1. CEMBURU BERLEBIHAN

3.7K 100 7
                                    

Ponsel Aidan berbunyi pukul lima tepat. Setiap pagi rutinitasnya selalu sama, menguras keringat di gym pribadi, mandi, sarapan bersama istri tercinta, lalu berangkat ke kantor untuk menjalankan tugas sebagai CEO.

Istri tercinta. Aidan yang masih setengah sadar menyadari sosok wanita di sampingnya. Bergelung nyaman dalam selimut, melindungi diri dari dinginnya penyejuk udara. Wajah tanpa riasan sang istri tampak muda dan mirip malaikat. Kejantanan Aidan teracung tegak sekeras tongkat kayu. Normal, dalam istilah medis disebut nocturnal penile tumescence (NPT). Sebelum tidur semalam, dia menonton film horor baru yang diunduhnya. Sang sutradara tampaknya menyasar kaum pria. Bukan hanya adegan tegang penuh darah, tetapi bertebaran adegan penuh birahi.

Aidan mengecup hidung istrinya dan membelai pipi sehalus sutra. Wanita itu belum merespons. Aidan menyingkap selimut. Sial, lingerie hitam transparan membungkus tubuh seksi mulus ditambah bongkahan padat dadanya sungguh menyiksa. Aidan mengecup leher jenjang istrinya, mengisapnya lembut.

"Aidan, ini masih pagi." Wanita itu akhirnya terbangun.

Aidan mendongak. Sepasang mata cokelat karamelnya menatap penuh gairah. Senyum iblis penggoda terukir. "Semalam kamu pulang kemalaman. Aku hampir mati nunggu kamu, Wulan." Lidahnya menyapu kulit Wulan, bermain di puncak dadanya.

Wulan mengerang ketika merasakan tangan suaminya menyentuh titik sensitif. Aidan seringkali panas pada pagi hari, waktu yang dibenci Wulan untuk bercinta sehingga dia menolak. Namun kali ini Wulan menyerah, membiarkan gairah membakarnya, manyambut lumatan bibir kenyal Aidan yang dengan sigap meloloskan lingerie itu lalu melemparnya sembarangan. Wulan menarik ujung kaus suaminya, melepaskannya juga.

Dada bidang dan otot perut maskulin milik Aidan terasa mengintimidasi tubuh ramping Wulan. Ciumannya semakin panas bernafsu.

"You are fucking beautiful," ceracau Aidan sembari melebarkan sepasang kaki jenjang Wulan, menyuguhkan permainan lidah yang tak pernah gagal memuaskannya. Wulan melenguh memejamkan mata. Gelenyar terkumpul pada pusat tubuhnya, menunggu untuk meledak.

Kowe ra iso mlayu saka kesalahan
Ajining diri ana ing lathi.

Sara Fajira menyanyikan nada mistis. Aidan mengangkat wajah, meraih ponsel di atas nakas. Wulan mengerang kecewa. Sedikit lagi tubuhnya akan meraih sensasi memabukkan itu, tetapi ponsel Aidan meraung-raung kurang ajar. Seketika mood bercinta Wulan hancur berantakan.

"Sini aku lempar," sergah Wulan.

"Papa kamu," bisik Aidan, terlalu masa bodoh untuk mengenakan pakaian kembali. Dia berjalan menjauh, berbicara serius dengan si penelepon yang mengganggunya sepagi ini.

"Papa kenapa?" tanya Wulan tanpa menutupi kekesalan ketika Aidan mengakhiri percakapan.

"Memastikan aku datang ke TwentyFour untuk memasok brokoli dan paprika."

"Hah," Wulan mendengus, "Masa harus kamu sendiri yang ke sana? Pegawai Organext nggak makan gaji buta, 'kan?"

Aidan memungut kausnya, menutupi tubuh yang membuat tatapan kaum hawa tak sanggup beralih. "Nggak masalah. Aku juga sekalian mau mengantarkan pesanan teman-temanmu."

Fakultas Kebanyakan Gadis, julukan yang pas untuk FKG. Jumlah makhluk berkromosom XX melimpah, miskin laki-laki. Akibatnya, Aidan dijadikan sasaran fantasi sesama dosen. Wulan tahu bahwa teman-temannya memesan sayur organik dari Aidan hanya akal-akalan agar suaminya sering ke sana. Namun, otak bisnis Aidan memanfaatkannya dengan baik.

"Udahlah, aku aja yang bawa pesanan Batari dan Alicia," ujar Wulan menyebutkan nama koleganya dari departemen Orthodonsia dan Pedodonsia.

"Aku mesti mengambil di gudang. Seingatku ada dua belas orang yang memesan hari ini, makanya nggak bisa kubawa pulang."

"Dua belas?" Mata Wulan membelalak seperti melihat setan. Tahtanya sebagai Nyonya Fitzgerald kian terancam. Memiliki suami tampan berparas setengah bule baik untuk kebanggaan, tetapi buruk untuk kesehatan.

Aidan mendekat, hendak mengecup Wulan. Namun Wulan menghindar.

"Kenapa kamu bagikan nomer telepon kamu ke mereka?"

"Memangnya kenapa?" Aidan terkekeh. "Mereka calon pembeli potensial."

"Kamu pura-pura nggak tahu niat mereka ya?"

"Tahu," jawab Aidan tegas, "dan memang aku manfaatkan untuk memajukan bisnis."

"Tapi aku nggak suka cara mereka natap kamu. Kayak...." Napas Wulan memburu. Aidan menunggunya melanjutkan. "Kayak mau nerkam kamu."

Tawa Aidan meledak. Apa istrinya berpikir dia akan melemparkan diri ke pelukan salah satu pengagumnya?

Wulan melempar bantal ke muka Aidan. "Nggak lucu, tahu!"

"Kamu tambah cantik kalau marah gitu. Jadi pengen...." Aidan berusaha menyergap istrinya yang langsung kabur, memungut lingerie lalu mengunci diri di kamar mandi.

Satu jam kemudian Wulan masuk ke ruang makan yang menyambung dengan pantry. Blus merah pas badan dipadu bandage skirt hitam sedikit di atas lutut memeluk pinggulnya. Wulan tampak profesional dan menarik.

Mbak Marni, asisten rumah tangga mereka yang sedang menyedot debu tergopoh menghampiri. "Mau sarapan apa, Bu?"

"Nggak usah, Mbak. Lanjut bebersih aja," sahut Wulan seraya mengambil empat lembar roti gandum dan memanggangnya.

"Baik, Bu." Mbak Marni kembali melanjutkan pekerjaan.

Wulan mengolesi roti panggang dengan selai nanas organik produksi Organext. Aidan menyusul ke ruang makan, sibuk membalas chat customer garis miring pengagum. Wulan berkacak pinggang. Dalam balutan kemeja slim fit biru gelap yang memamerkan perut datarnya saja, Aidan sanggup mengacaukan ritme jantungnya. Padahal mereka telah menikah empat tahun, tetapi sel-sel femininnya belum beradaptasi. Bagaimana kaum wanita di luar sana mengatasi pesona suaminya?

"No cellphone for breakfast." Wulan merampas ponsel Aidan, membaca sekilas chat yang dikirimkan teman-temannya. Batari sudah memesan empat kilo nanas dan tiga kilo wortel minggu ini. Seingatnya, Batari tidak memelihara kelinci.

"Kamu bikin customer-ku kabur. Jangan cemburuan gitu lah." Aidan berhasil mengambil ponselnya kembali.

"Mereka nggak beneran mau beli produk Organext, cuma mau ngeliat kamu!" Wulan melotot.

"Nggak masalah. Aku nggak pernah menanyakan motif Pak Surya ke klinik kamu beneran mengantar anaknya yang kontrol behel atau cuma mau melototin paha kamu," balas Aidan seraya mengisi cangkirnya dengan kopi dari mesin.

"Jadi kamu nggak cemburu kalau istri kamu main sama laki-laki lain?"

"Kita hanya bisa mempertahankan pernikahan yang langgeng dengan orang yang kita percaya. Kecurigaan berlebih akan mengancam keutuhan rumah tangga. I trust you." Aidan duduk di stool, menggigit roti gandum panggang.

"Jangan-jangan kamu memang suka dikagumi perempuan ya?" tuduh Wulan sinis.

Aidan tertawa. Wulan yang dulu manis dan membuatnya jatuh cinta berubah menjadi posesif dan pencuriga. Dia menenggak kopi hitamnya hingga tandas, malas berdebat. "Aku berangkat," ujarnya singkat seraya mengecup pipi istrinya.

Wulan menghabiskan sarapan sendirian. Mercedes Aidan terdengar meninggalkan rumah besar mereka. Sepi, hampa. Dia berangkat ke kantor membawa perasaan kacau. Belakangan Wulan terpikir untuk mundur sebagai dosen Orthodonsia agar teman-temannya berhenti menggoda Aidan.

***

SELINGKUHAN CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang