Part 3 - Take Off

69 2 0
                                    

Menjadi lulusan terbaik dan mendapat nilai ujian nasional hampir sempurna ternyata tidak membuat Diandra langsung diterima di salah satu universitas terbaik yang menjadi incaran Pak Roby dan Pak Radith. Meskipun nilai akhir Diandra sangat membantu Diandra dalam proses penyeleksian mahasiswa baru, Diandra tetap harus mengikuti ujian masuk universitas disana. Namun, entah karena memiliki nasib yang bagus atau memang karena kecerdasannya, Diandra berhasil lolos dan dapat memilih salah satu dari tiga universitas terbaik yang menjadi incaran Pak Roby dan Pak Radith. Sesuai kata Pak Radith, Diandra pun bebas memilih dari ketiga universitas tersebut. Baik Pak Radith maupun Pak Roby tidak memaksakan kehendak mereka terhadap Diandra sampai sejauh itu. Hingga akhirnya Diandra pun memutuskan untuk memilih universitas yang berada di kota California.  

"Ketiganya bagus. Aku benar-benar kesulitan memilih. Tapi entah kenapa hatiku berkata bila aku harus memilih California sebagai tempatku belajar dan tinggal", ujar Diandra. 

"Baiklah, kita akan mengurus proses pendaftaran dan tempat tinggal kamu disana. Pokoknya kamu tinggal terima beres saja nanti", ucap Pak Roby. 

"Papa bangga sama kamu, sayang", Pak Radith mengelus pelan kepala Diandra penuh senyuman.  

"Terima kasih, Pa". 

Hingga satu hari menjelang keberangkatannya, Diandra masih sibuk menyiapkan barang-barangnya dengan dibantu oleh Bu Radith dan Lina. Diandra sudah mulai bosan dengan semua persiapan ini. Persiapan untuk pergi ke USA ternyata sangat memusingkan! Diandra terus menerus membatin dalam hati kecilnya. Diandra, Lina dan Bu Radith memeriksa barang-barang bawaan Diandra berdasarkan daftar barang-barang yang telah dibuat. Hingga malam pun tiba dan mereka akhirnya telah selesai mengepak semua barang Diandra. 

"Mama yakin barang bawaan aku gak akan overload? Ini tuh kebanyakan, Ma", Diandra berkata dengan gusar. 

"Diandra sayang.. Kamu itu mau pergi dengan jarak yang sangat jauh dan lama. Jadi wajar kalau kamu bawa sebanyak ini. Lagian chargenya gak seberapa daripada anak Mama harus ketinggalan satu aja barang yang penting". 

"Iya, Mama kamu benar. Jangan pikirin chargenya. Pikirin barang-barang yang kemungkinan besar akan susah banget kamu temukan disana padahal kamu sangat membutuhkannya", timpal Lina. 

"Tapi ini tuh kebanyakan. Koper dua, tas tangan besar ditiap koper masing-masing satu jadi ada dua, belum tas tangan kecilnya, terus ransel besarnya. Ya ampun, bawanya repot loh", desah Diandra. 

"Kan kamu gak bawa sendirian. Ada yang bantuin kamu bawa barang-barang ini kok", ujar Bu Radith masih menanggapi santai. 

"Tapi kan nanti di.." 

"Sudah, sudah. Jangan bantah lagi. Pokoknya kamu bawa semua ini. Oya, jangan lupa bawa plastik ini", Bu Radith memberikan sebuah plastik pada Diandra, "Tadi Mama beli tambahan obat-obatan lagi". 

"What?!", teriak Diandra begitu histeris membuat Lina terkejut.  

"Ayo cepat disimpan dan kalian cepat tidur biar kalian gak kesiangan. Nanti kalo ketinggalan pesawat gimana? Ayo tidur, tidur. Mama juga mau tidur soalnya. Mama ke kamar dulu ya", Bu Radith langsung melenggang keluar kamar sebelum Diandra sempat memprotes dirinya kembali.  

"Yang sabar ya, Di..", Lina menepuk bahu Diandra dengan tampang yang menurut Diandra sebenarnya menyebalkan. Namun Diandra hanya bisa balas menatapnya dengan wajah cemberut. 

Malam itu Lina menginap di rumah Diandra. Walaupun pesawat Diandra akan lepas landas meninggalkan Jakarta pada pukul sembilan pagi, Lina tidak ingin sifat malas bangun paginya akan membuatnya telat bangun lalu kehilangan kesempatan untuk mengantarkan Diandra menuju ke bandara. Jika Lina tidur di kamar Diandra, mau tidak mau ia akan terbangun ketika Diandra bangun pagi nanti. Jadi ia tidak perlu takut untuk terlambat bangun.  

My GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang