Chapter 6

315 44 7
                                    

Amanda terganggu dengan teriakan dari depan kamarnya, suara cempreng yang beberapa hari ini tak ia dengar karena kegiatan camping. Amanda ingin istirahat dan hanya tiduran sepanjang hari di dalam kamar kosnya, tenaganya banyak terkuras selama camping tiga hari ditambah semalam harus begadang menyelesaikan revisi skripsinya.

"Amanda... Buka atau aku nembus ke dalam"

"apa sih Tiar????" Amanda bersandar di daun pintu saat membukanya, matanya masih tertutup sambil menutup mulut menguap.

"Ihhh... Perempuan jorok, maaf yah kak" Tiar mengusap wajah Amanda dengan tangannya, dan mendorong keningnya dengan telapak tangannya.

"apa sih, ya Allah... Gangguuuu!!! Aku mau tidur"

"buka matanya dulu" bisik Tiar dengan gemas, Amanda membuka mata dan melihat ada dua orang di hadapannya. Sekali lagi dia mengucek matanya untuk memastikan penglihatannya tak salah melihat.

'Kak Billy???'

Amanda menatap Tiar dan Billy bergantian, seolah mencari penjelasan untuk apa mereka ada di depan kamarnya.

"Oh... Ini kak Billy tadi cari kamu jadi aku bawa ke sini, sudah yah kak silahkan kalau ada urusan sama Amanda"

"Terima kasih" Tiar kemudian kabur dan Amanda tak bisa mencegah kawan laknatnya itu untuk pergi, Amanda sebenarnya malas berurusan dengan pria di depannya. Billy menarik sebuah kursi di depan kamar Amanda dan duduk di sana, Amanda sendiri menguncir rambutnya sebelum menutup kembali kamarnya dan duduk di kursi samping Billy.

"Ada apa kak?" tanyanya to the point, matanya yang pekat tak bisa membuatnya untuk sekedar berasa - basi.

"Mandi... 10 menit dari sekarang" Amanda mengernyitkan keningnya bingung, kenapa sekarang pria itu mengatur dirinya.

"Pak Wijaya menunggu kita dan ini kesempatan terakhir karena beliau mau ke Malaysia malam ini" mata Amanda membelalak mendengar info itu jika benar pak Wijaya akan ke Malaysia malam ini maka skripsiny harus Acc hari ini agar bisa ikut ujian berikutnya karena jika tidak maka entah kapan lagi, dengan cepat dia buru-buru masuk ke kamarnya Billy sampai menahan senyum melihat kepanikan Amanda. Dan tak lebih dari lima menit Amanda sudah keluar dari kamar menentang tasnya sambil mengunci kamar kosnya.

"Udah, ayo berangkat" katanya dengan nafas ngos-ngosan di hadapan Billy, pria itu mengamatinya dari ujung kaki hingga kepala sehingga Amanda ikut melihat dirinya untuk memeriksa ada yang salah dengan tampilannya sampai harus dideteksi dengan tatapan seperti itu.

"Kenapa?"

"Kamu nggak mandi???" Amanda menggeleng sebagai jawaban.

"kalau mandi nanti lama, nanti aku ditinggal lagi kan...." belum usai Amanda bicara Billy sudah lebih dulu nyelonong pergi begitu saja seolah semua ucapan Amanda nggak penting untuk dia dengarkan.

"tuh kan ditinggal beneran, dia yang nanya dia yang pergi gitu aja... Udahlah" Amanda mengikuti Billy yang sudah jauh melangkah di depannya.

"Kak motornya mana?" tanyanya yang kembali hanya seperti angin lalu, Billy menuju sebuah mobil hitam dan menoleh pada Amanda seolah kode agar gadis itu mengikutinya masuk ke mobil.

"heh... Ngapain kamu duduk di belakang?" Amanda yang baru akan membuka pintu mobil belakang urung dilakukannya karena teguran Billy.

"Kamu kira aku supirmu dan kamu majikan? Duduk di depan" perintahnya sebelum lebih dulu masuk ke mobil, Amanda menarik nafas dalam meredakan kesal yang sudah membakar kepalanya, Billy benar-benar jenis manusia yang harus butuh kesabaran ekstra untuk menghadapinya.

DIFFERENT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang