BAB 2

1 2 0
                                    

Prangg

Suara pecahan keramik menggema didalam rumah sederhana ber cat putih itu yang nampaknya sudah lumayan usang.

"Berapa kali Ayah harus ingatkan kamu Ellos?!" Ujar lelaki paruh baya penyebab suara pecahan keramik itu.

"Bisa gak si Yah? Bisa gak kalo Ayah itu jangan selalu merongrong anak sendiri?"

"Udah untung Ellos bisa nyewa rumah ini!"

"Kamu berani bentak Ayah?!!"

Sedangkan disudut ruangan yang minim itu ada anak dan ibu yang sedang terisak melihat kedua laki-laki yang lagi di penuhi emosi.

"Kalau Ayah gak bersedia tinggal di rumah ini, Ellos gak akan maksa."

Lelaki itu meninggalkan pria paruh baya yang disebutnya Ayah. Dan melewati kedua wanita yang sedang memandangi nya dengan intens.

"Bun, Ellos pamit keluar sebentar"

"Dek, langsung kekamar aja, kalo Ayah ada apa apain lo, langsung telpon gue. Gue pergi sebentar"

Lelaki itu pun langsung keluar rumah dan menaiki motor ninja merahnya.

Fikirannya kacau, fisiknya lelah.

Rasanya ia ingin mati saja. Mungkin lebih baik batinnya.

Ayahnya selalu mendesaknya agar mencari uang sebanyak2nya.

Sementara Ayahnya sendiri sama sekali tidak bekerja ataupun melakukan hal-hal yang dapat menghasilkan uang. Malah bermalas-malasan dirumah dan menjadikan Anaknya tulang punggung keluarga.

Sudah disewakan rumah, malah marah-marah dengan alasan rumah yang di sewanya itu terlalu sempit dan lingkungan nya sangat kumuh.

Ia selalu dibangga-banggakan ketika memberikan uang, tapi ketika tidak, ia akan mendapat cacian dari sang Ayah.

Ellos benar-benar muak dengan Ayahnya itu.

Dengan ketidakstabilan otaknya itu, Ellos tidak fokus mengendarai sepeda motor nya.

Tinnnn

Suara klakson dari arah depan mengejutkannya, Ellos langsung berbelok tanpa arah untuk menghindari truk besar didepannya.

Ternyata telat, truk itu lebih dulu menabraknya, Ellos melayang dibuatnya,  matanya langsung menghitam, telinganya terasa tidak lagi berfungsi. Ellos tak sadarkan diri.

...

Dokter dengan dibantu beberapa suster sedang sangat fokus menangani pasien yang ada didalam ruangan itu.

20 menit berlalu akhirnya Dokter membuka pintu.

"Dok bagaimana anak saya baik-baik saja kan?!"

"Kejang-kejang tadi bukan apa-apa kan dok?"

"JAWAB DOKTER!!"

Pertanyaan bertubi-tubi yang keluar dari mulut wanita paruh baya, dengan isakan tangisnya.

"Maaf Bu, pak, dek"

"M-maaf kenapa dokter?" Tanya seorang gadis yang dari tadi mematung.

"Kami sudah berusaha dengan sangat, tapi hasil nya nihil. Nak Ellos tidak bisa diselamatkan karena pendarahan di otakny yang disebabkan oleh benturan yang sangat keras, membuatnyan tidak bisa tertolong."

AbrischaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang