#1

3.7K 288 29
                                    

Warning! ⚠️ ⚠️

This chapter may contain;
Mature language, alcohol, drugs and will not suitable enough for minors.

Carilah bacaan yang baik dan benar. Ambil sisi positif dan jadikan pelajaran. Jangan menangkap maksud tidak baik dari apa yang kalian baca; termasuk dari buku ini.

You've been warned!

Oiya, ini kalian masih jadi laki-laki.

.
.
.

***

Your POV

Kelabu kelam mewarnai kanvas langit. Hari ini gumpalan kavas mengeluarkan tangisnya. Pilu kisah terdengar menyedihkan memasuki gendang telinga. Diikuti raungan menakutkan beberapa waktu. Rembulan menyembunyikan diri bersama lautan perhiasan. Mencoba melarikan diri dari pengkhianat agar bisa menyelamatkan dunia. Suasana lembab membuat tubuh sedikit menggigil.

Ctak

Sring

Kendati diluar sana dingin, didalam sini terasa hangat. Alunan musik piano serta saxophone yang berat terdengar menenangkan hati. Suara mereka ketika dipadukan begitu laras. Aku meletakkan gelas jenis Martini. Situasi ini selalu membuat candu. Aku menyukainya. Musik kecil yang dibuat oleh gelas kaca yang bersentuhan lembut satu sama lain; es batu mencair. Disinilah tempatku bekerja, sebuah Bar yang terletak dipusat kota.

Aku menutup mata. Menikmati setiap suara yang memasuki gendang telinga. Senyum tipis terukir dikedua kurva. Perasaan hangat menyelimuti hati. Suasana tenang dimalam hari dengan cahaya remang lampu. Hal seperti ini selalu kunantikan. Jemari beralih; mengambil gelas lainnya. Aku selalu berhati-hati dalam membersihkan gelas kaca untuk minuman beralkohol tersebut. Menggunakan kain bersih polos tak terjamah oleh noda. Kali ini aku membersihkan gelas vodka.

Srkk

Kursi kurus tinggi dibatasi meja; tempat duduk khusus yang biasa disediakan semua bar, berhadapan langsung dengan sang bartender ditarik. Aku tetap melanjutkan pekerjaan. Kendati demikian, aku menunggu seseorang tersebut untuk melakukan pemesanan. Aroma samar dari tembakau yang dibakar menguar diudara. Aku mengerutkan kening. Perlu kuberi penekanan, aku SANGAT tidak suka aroma tembakau.

Aku menghempaskan nasaf kasar. Dengan hati-hati; aku meletakkan gelas kaca untuk menampung alkohol tersebut. Ini adalah tantangan terbesar untuk bekerja disini. Tidak semua bar memperbolehkan pengunjungnya merokok. Masih banyak diluar sana bar yang melarang para pelanggan untuk merokok. Namun, sangat disayangkan aku bekerja ditempat yang mengizinkan para pelanggannya untuk merokok. Tch. Ketika aku membuka bar milikku sendiri, aku akan berbuat semauku. Tunggu saja nanti.

"Pasti sulit ya bekerja ditempat ini?"

Suara serak menggoda memasuki gendang telinga. Mata menatap; seorang wanita cantik dengan gaun merah tua ketat membalut tubuh langsing itu. Beberapa lekukan terlihat dibeberapa tempat. Terlebih pada kaki jenjang yang dimiliki wanita itu. Bohong jika aku tidak tertarik padanya. Laki-laki mana yang tahan pada godaan seperti yang diberikan? Oh, mungkin terkecuali untuk laki-laki tidak normal.

Surai hitam wanita itu dibiarkan terurai. Jemari lentik miliknya sibuk memainkan gelas berisi anggur pekat. Dari aromanya, aku sudah tahu bahwa anggur itu telah lama difermentasi. Bibir wanita itu kerap menyesap anggur. Aku tersenyum ramah menanggapi ucapan wanita itu. Dia memang tidak salah. Aku sangat kesulitan bekerja disini.

"Hei, Tuan Tampan. Ingin pergi ketempat yang lebih baik?" ucapnya lagi. Aku menghentikan kegiatanku. Apa yang dimaksud wanita itu? Aku mengerutkan kening. Sungguh, diriku tidak mengerti apa yang sedang dibicarakannya. Dia tidak sedang mengajakku untuk melakukan itu, kan? Maksudku, ini memang bukan club dimana para pengunjungnya bebas melakukan apa saja. Tetapi bisa saja kan? Terlebih terdapat kata ambigu dalam perkataanya.

Kedua kurva merah wanita itu tertarik. Dia tersenyum lebar dengan sedikit bumbu menggoda didalamnya. "Aku tidak sedang mengajakmu berbuat nakal. Jadi hilangkan pikiran kotormu itu." aku tersedak. Daripada tersenyum menggoda, kurasa dia lebih memberikan senyum mengejek padaku. Hei, ini bukan salahku berpikiran seperti itu! Aku mendengus pelan. Siapapun akan berpikir seperti itu jika disituasi seperti ini. Lagipula, bagaimana bisa dia membaca pikiranku? Aku menggeleng kecil. Lupakan. Dia adalah pelanggan. Maka dari itu, aku harus memberikan pelayanan terbaik.

Aku tersenyum tipis, "Maksud Anda seperti liburan?" abaikan saja ucapan wanita itu sebelumnya. Benar. Itu lebih baik daripada membuat malu diriku sendiri. Wanita itu terkekeh kecil. Ia menatapku dengan mata rubahnya itu, "Sebut saja seperti itu." ucapnya setelah menyesap anggur pekat yang sedari tadi ia pegang.

"Saya tidak memiliki waktu luang untuk mengambil liburan." aku menertawakan diri sendiri. Selain bekerja pada malam hari; ketika waktu Mentari menyinari bumi dengan cahaya nya, aku akan kembali disibukkan oleh perkuliahan. Hikd. Inilah alasan mengapa aku masih sendirian.

Yah, aku bisa saja berhenti bekerja. Tetapi pada akhirnya aku yakin hasilnya akan tetap sama. Ayahku merupakan orang yang keras. Jika beliau mengetahui bahwa aku bekerja disini, aku yakin beliau tidak akan segan untuk membunuhku. Ughh. Memikirkan nya saja membuatku takut. Beruntung aku memutuskan untuk tinggal sendiri setelah menginjak perkuliahan.

"Kalau begitu, aku bisa memberikanmu waktu luang untuk berlibur." wanita itu mengucapkan kalimat penuh misteri. Sungguh, aku tidak mengerti apa yang dia maksud. Memberikanku waktu luang? Aku yakin aku tidak pernah melihatnya berada di bar ini. Jadi tidak mungkin jikalau dia kenalan Rie-san. Aku menggeleng pelan.

Kala aku hendak memberi pertanyaan, aku tersadar bahwa wanita itu sudah pergi. Meninggalkan gelas wine dengan sisa anggur didalamnya. Secarik kertas beserta uang kertas berada disamping gelas tersebut. Aku mengerutkan kening. Perlahan aku mengambil kertas terlipat itu. Goresan tinta hitam terlukis abstrak disana. Membentuk sebuah gambar- bukan. Tulisan?

...

Aku memijit pelipis pelan. Menghirup oksigen dengan teratur agar paru-paru tetap terisi dan bekerja. Aku ingin sekali berkata kasar mengenai wanita tadi. Namun aku harus menahannya. Oh, tenanglah! Jangan biarkan emosi mengendalikan dirimu! Tarik nafas-tahan-jangan dihembuskan. Mubazir.

Lebih baik kembali bekerja.

.
.
.

Malam kian larut. Kanvas langit penuh dengan lautan perhiasan. Sang Ratu Malam masih setia menduduki takhta miliknya. Memandang bumi dari kejauhan dengan segala kegagahan nya. Sudah saatnya untuk pulang. Semilir angin terasa begitu menusuk kala menyentuh kulit. Aku bersyukur karena selalu membawa jaket tebal.

Aku menatap langit kelam penuh kagum. Meski tipis, aku masih bida melihat gumpalan kapas diatas sana. Dibalut oleh kilau gemerlap perhiasan Rembulan karena bentuknya yang tembus pandang. Malam berjalan seiring detik bergerak. Aku mengeratkan jaket. Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Kendati demikian, kota masih hidup. Tak peduli seberapa larutnya sekarang, masih banyak orang-orang berkeliaran diluar sini. Aku menghentikan langkahku. Arghh! Isi kertas yang diberikan wanita itu membuatku kesal! Aku mengacak rambut kasar. Membuat surai pirang milikku berantakan.

Tap!!

Seseorang menepuk pundakku. Kala aku hendak berbalik; aku tidak bisa melakukannya. Tubuhku terasa kaku. Aku bisa merasakan nafasnya melalui leherku. Entah mengapa hal ini terasa sangat panas. Keringat dingin mengalir. Dia membisikkan sesuatu yang tak dapat kumengerti. Penuh dengan penekanan dan dingin. Ketika ia selesai berbisik, pandanganku perlahan menjadi buram. Tubuhku terasa berat. Aku tidak bisa mendengar sekitar. Hal terakhir yang bisa kuingat adalah kegelapan.

.
.
.

TBC


Harumi adalah makhluk meresahkan 👍👍













22 Juni 2021

See ya!

Orla | Tensei Shitara Slime Datta Ken | Rimuru Tempest X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang