dan berterima kasih sudah menjaga Laskar saat dia mencari Safarka.

"Iya sama-sama,lain kali hati-hati." Pinta perempuan didepannya,mereka duduk berhadapan. Laskar dengan Safarka,Lucyan dengan perempuan yang tadi menjaga Laskar. "Mau kemana?" Lucyan mencari topik agar tidak terjadi kecanggungan. "Mau ke Shanghai." Jawaban singkat,cukup menjelaskan semuanya. "Sama,gua juga mau ke Shanghai. Oh ya,kenalin gua Lucyan." Perempuan itu tersenyum "Gua Yuqi,salam kenal." Keduanya berjabat tangan,tidak lama bubur mereka datang. Yuqi sudah memesan bubur duluan,ya akhirnya hanya terdengar suara sendok yang sesekali berdentinggan dengan mangkok. Suara hati? Ya entahlah,saya bukan dokter.

"Loh,Yuqi kok disini??" Ayah Lucyan tiba dan mengenali perempuan dihadapan anaknya. "Eh iya om,Yuqi juga mau ke Shanghai mau lanjut kuliah." Jawabnya sopan. "Sama dong kaya Lucyan juga mau kuliah." Ayahnya tersenyum dan melahap buburnya hingga habis.

"IH MINGGIR SIH,KAN KEMARIN UDAH SETUJU GUA YANG PEGANG KUENYA."

"GUA CUMA MAU PASANG LILIN????"

"YA SANTAI AJA KALAU MAU MASANG LILIN, GAUSAH DORONG GUA DONG."

"GUA GAADA DORONG LO."

"Maaf mas,jangan ribut ya.." ucap salah satu pegawai. Yang membuat mereka semua diam. "Oh iya mba,maafin mereka. Emang malu maluin doang bisanya hehe." Galen membungkuk dan tersenyum untuk meminta maaf atas kericuhan yang dibuat oleh teman-temannya.

"Widih Lucyan sama siapa tuh? Kok cakep??" Gerald heboh,seperti baru pertama kali dia melihat perempuan cantik. "Alay." Bara langsung berjalan didepan mereka semua dan duduk dibelakang Lucyan,ya masa bodoh. Lucyan juga suka cengo,biarkan saja nanti juga sadar sendiri.

———————-
 Chapter kali ini singkat, banget. Sorry for late update.

[Revisi]

- Memories -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang