"Kau mau berjalan-jalan kepantai dahulu sebelum kita kebandara." Tanya Mew diseberang sana.
Gulf menutup kopernya dan melirik jam di ponselnya. "Boleh phi." Jawab Gulf.
"10 menit lagi kamu turun dilobby. Kita ke pantai Nishikinohama, pantai tersebut sangat dekat dari bandara juga. Jadi kamu gak usah khawatir."
Gulf mengulum senyuman manis di bibirnya. Meskipun Mew tidak bisa melihatnya namun tetap saja Gulf merasa senang Mew memperhatikan setiap detailnya. Termasuk mengunjungi pantai dekat bandara.
"Kamu belum sarapan juga kan? Jangan minum kopi, nanti kita singgah makan nasi. Gak boleh makan mie ramen dulu. Ini masih pagi, kamu harus makan nasi."
Mew sudah seperti ibunya. Gulf jadi ingat waktu dia masih tinggal dengan ibunya, dia selalu sarapan nasi dipagi hari.
Padahal Gulf sedang ingin makan ramen. Terakhir kali ia makan ramen itu saat ia bersama Mew. Dan disitulah awal bencana dari perut Gulf, yang dimana Gulf memesan ramen pedas.
Setelah check out, Gulf menunggu Mew di lobby hotel. Beberapa turis asing nampak berlalu lalang. Tidak butuh waktu lama Mew sudah tiba dan memarkir mobilnya dilobby hotel.
Ia turun dan membantu Gulf membawa barang bawaannya.
"Phi bawa mobil?" Tanya Gulf.
Dia sedikit terkejut lantaran Mew membawa mobil Tesla keluaran terbaru.
"Ini mobilku, kebetulan kemarin aku minta salah satu temanku membawa mobilku kesini." Mew menjawab dan membukakan pintu untuk Gulf. "Silahkan masuk."
"Hei, aku bukan tuan putri." Gulf tergelak.
"Kamu beneran gak mau beli oleh-oleh buat keluargamu?" Tanya Mew.
Aroma kopi menyeruak di dalam mobil. Gulf melirik Mew yang sedang berkonsentrasi menyetir. "Gak usah phi. Lagipula keluarga ku berada didesa. Aku cuman mau mampir beli oleh-oleh di bandara nanti soalnya teman-teman ku minta oleh-oleh"
Setelah itu keduanya terdiam dan menikmati perjalanan menuju pantai Nishikinohama.***
Mereka sarapan di Yoshinoya dekat pantai. Gulf memesan beef sukiyaki hot pot lengkap dengan nasi, salad dan telur mentahnya, sementara Mew memesan pork & cheese bowl.
"Kamu itu tipe guru galak atau baik?" Tanya Mew penasaran.
"Kalau boleh jujur aku tipe yang baik, phi. Soalnya aku lumayan suka anak-anak."
"Maaf aku boleh nanya gaji kamu? Kalau kamu keberatan jawabnya gakpapa, gak usah dijawab."
Gulf tersenyum kecil. "Aku gak bisa nyebut berapa jumlahnya yang jelas gaji aku cukup buat makan, shopping, ataupun jalan-jalan"
"Tapi kamar hotelmu?" Mew menggantungkan pertanyaanya.
"Oh, untuk hotel itu bayarin kakek aku, phi." Jawab Gulf cepat. "Aku juga mau nanya. Katanya gaji phi pas-pasan. Tapi hampir semua pakaian yang phi kenakan bermerk loh."
"Kamu balik nanya ini?" Mew menaikan alisnya.
Gulf mengangguk sebagai jawaban. "Gantian aku yang nanya."
Mew tertawa kecil. "Gajinya memang kecil awal-awalnya. Namun karena perusahaan yang aku tempati udah lumayan punya nama makanya makin kesini gajiku ikutan naik."
"Berarti phi lumayan kaya. Boleh lah jadi sugar daddy ku" Kata Gulf setengah bercanda.
Mew juga ikut tertawa. Namun sepertinya pembicaraan mereka harus terhenti karena makanan yang mereka berdua pesan sudah sampai. Dan sekarang Gulf memilih memakan makanannya dengan hikmat dan tenang karena sejak tadi perutnya memang sudah keroncongan akibat lapar.***
Gulf memejamkan matanya menikmati hembusan angin pantai. Beberapa orang terlihat memakai bikini dan berenang. Mew dan Gulf duduk ditengah pantai. Mereka menyewa payung dan juga tikar sebagai alas duduk.
"Aku baru memperhatikan secara dekat wajahmu. Ternyata kulitmu lebih tan daripada kulitku."
"Benarkah? Aku bahkan tidak menyadari itu." Gulf berbohong. Ia bahkan sudah menyadarinya sejak mereka bertemu.Kulit Mew terlihat putih layaknya pria asia pada umumnya. Sementara Gulf sedikit tan akibat terlalu sering bermain diluar rumah sewaktu kecil.
Mew mendekatkan wajahnya. Nyaris saja hidung keduanya bersentuhan. Memegang pipi tembem Gulf. Gulf refleks memejamkan matanya. "Pipimu jadi merah begini gara-gara matahari." Ujarnya.
Jantung Gulf sudah deg-degan setengah mati. Mew menjauhkan wajahnya dan terkekeh geli melihat Gulf masih saja memejamkan matanya. "Kau berharap aku cium?"
"Tidak, aku sama sekali tidak berharap phi menciumku." Gulf sudah salah tingkah. Ia berdiri dan membersihkan sisa pasir dicelananya. "Ini sudah hampir siang. Aku tidak mau kita terlambat."
KAMU SEDANG MEMBACA
The First Word
RomanceSiapa sangka awal pertemuan Gulf Kanawut bersama Mew Suppasit di kota Osaka membuat liburan Gulf semakin menyenangkan. Liburan singkat yang bisa membuat jantung Gulf berdetak kencang. Namun bagaimana kah kelanjutan liburan Gulf? Apakah Gulf akan me...