chapter 2

5 2 0
                                    

🔥
“Bang Dino, tadi saya melihat ada gelagat mencurigakan di sebuah sudut gudang Boss Bobby.”

“Baik, kita kerahkan anak buah untuk menyisir tempat tersebut.”

Alifa dan Dino bersama menyisir gudang penyimpanan milik Bobby di perbukitan. Benar saja setelah disisir mereka menemukan sebuah ranjau yang dipasang tak jauh dari gudang itu. Dino berhasil membekuk seorang pria misterius di balik pohon randu. Bobby beruntung memiliki dua bodyguard yang cekatan.

**
Bobby adalah seorang pengusaha yang temperamental, dibalik kesuksesannya dia memiliki kisah kelam. Sebab dia sudah lama ditinggalkan oleh ibunya, dan dibesarkan oleh ayah yang mendidiknya dengan keras. Bobby memiliki seorang kekasih bernama Mariana yang cantik dan seksi. Sayang dia memilih Harvey yaitu musuh besar Bobby. Sehingga si temperamen Bobby menjadi kesal dan marah pada siapa saja.

Dino yang bekerja dengannya sudah satu tahun sudah tahu karakter sang Boss. Tidak mau dibantah dan perfeksionis.

Pulang dari sebuah pertemuan dengan para relasinya di Kota B, Bobby hanya diantar oleh Alifa. Sopirnya mendadak sakit perut sehingga pulang duluan. Alifa menyetir mobil Bobby dengan kecepatan tinggi, di belakang kemudi Alifa tampak begitu serius dan melihat di kaca bossnya sudah tertidur pulas.

“Kenapa berhenti di sini?” tanya Bobby.
“Ban mobilnya bocor saya harus menggantinya,” jawab Alifa lalu keluar dengan segera membuka bagasi. Mengambil dongkrak dan ban cadangan.

“Kenapa tidak ke bengkel saja?” Bobby ikut keluar sambil bersedekap.

“Bengkel masih jauh, kalau tidak diganti kita bisa kemalaman. Bos mau di sini sampai malam?” tanya yang Alifa mulai masuk ke kolong  mobil. Bobby terharu, seorang wanita sekelas Alifa yang melindungi dirinya segenap jiwa. Alifa mengganti ban mobilnya suatu pekerjaan yang biasa dikerjakan kaum adam.

“Biar kubantu.” Bobby menawarkan diri.
Alifa tidak menyahut dan serius mengerjakan tugasnya membuka felk ban dan peluh mulai mengucur di sekitar wajah Alifa. Segenap tenaga dia kerahkan. Bobby menatapnya intens.

‘pekerjaannya rapi sekali’ batinnya.

Karena badan Alifa kegerahan dan membuka blazer dan menguncir rambutnya hingga terlihat wajah cantiknya. Bobby baru menyadari jika bodyguardnya ternyata seorang wanita yang cantik jelita. Otot di tangannya menegaskan kekuatan seorang bodyguard.

Sebenarnya bagi Alifa mengganti ban mobil baru satu kali dia lakukan dan ini yang kedua. Hatinya was-was takut salah. Akan tetapi jika tidak diganti bisa-bisa dia kena damprat dan pulang malam hari itu artinya dia akan melewatkan acara ulang tahun sepupunya.
Satu jam sudah akhirnya menjelang Azan Maghrib dia selesai.

“Beres, Bos.”

Bobby memperhatikan wanita itu yang mencari blazernya.

“Ini blazermu.” Bobby memberikan blazer hitam milik Alifa. Alifa memakainya, tetapi sebelumnya dia mencari lap atau tisu dari dalam mobil. Tanpa diduga Bobby memberikan sapu tangan warna coklat dari dalam sakunya. Alifa menolaknya.

“Tak usah, Bos.”

“Tanganmu kotor, sapu tangan ini bisa sedikitnya menyeka wajahmu yang ada olinya.” Bobby mendekati Alifa dan menyeka pipi dan kening yang kotor. Alifa menjadi salah tingkah dan bergerak mundur tetapi Bobby mencekal tangannya. Bodyguard itu diam saja tak berani membantah tapi buru-buru dia menunduk.
‘Kita akan kemalaman ke rumah, di perjalanan takut ada yang mengintai. Ayo kita lanjutkan perjalanan!” ajak Alifa dan membukakan pintu untuk Bobby.

Di perjalanan mereka hanya diam saja, Alifa fokus menyetir dan Bobby sibuk menerima panggilan. Sesekali memperhatikan keadaan di luar. Lampu kelap-kelip di kota dan banyak hilir mudik kendaraan menuju angkringan makanan.

‘Cantik juga si Alifa’ batinnya berbicara.
**
Suatu hari, Bobby dan keluarga yang tinggal di sebuah rumah besar peninggalan kakeknya, menyaksikan seorang asisten rumah tangganya di tembak mati di hadapannya. Berteriak pun dia takut. Maka, dia menangis dalam diam. Aparat penegak hukum mengamankan tempat itu dan memberi garis polisi. Memutuskan untuk membalas dendam pada pria itu. Kejadian itu terjadi ketika dia berumur sepuluh tahun.
Ia memilih berdiam di resort mewah milik ayahnya mengatasi ketakutannya.
“A—ayah a—ku takut,” suara Bobby  dengan gemetar.
Mark Romano—ayahnya—mendekap dan mengelus rambut putra sulungnya. Dalam hati dia bertekad untuk memiliki kekuasaan agar bisa memiliki senjata seperti pria penembak pembantu di rumahnya, sebab sasaran sebenarnya yaitu Phil Romano yaitu kakeknya. Hal itulah yang menjadikan dia seorang mafia senjata namun dia sangat licin. Menyembunyikan kegiatannya itu dengan berbagai bisnisnya yang berkembang pesat, seperti Wonderland dan apartemen di beberapa tempat di Jakarta dan Surabaya.
**
Tiga puluh menit kemudian,
“Bos, kita sudah sampai.”Alifa berbicara sambil memarkirkan mobil. Namun taka da sahutan, ternyata Bobby sedang nyenyak tidur kemudian Alifa membangunkan Bobby yang tertidur.
“Bos. Bos bangun kita sudah sampai.” Alifa menggoyangkan tubuh Bobby di jok belakang.
Pria itu membuka matanya dan beradu pandang dengan Alifa, tapi Alifa segera mengalihkan pandangannya. Menggeliat lalu duduk, melihat ke luar lewat kaca jendela.
“Oh sudah sampai.”
Bobby ke luar dari mobil diikuti oleh Alifa.
“Semua clear,” suara seseorang dalam walki talki Alifa.
Srigala betina itu sudah duduk dan menghela napasnya. “Alifa!” teriak Bobby dari dalam kamarnya.
Alifa yang baru saja melepaskan blazernya langsung berlari.
“Ada apa, Bos?” tanyanya.
“Kamu lihat flashdisku?”
“Tadi pagi saya lihat ada di ruang kerja, Bos.”
“Coba ambilkan ada yang ingin kukerjakan di sini.”
Alifa mengambil flashdisk berwarna hitam dari ruang kerja Bobby. Meskipun sudah lelah setelah seharian dan mengganti ban ia harus mengikuti perintah bosnya.
“Ini Bos.”
Alifa yang lapar lalu pergi ke dapur dan makan yang telah disediakan asisten rumah tangga Bobby.
Hari yang melelahkan dia bawa tubuhnya ke kamar mandi dan membersihkan diri di kamar paling belakang rumah itu. Waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB ketika Alifa mendengar sesuatu dari arah kolam renang. Dengan mengendap-endap dia mengincar arah suara dan tanpa memberi tahu yang lain termasuk Bobby. Tak diduga sama sekali ternyata Bobby sedang berenang malam itu, Alifa menepuk keningnya.

“Bos,” gumamnya.

Duuaar!
Suara letusan bom Molotov persis di pinggir kolam renang, Alifa berlari menuju kolam renang dan mendekati Bobby.
“Tolong…!” teriak Bobby.

Alifa yang sudah langsung turun menceburkan diri ke dalam kolam dan menyeret Bobby dibantu salah seorang temannya yaitu sekuriti yang bertugas. Semua orang dari dalam rumah berteriak dan berhamburan ke luar rumah.
Bahu membahu membantu Bobby dari dalam kolam.

“Aku tak apa-apa.”

Bobby berenang ke tepian. Alifa naik dan mengerahkan agar penjagaan diperketat.

Bobby menghela napasnya dengan ngos-ngosan dan menyelimuti dirinya dengan handuk menatap Alifa yang basah kuyup karena mau membantunya, terlihat jelas lekuk tubuh Alifa dan menampakkan pakaian dalamnya.

Beberapa kemudian polisi datang dan meminta keterangan dari sejumlah saksi.

Next?

THE BEAUTIFUL BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang