03. Bully

21 4 0
                                    

Bawasanya sakit hati yang paling membekas adalah tidak adanya suport dari keluarga siapapun itu. Kita dituntut lebih dari apa yang sudah kita lalukan. ~Kinanti Bagaswara.

***

Bel istirahat sudah berbunyi dari tadi semua murid sudah berlalu lalang menuju kantin. Hanya dua orang yang sekarang tengah berada didalam kelas.
Yaitu Kinanti dan Adam. Adam terus saja melihat Kinanti yang tengah membaca bukunya sedangkan yang ditatap hanya terus membaca.

"Kiki." rengek Adam.

Kinanti menghela nafasnya lalu menutup bukunya kasar. "Apa?!" Ucap Kinanti.

Adam berdecak. "CK. Jangan marah terus deh orang yang ninggalin gue itu Lo sendiri kok. Kenapa jadi lo yang marah harusnya kan gue." Ucapnya.

"Siapa yang marah? Orang aku biasa aja kok." Ucap Kinanti santai.

Lalu Adam berdiri dan langsung menggeret tangan milik Kinanti. "Dam, lepasin tangan aku dong sakit nih." Ucap Kinanti kesakitan.

Serasa tuli Adam tak menjawab perkataan Kinanti dan terus menjalankan kakinya menuju kantin.
Saat sudah sampai dikantin Kinanti membeo tak percaya pasalnya dia jarang sekali untuk pergi ke kantin.

Setelah kejadian dimana Kinanti disuruh membeli makanan oleh kakak kelasnya tanpa sengaja makanan terjatuh dan mengenai baju kakak kelasnya itu.
Dia dibuli habis-habisan oleh kakak kelasnya. Makanya dia tidak berani lagi menginjakkan kakinya disini.

"Dam, aku takut." Bisik Kinanti saat Adam dan dia duduk dikursi kantin.

Banyak pasang mata yang melihat mereka tengah duduk berdua. Dan tentunya Adam terlihat cuek saja. Sendari tadi Kinanti menundukkan kepalanya.

"Gue pesenin. Lo mau makan apa?" Tanya Adam.

Kinanti menggeleng. "Aku ngak mau makan, Adam." Ucap Kinan pelan.

Tanpa menunggu persetujuan dari Kinanti Adam langsung melenggang pergi untuk memesankan Kinanti nasi goreng.

Saat Adam sibuk dengan pesanannya sekelompok kakak kelas perempuan melihat adanya Kinanti disini. Mereka menghampirinya dengan berjalan yang melengok-lengok.

"Eh, ternyata udah berani dateng kesini lagi dia." Sindir Melati. Ketua dari gengnya yang berjumlah tiga orang.

"Iya nih, setelah dia numpahin bakso yang Lo pesen dan kena dibaju Lo itu. Harusnya kan dia gak punya keberanian lagi buat nonggolin wajahnya yang nggak seberapa itu!" Sentak Laura.

Sedangkan Maudya gadis yang terkenal dengan kecuekannya dan kedinginan sifatnya itu hanya diam saja sambil terus melihat kedua sahabatnya yang ingin membuli Kinanti.
Saat Melati dan Laura membuli seseorang ia lebih sering diam dan memperhatikan apa yang terjadi didepannya tanpa ingin ikut campur sedikit pun.

Melati mendekat kesalah satu meja milik murid lain lalu mengambil es teh yang ada dimeja itu.
Dengan wajah geramnya Melati berjalan perlahan menuju meja yang ditempati Kinanti.

"Lo nggak pantes ada disini." Ucap Melati.

Byur

Melati menyiramkan es teh tadi tepat mengenai wajah milik Kinanti. Rasa dingin menyerpa wajah Kinanti juga sebagian depan bajunya juga terkena.
Kinanti hanya menerimannya dengan pasrah dan terus menunduk rasanya ingin sekali mengeluarkan air matanya tapi dia tidak mampu.

KINANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang