#-002

59 10 0
                                    

Pengalaman. Iya, dari sana gue tau apa itu berjuang. Meski gue cuma bolak-balik dan nggak terlalu berpengaruh atau ikut-ikutan seheboh mereka. Gue juga bukan aktivis keren kayak para perwakilan mahasiswa.

Tapi gue sadar, ada rakyat biasa yang butuh dibela. Lewat para pelajar di perguruan tinggi, mereka memberi amanah untuk menyampaikan pada pemerintah berharap bisa di dengar aspirasinya. Yang berpendidikan, siapa tahu di lihat oleh para pejabat.

Mata gue berair gara-gara nonton video kemaren. Walaupun saat di lapangan gue acuh, mengomentari aksi rusuh pada demonstran, dan malah sibuk dengan keadaan diri sendiri.

Tapi, dibalik semua itu, ada kisah yang bikin gue merasa- iya, ya. Paling enggak, kita memihak mereka yang nggak bisa berbuat apa-apa dibawah tangan pemerintah.

Gambar dari aplikasi video yang sangat terkenal di kalangan pemuda. Berinisial T yang nggak perlu gue sebutkan temen-temennya. Kayak Tiktok misalnya. Seorang bapak yang membagi-bagikan air ke para mahasiswa. Sungguh, gue terharu jadinya.

Bisa dilihat banget bahwa mahasiswa diandalkan dan diberi amanah untuk meminta pemerintah menghentikan undang-undang yang nggak masuk akal dan memberatkan. Padahal para petinggi dipilih untuk mensejahterakan, bukan menyengsarakan.

Masih penasaran dengan sisi lain unjuk rasa hari kemarin. Gue menemukan banyak video bagus. Dari yang konyol, sampai yang nekad tiduran di depan pasukan polisi. Manusia jaman sekarang, sulit terdefinisi.

Beralih ke yang uwu. Episode demo cari jodoh. Ada yang ngga dibuat-buat dan viral. Pasangan entah dari daerah mana tapi mampu membuat seluruh indonesia meronta-ronta jiwa jomblonya. Kisah si cowok yang melindungi ceweknya di tengah amukan massa.

Lalu nggak sengaja memencet pada gambar bergerak dan bersuara. Seorang laki-laki yang pamer baju identitas warna biru sambil berkata, "Buat si Mba yang bajunya kebawa saya-"

Oh! Gue jadi inget.

Baju yang gue dapet dari mas-mas. Astaga! Mana dari univ sebelah lagi. Mas-masnya pasti nyariin.

"Mas, pegangin tas saya dong." Gara-gara gue kesusahan benerin baju, terus nambahin sunblok sama rapihin kerudung.

Lagian, si Mas-mas pasrah aja. Disuruh begini begitu mau. Gue jadiin pacar juga mau kali ya. Lumayan, keren juga. Nggak tau kalo udah buka masker sama kacamata itemnya.

Dan hal itu pula, si Mas-mas malah menang banyak. Dia ngebawa wadah berisi make up dan ponsel gue. Astaga, begini banget sih. Dianya untung gede anjir dapet HP gue yang jutaan.

Atau, jangan-jangan ini rencana Tuhan. Barangkali aja ini skenario terindah kalo ternyata mas-mas itu jodoh gue. Oh my god.

Satu doa gue. Semoga aja ganteng. Amiiin.

Antara ikhlas dan enggak. Gue tetep harus merelakannya. Atau gue bikin pengumuman juga di sosmed?

'Barangsiapa yang kehilangan almamater dan memiliki tas make up untuk segera menghubungi princess.'

"Caaaa.. Ujan, tuh. Jemurannya."

Bertepatan dengan Jeno merebut ponsel miliknya yang gue pinjem. Pelit. Gue beranjak sebelum cucian kembali basah. Mendengus saat tau kain di tangan masih dingin. Udah kering sih, tapi kalo maksa di lipet dalem lemari malah bau jatohnya.

"Baik banget nyuciin Almet gue."

Idiiih!

"Ini punya pangeran gue." Sambil memakai di depan lelaki ini. Soalnya jelas banget kalo kepunyaannya itu pas. Nggak kegedean kayak yang gue dapet dari si Mas demo.

Icha's boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang