#6.9

795 84 139
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih atas saran sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih atas saran sebelumnya. Maaf ya bagi yang nunggu. Akhirnya Harumi ada waktu luang hehe. Oiya, buat kalian yang ada kritik dan saran, feel free buat kasih tau Harumi yaa! Membantu bgtt loh, serius gk bohong:"D

.
.
.

***

Aroma samar dari tanah basah memudar. Berhenti untuk memberikan kehidupan untuk sejenak. Sentuhan dari semilir angin terasa samar. Membiarkan detik menenggelamkan diri dalam waktu. Merasa sudah cukup berkunjung dalam pelukan hangat. Tidak. Pundak mungil merasakan berat dalam jiwa. Goresan tajam dari tekanan aura mengintimidasi membuat Mentari menahan nafas. Singgasana terlihat hampa. Memberikan perintah kepada gumpalan kapas kelabu untuk kembali menghias langit buana. Meski menolak, perintah Mentari merupakan hal yang mutlak. Sebuah perasaan takut mewakili alam semesta. Membuat seseorang dengan berani memberikan kesimpulan singkat mengenai mereka tidak berani mengganggu pun menginterupsi situasi mencekam saat itu.

Bola mata debu gemintang menyapu pemandangan. Tatapan tajam tidak pernah luntur. Dengan awas memperhatikan gadis manis. Memberikan sedikit perasaan menusuk pada punggung. Tidak bisa dibantah. Pria ini memang sangat tampan. Dia memiliki kulit pucat bersih dengan helai mahkota langit kelam. Bola mata dengan sentuhan debu gemintang terlihat jernih dan dingin setiap waktu berjalan. Diberikan tatapan seperti itu—para hawa mungkin sudah merona hebat.

Orla | Tensei Shitara Slime Datta Ken | Rimuru Tempest X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang