Bab 4

530 69 1
                                    

'Apakah orang bisa terlihat setampan ini saat tidur' Begitu kata Gulf dalam hati saat dirinya bangun lebih awal dan mendapati Mew tidur disampingnya dengan posisi menelungkup.
Gulf memutuskan untuk membiarkan Mew tidur dan tidak mengganggunya. Tak lupa Gulf juga mengkonsumsi obat maghnya sebelum memakan sesuatu. Ia kemudian mengambil segelas air hangat dan meminum obat maghnya. Gulf butuh waktu 30 menit membiarkan obatnya bereaksi dan dia belum bisa memakan sesuatu dalam waktu 30 menit itu.
Gulf sedikir tersentak kaget melihat tangan Mew melingkar diperutnya. "Perutmu udah enakan." Mew memeluknya dari belakang.
Gulf tidak mau salah paham. Sepertinya Mew tengah memeriksa perutnya. "Sudah tidak sakit phi " Jawabnya cepat-cepat. Melepaskan pelukan Mew dengan sopan agar Mew tidak tersinggung.
"Badanmu sangat kurus. Tapi makanmu sangat banyak" Mew terkekeh pelan.
Gulf mendengus. Padahal perutnya sudah terlihat seperti orang hamil. Apalagi pipinya, sudah mirip bakpao yang dijual dijalan.
Sikap Mew kemarin agak romantis menurut Gulf. Jika Gulf perhatikan, Mew lebih sering melakukan kontak fisik kepadanya. Memegang tangan Gulf, atau sekedar mengelus lengannya. Waktu dia sakit pun Mew beberapa kali mengusap perutnya dengan minyak kayu putih yang ia bawa.
"Makan paginya biar aku yang masakin." Mew memakai mantelnya. "Kamu suka salmon?"
Gulf menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Bukan salmon mentah kan phi?"
"Tentu saja bukan. Lagian kamu belum boleh makan salmon mentah."
"Aku kan nanya phi." Gulf memajukan bibirnya.
Setelah itu Mew keluar dari kamarnya dan pergi ke pasar dekat hotelnya. Sementara Gulf menuggu dikamar layaknya seorang istri.

***

Gulf tidak menyangka jika Mew ternyata sangat pandai memasak. Ia memasak salmon, tofu, salad bayam, natto, sup miso, dan susu untuk menu makan pagi. Dan rasanya benar-benar enak, kecuali nattonya karena rasanya sangat aneh dan Gulf kurang suka.
Mew tersenyum puas saat Gulf mengosongkan mangkuknya. Gulf menelungkup kan kedua tangannya. "Gochisousama deshita (terimakasih hidangannya)" Gulf menundukkan kepalanya seperti di anime yang ia tonton.
"Enak tidak?" Tanya Mew menatap Gulf dengan dagu bertumpu ditanganya.
"Enak banget, apalagi tofunya. Gak hambar." Jawab Gulf. "Phi jago masak gini karena belajar atau emang hobi?"

"Bukan 2-2nya. Lebih tepatnya karena biaya hidup di Jepang lumayan menguras kantong, akhirnya aku memutuskan masak sendiri dirumah. Lebih murah dan higienis juga."
G

ulf benar-benar kagum dengan Mew. Bayangkan saja jika Gulf memiliki suami seperti Mew. Mungkin hidup Gulf akan terjamin, apalagi untuk urusan makanan.
Ngomong-ngomong tentang hemat. Gulf sepertinya tidak percaya dengan ucapan Mew. Bukan dalam artian negatif, hanya saja sejak mereka bertemu hingga sekarangpun, pakaian yang Mew kenakan hampir semuanya bermerk.
Gulf bukannya penggila barang branded. Hanya saja teman sekamarnya Gun memiliki kekasih yang sangat kaya. Dan hampir tiap hari Gun berbelanja barang-barang branded dari kartu atm kekasihnya itu. Dari situlah Gulf mempelajari barang-barang branded seperti Gucci, Hermes, Chanel, Dior, Luis Vuitton, Fendi, dll.
"Biar aku yang cuci piringnya" Mew sudah mengambil piring Gulf. Seolah tersadar akan lamunannya Gulf menatap Mew dan membiarkan pria itu mencuci piring di dapur kecil didalam kamarnya.
Gulf menatap Mew dari jauh. Ia berdiri namun matanya melihat gerak-gerik Mew. Bagaimana pria itu mencuci piring dan membilasnya.
Cukup lama Gulf memperhatikan Mew hingga pria itu sadar jika Gulf tengah memperhatikan punggungnya.
"Kamu masih sakit? Mau aku ambilin air hangat?" Tanyanya khawatir.
"Gak kok phi. Aku cuman mau liat phi cuci piring" Gulf tersenyum.
Mew mengibaskan tangannya kemudian mengelap tangannya dan mendekati Gulf. "Kamu mandi sana. Aku mau ngajakin kamu liat sunset. Ini juga sunset terakhir kamu di Osaka."

***

Gulf berjingkrak-jingkrak gembira. Saat ini mereka sedang menaiki eskalator yang menghubungkan dua menara di Umeda Sky Building. Eskalator tersebut cukup panjang dan mereka juga bisa menikmati pemandangan dari kaca jendela.
Mew menggenggam Gulf dan menyelipkan jari-jarinya disela jari-jari tangan Gulf. Ia terlihat melihat kesisi kiri dan Gulf tidak bisa melihat jelas wajah Mew saat ini.
"Biar kamu gak jatuh" Begitu katanya saat Gulf bertanya mengapa Mew menggenggam tangannya.
Gulf sebenarnya nyaris saja jatuh saat berlari menuju penjual okonomiyaki yang terletak diunit 11, dilantai dasar pertama.
'Mungkin karena ini Mew menggenggam tangannya' pikir Gulf.

The First WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang