Bab 3

530 66 3
                                    

Mew masuk kekamarnya dengan membawa koper. Gulf sendiri baru saja selesai merapikan rambutnya disalah satu salon dekat hotel.
Mew membuka kopernya dan mulai mengambil beberapa jas dan kemeja. "Coba pakai ini" Mew menyerahkan satu setelan jas lengkap dengan celananya.
Gulf mencoba baju yang Mew serahkan. Sangat pas walau celananya sedikit longgar namun masih bisa ia pakai.
Mew tersenyum puas. Nampaknya Mew menyukai baju yang Gulf pakai. Gulf juga menyukainya.
"Sangat bagus phi. Aku suka."
"Aku sangat senang jika kau menyukainya."
Senyuman Mew membuat jantung Gulf berdetak kencang. Ia segera memalingkan wajahnya dan berpura-pura merapikan pakaiannya.
Apakah Gulf jatuh cinta kepada Mew? Padahal mereka belum lama berkenalan namun Mew sudah membuat jantungnya berdetak kencang.
Mew berdiri dibelakang Gulf. Memperhatikan Gulf dari pantulan cermin. Ia memeluk pinggang Gulf. Tidak, Mew hanya memegang pinggangnya saja, tidak memeluknya.
"Sedikit longgar dibagian pinggang" Gulf bisa merasakan desahan nafas Mew dibelakang telingannya.
"Phi, geli" Gulf menggelinjang kegelian.
"Maaf-maaf, aku akan menambahkan ikat pinggang kalau begitu" Ujar Mew.
Ia kembali mengambil sesuatu di kopernya. Setelah selesai mengurus Gulf dan memakaikannya ikat pinggang. Dia juga bersiap-siap. Sementara Gulf menunggu dengan tenang diatas sofanya.

***

Ini pertama kalinya Gulf melihat Mew mengemudikan mobil. Pria itu terlihat lebih tampan dari biasanya. Acara tersebut diadakan disalah satu hotel di Osaka. Mew mengenakan jas berwarna biru navy. Rambutnya ia cat berwarna coklat, dan Gulf baru menyadari rambut baru Mew itu.
Mereka turun dari mobil. Mew menggenggam tangan Gulf. Sementara Gulf merasakan keringat ditangannya. Ini bukan karena Gulf gugup. Lebih karena Mew tengah menggenggam tangannya dan tangannya memang gampang basah.
"Kau gugup?" Tanya Mew lembut.
Gulf menggelengkan kepalanya. "Aku malu, phi." Bisiknya.
Gulf dan Mew sudah berada didalam ruang acara. Mereka duduk dimeja berbentuk bundar. Mew menyapa teman-temannya, sementara Gulf mengedarkan pandangannya.
Matanya tanpa sengaja melihat Win dan Bright. Dua pria yang ia temui tadi malam itu berjalan kearah mejanya.
"Bright" Mew memeluk Bright.
"Kau terlihat sangat gendut sekarang, phi." Bright melepaskan pelukannya.
Ini tidak seperti Bright yang tadi malam ia lihat. Bright yang pendiam, dan cuek. Kali ini Bright terlihat sedikit manusiawi.
"Kau terlihat ber-otot sekarang" Mew meremas lengan Bright.
"Ini semua gara-gara, Win." Bright menatap Win dengan senyuman lembut diwajahnya. "Win, ini phi Mew. Dia sepupu ku yang tinggal di Jepang."
"Win Metawin"
Mew menyuruh Gulf berdiri. Gulf yang sejak tadi membelakangi Bright dan Win terpaksa harus berdiri. "Ini Gulf, pasanganku hari ini" Mew memeluk pundak Gulf.
Dua pria didepannya ini terlihat terkejut. Tidak menyangka jika Gulf ternyata mengenal Mew. "Gulf?"
"Hai, Win." Gulf melambaikan tangannya canggung.
"Kalian sudah saling kenal?"
"Aku kebetulan kenal Win dan Bright karena dia tinggal di hotel yang sama denganku." Jawabnya.
Akhirnya Win duduk disamping Gulf. Gulf lebih banyak diam. Sementara Mew sibuk berbincang-bincang dengan temannya.

***

"Kamu gakpapa" Mew mendekatkan badannya. Sedikit khawatir melihat wajah Gulf yang sedikit pucat.
"Gak, phi. Cuman agak mual aja." Bisik Gulf.
"Perut kamu sakit?" Tanya Mew.
Gulf mengangguk kecil. Tadi pagi Gulf tidak sempat sarapan, belum lagi kemarin ia menyantap makanan pedas.
"Phi Gulf, gakpapa?" Tanya Win.
"Gakpapa, Win" Gulf mengulas senyum tipis.
"Aku pamit dulu, habis ini kita pulang" Mew meninggalkan Gulf bersama Win.
Gulf dan Win sempat berbincang-bincang sebentar, meskipun Win lebih banyak bicara dan Gulf mendengarkan. Saat itu Gulf baru mengetahui bahwa umur Win ternyata sangat muda. Sementara Bright seumuran dengannya.
"Phi Mew terlihat sangat khawatir." Ujar Win.
Gulf menatap Mew dari kejauhan. Meskipun perutnya terasa sakit namun melihat Mew begitu khawatir membuat perasaanya menghangat.
Tak lupa Mew pamit kepada teman-temannya yang lain. Karena Gulf tidak bisa berbahasa Jepang ia lebih banyak tersenyum menanggapi ucapan teman-teman Mew.
"Bright, Win, aku pulang deluan."
"Phi Gulf semoga cepat sembuh"
"Hati-hati phi. Gulf semoga cepat sembuh." Kata Bright.
Gulf menggandeng lengan Mew. Sebenarnya Mew ingin membantu Gulf, namun Gulf menolak itu karena takut akan menjadi pusat perhatian.
Mew merendahkan jok kursi Gulf, agar Gulf bisa berbaring. "Perutku sudah mendingan kok phi."
"Aku belikan obat dulu. Kamu tunggu disini"
Gulf memegang ujung jas Mew. "Phi, gak usah. Aku hanya butuh tidur."
"Kau butuh obat, bukan tidur. Sekarang kamu berbaring sementara aku mencarikanmu obat." Mew mengusap dahi Gulf yang penuh peluh keringat.
"Aku akan menyalakan ac, pintu tidak akan ku kunci"
Gulf memejamkan matanya. Mew keluar dari mobil dan terlihat berlari kecil menuju gang dekat sana. Tanpa sadar Gulf tersenyum kecil melihat Mew begitu perhatian.

***

"Obatnya diminum 3 kali sehari. Gak boleh makan gorengan apalagi makanan pedas."
Gulf menarik selimutnya sampai atas dadanya. Mew meletakan obat Gulf diatas meja nakas.
"Phi, maaf merepotkan." Kata Gulf pelan.
Mew duduk diranjang Gulf dan menggenggam tangan Gulf dengan erat. "Phi tidak merasa kamu merepotkan. Kamu istirahat saja, besok phi kesini lagi."
Gulf menggelengkan kepalanya.
"Kamu tidak mau phi kesini?"
"Phi tidak mau menginap? Temani aku ya? Ya?" Gulf mengeluarkan puppy eyes andalannya.
Mew menghela nafas. Ia akhirnya mengangguk yang membuat Gulf berteriak cukup kencang.
"Makasih phi, dari kemarin aku ngerasa kesepian. Gak ada temennya."
Mew membaringkan tubuhnya disamping Gulf. Ia menatap Gulf dengan posisi tangan bertumpu di pipinya. "Kamu biasanya tidur sama siapa?"
"Sama phi Gun, dia temen sekamarku." Jawab Gulf.
Ia dan Gun sudah menjadi teman sekamar selama 3 tahun lamanya. Sejak Gulf masih kuliah sampai sekarang ia menjadi guru.
"Cowok?"
"Cowok. Phi Gun sudah punya pacar. Sebenarnya aku tinggal bareng sama 1 orang lagi namanya Sammy cuman saat ini dia tinggal sama pacarnya." Jelas Gulf.
"Sammy cowok atau cewek?" Tanya Mew lagi.
"Cewek, phi. Tapi dia fujoshi gitu. Kadang ngejodohin aku sama temannya."
"Temen yang dijodohin sama kamu cowok juga?"
"Dari tadi phi nanya mulu. Udah kayak dora. Iya, temannya cowok tapi aku kurang suka dijodohin seperti itu."
"Aku mau nanya Gulf. Maaf sebelumnya, apakah kamu gay?" Mew menatap lekat wajah Gulf.
Gulf tidak tau. Dia sendiri tidak tau apakah dia menyukai pria atau hanya menyukai wanita. Namun belakangan ini jantung Gulf berdetak kencang saat berada disamping Mew.
Gulf menyukai Mew namun dia tidak yakin dengan perasaannya sendiri. Apakah ini perasaan spesial ataukah hanya kekaguman belaka.
Jika Gulf mengatakan dirinya gay maka Mew akan memandang aneh dirinya. Apalagi Mew terlihat seperti pria normal pada umumnya. Namun jika Gulf mengatakan dirinya normal, apakah Mew akan kecewa ataukah merasa senang.
"Aku normal, phi."
Akhirnya Gulf memilih jawaban yang paling amat. Melihat air muka Mew nampaknya  biasa-biasa saja mendengar hal itu. Gulf harusnya sudah menduga bahwa Mew normal.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aku baru tau Tharntype ada di Netflix 😭 Malah ada episode specialnya juga. Semoga aja season 2 juga episode specialnya muncul 🤭🤭
Kalian bisa langganan netflix pakai pulsa telkomsel, aku kebetulan nebeng di akun temen-temennya kakak aku 😅 hihihi kapan lagi nonton episode special tanpa link haram bukan? 😬
Jangan lupa juga nonton MV-nya Zom Marie yang Blush disitu ada phi Mew lohh lagunya juga enak 😍

happy reading, don't forget to vote and coment. Jangan lupa baca ceritaku yang lain yah 🥰

The First WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang