1. Selebu Bisa Eja Isi Kepala

304 28 22
                                    

Suan punya rambut luar biasa lembut, wajahnya tiada menamui jerawat, dan kulit ia nian kuning bersih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suan punya rambut luar biasa lembut, wajahnya tiada menamui jerawat, dan kulit ia nian kuning bersih. Teman sederajatnya sirik. Kalakian, pada satu petang, para teman membuntuti Suan tuk menjumpai sebakir apa keluarganya. Di destinasi, seorang-orang mabuk kepayang menonton rumah rangkap dua yang berkedok hutan belantara (karena saking lapangnya). Ibu Suan, Melek, sudah nongkrong depan lawang buat mengantongi salam si anak. Tidak tahu bapaknya terpesong di mana, yang pasti cuma: Suan itu anak raja, anak kaya, dan harus dihormati. Biarpun tidak berangkat sekolah dengan helikopter seperti Go Junpyo, sih.

Sapu ijuk di gudang pun mafhum alangkah munafiknya famili separuh manusia ini. Iya, setengahnya lagi adalah kepura-puraan.

"Suan, bersih diri lalu ke dapur." Bukan untuk makan yang ia tahu.

Sungguhan ia seliweran di kastel ini, makan enak, tubuh terawat, lamun itu bukan utuh kepunyaannya. Suan hanya beruntung. Hanya bermodal iya tanpa aksesori penafian, ia dapat semuanya. Perannya di sini ialah sahaya atau lebih halusnya anak pelayan. Untuk ingatan, Suan hanya beruntung.

"Su, kabarmu?"

Skeptis, tidak suka, mencemooh, dan meloya. Suan tiada sudi cicip kepalsuan tuan mudanya ini. Alih-alih atau sebut saja persetan menyoalkan kabar si pembantu, sudah pasti dalam pucuk jantung, ia mengutuk. Dasar kaum kecil yang tidak punya rumah. Mati saja dalam jalanan.

"Tidak lebih baik dari sebelum bertemu kamu."

Borjuis kelas suralaya sama durja piyiknya ini malah terkakah-kakah. Iblis. Ingin aku kukus saja wajahnya. "Kamu mau makan apa, tuan muda?"

"Panggil aku Selebu, Su." Namanya ubah lagi. "Aku mau meratah saja. Lauknya telur. Tidak mau nasi."

"Mengapa tidak?"

"Aku trauma. Ada seseorang yang mau mengukusku seperti nasib nasi."

Suan tidak menjegal cagak si tuan sesudah minggatnya. Tiada jua usaha mencekik nadi Selebu sebab mengeja isi kepalanya. Suan tidak menunaikan apa-apa, kecuali bersabda iya.

Ia betulan lelah pada ibu bapak, janabijana, teman sederajat, diri, dan absolut tuan mudanya, orang terkasih. Lamun, Suan masih mau hidup.

Kronik mungil, oleh: Shoucan Loo0109 dan benci Selebu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kronik mungil, oleh: Shoucan Loo
0109 dan benci Selebu.

he who never criesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang