satu

863 56 4
                                    

Happy Reading
Maaf kalau ada typo
---

Drt..drt..

"Hallo."

"Gue butuh bantuan lo."

"Apa yang bisa gue bantu?"

"Tolong habisin dia."

Ting

"Fotonya udah gue kirim. Pokoknya sebelum besok, lo harus cepet habisin dia."

"Oke"

"Soal bayaran nanti gue trans..."

"Stt.. lo ga usah bayar gue"

"Lo serius?"

"Gue serius"

"Thanks ya"

tut tut tut....

pria itu langsung memutus panggilan telpon secara sepihak. Baginya tak perlu harus berbicara terlalu banyak, yang terpenting ia sudah tau apa maksud dan tujuan temannya itu menelpon.

Dia sudah tau maksud dari kata 'habisin' yang berarti ia harus membunuh pria yang ada di layar hp nya ini. Baginya kegiatan bunuh membunuh sudah menjadi hal yang biasa untuknya. Bahkan ia menganggap bahwa membunuh adalah hobi. Iya hobi, hobi yang harus ia lakukan setidaknya seminggu dua atau tiga kali.

Ia beranjak dari tempat tidurnya untuk bercermin di lemari. Ia menatap cermin itu lekat, memperhatikan wajah dan tubuhnya yang semakin hari semakin terlihat kurus. Wajah pucatnya seperti sudah menjadi hal biasa menghiasi hari hari nya.

Tok.. tok..

"Ya sebentar."  Jawabnya.

ceklek...

"Hai apa kabar nak?"

"Ah kabar baik bu." Jawabnya tersenyum sambil menerima sepiring kue brwonis.

"Ini aku bawakan brwonis untukmu, kebetulan tadi ibu habis membuat brownis. Jadi ibu pikir ingin membaginya untukmu."

"Terima kasih banyak bu. Terlihat sangat enak."

Ah walaupun ia suka melakukan hobi yang aneh, namun dirinya di kenal sangat ramah oleh para tetangga yang ada di sekitar apartemennya. Ia bahkan di kenal sebagai pria yang baik hati, ramah, dan suka membantu. Sangking akrabnya ia dengan tetangga sekitar, ia bahkan sudah di anggap anak sendiri oleh Bu Ema.

Bu Ema adalah seorang perempuan paru baya yang hidup sebatang kara di kota ini. Anak pun ia tak punya, karena ia mandul. Suami pun sudah meninggalkan dia sepuluh tahun lamanya dan tak pernah kembali. Jadilah ia sudah di anggap anak sendiri oleh Bu Ema. Kamar apartemen Bu Ema pun bersebelahan dengan kamarnya.

"Semoga kau suka."

"Pasti. Pasti aku akan menyukainya, ini terlihat sangat enak." Ucapnya sambil mendekatkan hidungnya untuk mencium aroma brownis yang terlihat sangat menggoda.

"Yasudah kalau gitu."

"Terima kasih ya."

Sebelum Bu Ema melangkah pergi, Bu Ema berhenti dan menengok ke arahnya.

"Kau jaga pola makanmu. Lihatlah badanmu semakin hari semakin kurus, ibu jadi khawatir denganmu. Jaga dirimu ya Shandy."

"Baik bu." Shandy tersenyum.

--------

Malam hari telah tiba, dan tiba saatnya untuk Shandy menjalankan tugasnya. Ia menyiapkan segalanya dengan baik. Walaupun ini bukan sebuah misi yang besar, namun Shandy selalu mempersiapkan semua dengan matang.

Bad Guy | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang