3. MENGAGUMI AIDAN

2.4K 68 0
                                    

Ada orang-orang yang meskipun sudah kita kenal lama, tidak meninggalkan kesan. Sebaliknya, ada seseorang yang baru bertemu sebentar mampu menjungkir balikkan dunia. Terlalu cepat mengatakan Aidan Fitzgerald menjungkir balikkan dunia Aruna. Namun, senyum berlesung pipinya bagai mantra sehingga menyihir Aruna berselancar di Google dan YouTube, melupakan segunung tugas.

Segerombolan kakak tingkat kerap membahas keberuntungan drg. Wulan mendapatkan suami bak model internasional. Pujian setinggi langit disahuti ungkapan kasihan karena beristrikan ML alias Mak Lampir. Aruna tak acuh. Jangankan membicarakan suami orang, pria lajang saja tak menarik. Dia hanya berharap lulus tepat waktu. Pacaran menempati daftar terbawah prioritas hidup. Seharusnya Aidan tak perlu ke kampus. Jemari Aruna bandel, ingin mencari sebanyak mungkin berita tentangnya.

Aruna merasa hidup dalam gua bersama text book. Belajar terus sampai tidak tahu banyak kanal YouTube mewawancarai Aidan. Perhatiannya teralih pada ponselnya yang bergetar. Ilham mengirimkan chat.

Ilham:
Jari lo gimana?

Aruna memplester jarinya. Sedikit keluar darah karena tertusuk kawat tadi.

Aruna:
Udah baikan. Makasih ya.

Ilham tidak lagi membalas. Cowok berkaca mata itu biasanya pendiam. Sulit baginya beradaptasi di lingkungan penuh mahasiswi. Kalau ada waktu luang, Ilham sering mojok main game. Aruna mengira Ilham tidak peduli. Namun dia salah.

"Cie, mau jadi petani, Bu?" Nabila mengibaskan rambut bercat pirang di samping Aruna yang melanjutkan menonton vlog Aidan menjelaskan cara menanam selada organik. "Oh, Aidan Fitzgerald, CEO Organext," celetuknya.

"Kenal?" Aruna merutuk dalam hati karena gagal menutupi antusiasme. Dia mengklik tanda pause di layar laptop. Terakhir kali darahnya berdesir karena lelaki adalah saat Song Joong-ki menikahi Song Hye-kyo. Hari patah hati sedunia dialami olehnya. Kini Aidan mengambil alih posisi Joong-ki menciptakan desir aneh.

"Lagi naik daun kan setahun belakangan. Dulu tuh, CEO identik sama om-om buncit macam Om Ihsan." Pipi Nabila bersemu ketika menyebut nama Ihsan Malik, direktur utama sebuah perusahaan eksportir buah dan sayur yang banyak membantunya. Bukan jenis bantuan gratis tentu saja mengingat dia bukan pegawai dinas sosial.

"Om Ihsan?" beo Aruna.

"Iya. Om Ihsan bilang, sekarang banyak CEO muda macam Yasa Singgih, Belva Devara, dan Aidan Fitzgerald pastinya."

"Om Ihsan siapa?" Dua tahun berkawan dengan Nabila, baru sekarang Aruna mendengar nama tersebut. Dia pernah memergoki ibu kost mendamprat Nabila karena pulang melebihi jam malam diantar mobil mewah. Tetapi setiap ditanya, Nabila selalu mengalihkan pembicaraan.

"Dia yang bantu biaya kuliah gue," bisik Nabila. Pertama kali menerima kemurahan hati pria beristri dengan empat orang putra putri, dia melawan hati nurani. Namun, manusia paling suci bisa berubah menjadi iblis paling durjana karena uang. Nabila berusaha menyangkal statusnya sebagai simpanan. Netizen maha benar halal menghakimi pelakor tanpa memahami problem yang dihadapi.

Apakah para penghujat peduli napas kembang kempis orang tuanya yang hanya pegawai biasa? Apakah para pencibir tahu biaya kuliah mahasiswa FKG? Manusia memang lebih cepat membuka mulut untuk mencaci ketimbang membuka tangan untuk membantu.

Aruna menggigit bibir. Dua hari yang lalu ayahnya meninggal akibat penyakit jantung. Usaha bakery keluarga terancam gulung tikar karena pandemi. Tante Amelia, ibu tirinya, memecat beberapa karyawan. Sebetulnya Tante Amelia sudah meminta Aruna untuk berhenti kuliah dan membantu mengurus usaha bakery yang morat-marit. Aruna sungguh dilema. Pesan almarhumah ibunya terngiang di kepala. Dia harus menjadi dokter gigi, meneruskan profesi sang Ibu, mewarisi klinik gigi yang sementara dikelola Tante Siska, sahabat beliau semasa kuliah.

Tante Amelia hanya memberikan bekal sedikit uang untuk membayar indekos dan makan sekali saja sehari. Keuangan keluarganya memburuk setelah Ayah operasi jantung.

"Sebenernya.... Gue juga butuh," lirih Aruna.

"Pasti berat banget ya ditinggal orang tua. Lo harus kuat, Na." Nabila merangkul bahu Aruna.

Air mata Aruna menitik. Dia benci dikasihani, dianggap gadis rapuh meskipun kenyataannya demikian. Aruna kalut. Bagaimana cara mencari uang tambahan? Ibunya dulu hanya menekankan pentingnya kepintaran akademik. Nilai rapor harus baik. Ayahnya mendukung anjuran Ibu. Akibatnya fatal, Aruna tidak punya skill yang bisa dijual. Michelle, salah satu teman kuliahnya bisa menggambar. Dia menjual ilustrasi di Fiverr dan mendapatkan sampai tujuh ratus dollar sebulan. Maya, adik tingkatnya, jago memasak nasi kebuli dan punya bisnis kecil dengan kakaknya. Dulu Aruna merasa tidak perlu bekerja selagi kuliah karena orang tuanya mampu membiayai pendidikannya. Tak disangka, Tuhan mengambil Ayah dan Ibu secepat ini.

"Zaman sekarang skill lebih penting daripada school, koneksi lebih berguna daripada prestasi," ucap Aruna sembari mengusap air mata.

"IP semester lo kan bagus, nggak coba daftar beasiswa?"

"Kan baru buka awal semester."

Nabila mengeratkan pelukan. "Gue kenalin sama Om Ihsan mau? Kali dia bisa bantu."

Terlalu buntu berpikir, Aruna mengangguk samar. Biarlah Om Ihsan membantunya dengan risiko yang dia pikirkan nanti. Nabila mengambil ponsel.

"Halo, Om Ihsan, Bila kangen deh," ujar Nabila cekikikan menanggapi godaan Om Ihsan. "Ih, nakal. Om kapan balik dari Belanda?"

Aruna mengamati gaya bicara manja merayu Nabila. Apakah dia harus bersikap begitu?

"Oh besok malam, Om. Bisa dong. Bila mau kenalin Om Ihsan sama teman Bila. Namanya Aruna. Dia juga lagi kesusahan, Om. Tolongin ya, please," rajuk Nabila. "Oke, Om."

Aruna memberikan tatapan, "gimana?" pada Nabila.

"Beres." Nabila membentuk simbol oke dengan telunjuk dan ibu jari. "Besok Om Ihsan minta ketemu."

***

SELINGKUHAN CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang