Chapter 6

2 2 0
                                        


"Pisang kan punya jantung?" Tanya Dodo

"Iya...." Serempak mereka

" Itu jantung nya kalau dikagetin copot gak?"

"Bangke lu Do" mereka tertawa bersama melupakan segala masalah pribadi

" Nih lagi, tau nggak tumbuhan lidah buaya?"mereka semua mengangguk

" Apakah kalau lidah buaya nya kita cabut, buayanya jadi gagu?"

"Itu sih buaya nya kalau lu Do, baru jadi gagu" dan jangan lupakan tawa mereka disetiap jawaban yang Dodo berikan

"Itu yang dikonsumsi sama manusia ada zat besi!" Jeda Dodo sebentar dan mereka hanya mengangguk

"Pertanyaan nya kalau zat besinya nggak dipake, bakalan karatan nggak?" Hahahahahah  mereka tidak peduli  bahwa sekarang mereka menjadi pusat perhatian

" Kalau sel mati, apakah dia di kubur juga?" Hahahahahah

"Udah udah, gue gak nahan lagi" Stella meremas perutnya karena kelelahan tertawa

"Eits, satu lagi. Pernah liat sabun mandi nggak?"

"Ya pernah lah Dodot, itu mah gue pake tiap hari"

" Nah pertanyaannya, gimana cara dia mandi?"

Krik krik

Hahahahahah sudah, mereka tak kuasa lagi tertawa

                                     *****

Rabu, hari yang indah bagi kelas X IPA 1, terlebih untuk kaum perempuan. Pelajaran pertama membuat mood mereka bagus untuk memulai pelajaran selanjutnya.

"Ekhm, selamat pagi anak anakku" sapa Pak Eisen, guru matematika mereka.
Guru matematika? Pak Bonar? Ya, pak Bonar adalah guru matematika wajib/ umum, sedangkan pak Eisen adalah guru matematika peminatan. Mungkin sebagian besar tau itu

disekolah author  kira kira seperti itu untuk jurusan IPA

" Pak, bisa nggak jangan bilang anak anakku?" Sanggah Garetha dengan wajah Sik seriusnya

" Hm, ada masalah Garetha?" Bingung pak Eisen merasa tidak ada yang salah dengan kalimat yang diucapkannya

" Salah pak, saya itu bukan anak bapak lho"

"Lha, jadi kamu siapa? Kamu kan anak didik saya"

" Nah, kalo untuk dididik saya setuju pak, dididik jadi pelengkap keluarga kecil kita nanti" bisa ajh lu Maemunah teman  sekelas menyoraki Garetha. Sampai lupa, pak Eisen masih muda, masih umur 27 tahun

" Saya bukan anak bapak Lho, saya masa depan bapak, nanti saya yang akan mendengar setiap hari bapak ngucapin "selamat pagi anak ayah" pada anak anak kita nanti" tambahnya mengedipkan sebelah matanya

Pak Eisen bukan guru yang perlu ditakuti, beliau guru yang bisa menyesuaikannya kedewasaan nya dengan murid muridnya, mungkin beliau merasa hampir sama mudanya dengan siswanya.

"Sekolah yang bener, baru berani ngomong gitu" pak Eisen hanya geleng geleng dengan siswa satunya ini

"Pak pak, bapak tau enggak Menu apa yang saya tunggu dari bapak?" Tanya Pando, emang siswa sekelas ini pada gaje semua, entah apa yang membuat mereka berkumpul dia kelas yang katanya kelas unggulan ini

"Mana saya tau, emang saya waiters restoran yang nanya pesanan! Eh tapi apa, saya penasaran"

"Menu-nggumu tutup usia" ucap Pando penuh drama

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senior Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang