4. Tetiba, Dia Ingin Punya Anak

65 14 15
                                    

"Kau punya jimat baru?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau punya jimat baru?"

Hitam terang yang tumbuh di kepala si tuan menengok berikut birai jambunya mencibir. "Apa? Kau iri, sahayanda?"

"Aku bertanya." Suan tidak mereta-reta. Tempo tiada sengaja melirik Brian, persisnya di balik kuping, hadir tato bercorak tanaman. Tidak peduli pastinya tanaman rupa apa, sebab Suan kadung pedar untuk menyoal lagi.

"Lihat anak dara yang mencomel itu, Su."

"Sudah aku lihat. Kenapa?"

"Aku mau mengayomi anak perempuan. Namanya Sam."

Dewi bulan pun hampir tersedak asteroid. Malam beku dan nyamuk mengais kudapan, Brian ingin melihat tetangga-tetangga kecilnya di balkon. Salon tetangga dan riuh redam bocah kerucil jadi dekorasi.

Suan bertafakur, mengapa griya mirip suralaya ini ada di rumpang desa kecil? Sebelum jumpa jawaban, ia terburu masuk angin.

"Takah-takahnya, siapa yang akan jadi sebelah atmaku?"

Sialan, aku hampir mencucup losion antinyamuk yang kukira obat herbal. "Bejibun yang mengantre di belakangmu."

"Siapa juga yang tak takluk?" Tuan muda berfoya-foya sambil melekatkan jaket. "Kau kedinginan, Su?"

Ya, sialan. Mengapa kau bersandiwara buta?

"Kalau begitu, tunggu sampai kau biru dan kaku."

"Bandit, kau sengaja membuat aku mati?"

Brian meloya. "Memang apa yang kau dapat dalam hidup?"

Jebakan. Biliun-biliun kutuk agaknya tiada punya kejantanan buat melaknat tuan muda. Ia selayak mengantongi simpanan doa-doa agung yang entah dari siapa. Selebu, Dave, Brian, atau tuan muda labelnya, destinasi hidup mereka cuma satu: mengirim Suan ke alam baka.

"Apa yang kau dapat dari kebobrokanku setiap waktu?"

"Kau kepingin jawaban sebentuk apa, tuan muda?"

"Oh, aku pilih Dennis untuk namaku hari ini."

Lengkung bibir tuan menjorok ke kiri. Ia bersiasat. Iris gemintangnya beralih pilu dan itu eksentrik. Suan sudah ancang-ancang mengesahkan gundul di kepala.

"Kau tidak layak hidup menjadi Suan." Bersama ia maherat dari balkon.

Anak nyonya besar malam ini keracunan losion antinyamuk ataupun disentil Malaikat Gabriel, Suan tidak acuh. Jantung dan otaknya sudah penuh angin.

Notasi mini, oleh: Shoucan Loo0709 kenapa ia berbagi masa depan denganku, sih?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Notasi mini, oleh: Shoucan Loo
0709 kenapa ia berbagi masa depan denganku, sih?

he who never criesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang