Part 6 - Fear

31 1 0
                                    

Diandra membuka paper bag dari Mrs. Rin. Sebuah sertifikat dan dus yang berisi netbook.

"Sungguh?", pekik Diandra. "Bodoh!", Diandra memukul ranjangnya sendiri.

Diandra ingat semuanya sekarang. Saat Mrs. Rin memanggil namanya di auditorium menggunakan microphone. Diandra memang ada disana. Pandangannya mengarah ke panggung namun pikirannya melayang dengan bebas tanpa memperdulikan Mrs. Rin. Ia memikirkan tentang masa kuliahnya yang masih sangat panjang, memikirkan orang tuanya, Lina, Jakarta, Australia dan.. Foreigner. Hingga akhirnya sebuah guncangan kecil menyadarkannya.

"Apakah kau Diandra?", tanya seorang gadis yang duduk di samping Diandra.

Diandra terkejut. Ia tidak menyangka bila ada seorang mahasiswa yang mengetahui namanya. "Kau tau namaku?", tanyanya bingung.

"Well, Mrs. Rin memanggil namamu sejak tadi namun tidak ada yang maju ke atas panggung. Dia menyebutmu sebagai orang Asia, lebih tepatnya Indonesia. Hanya kau yang berwajah Asia di barisan ini. Aku pikir mungkin saja itu kau karena gadis berwajah Asia di seberang sana tidak naik ke atas panggung. Dan ternyata memang benar kau. Apa kau sedang melamun?".

Diandra memandang ke arah yang ditunjuk oleh gadis itu dan menemukan Mrs. Rin yang memanggil namanya. Ia melirik sesaat ke arah gadis Asia yang diseberang sana. Gadis jepang itu ikut mengedarkan pandangannya bersama seluruh mahasiswa yang ada disana untuk mencari wajah gadis Indonesia yang dipanggil Mrs. Rin.

"Aku hanya sedang.. Jet lag", jawab Diandra pelan.

"Ya Tuhan, apa jet lag membuatmu tuli?".

Oh Tuhan, mengapa gadis ini bisa berkata seperti itu padahal kami baru saja bertemu? Semua orang disini akan berkata seperti itu dan aku sungguh tidak ingin mendapat pengalaman buruk selama disini, batin Diandra.

"Astaga, mengapa kau lama sekali? Cepat maju ke depan!", perintah gadis itu. Ia terlihat gemas lalu mengangkat tangannya, "Aku...".

"Jangan!", Diandra menurunkan tangan gadis itu dengan cepat sebelum Mrs. Rin atau yang lainnya menyadari kehadirannya.

"Apa Ms. Diandra tidak hadir disini?", entah sudah berapa kali Mrs. Rin mengulang pertanyaannya.

"Mungkin dia sedang ke toilet", ucap salah satu mahasiswa yang tadi menyambut Diandra di pintu masuk auditorium.

"Baiklah, kita simpan ini untuk nanti saat Ms. Diandra kembali", ucap Mrs. Rin akhirnya.

"Apa yang kau lakukan? Apa kau baik-baik saja?", tanya gadis itu agak cemas.

Tidak, aku tidak baik-baik saja, batin Diandra. "Aku baik-baik saja. Aku hanya tidak ingin maju kesana".

Gadis itu tercengang, "Apa? Sist, kalau nama aku yang dipanggil, aku akan naik kesana dengan senang hati dan penuh kebanggaan karena setelah aku turun dari panggung pasti banyak orang yang ingin berteman denganku".

"Baiklah, jika nanti kalian sudah mengenal Diandra, aku harap kalian ingin berteman dan banyak belajar darinya", ujar Mrs. Rin masih diatas panggung.

"Dengar? Dia bahkan menyuruh kami untuk berteman denganmu".

Diandra terdiam menatap Mrs. Rin yang sedang menutup pidatonya.

"Dia memanggilmu untuk memberikan penghargaan karena kau mendapat nilai tertinggi dalam ujian masuk kampus ini dan kau adalah orang Indonesia pertama yang berhasil melakukannya, bukan untuk mempermalukanmu".

Diandra ingat betul bagaimana ekspresi Mrs. Rin saat menghampirinya di halaman kampus. Entah dari mana dia mengetahui Diandra. Diandra yakin bila gadis yang duduk di sampingnya tadi yang memberitahu Mrs. Rin.

My GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang