2. Kena razia

17 6 0
                                    


Satu kata saat aku menuliskan kata
'Bingung'

******

"Mati gua, mati!"

Sedari upacara bendera selesai, Lala terus saja mendumel di dalam kelasnya.

"Aduh... Lala, berhenti deh bilang gitu! Lo itu masih hidup, buktinya Lo masih nginjek tanah!" ucap Aira merasa jengah dengan tingkah Lala yang sedari tadi mondar mandir di mejanya sambil mendumel tak jelas.

"Aish... Aira! Lo itu nggak ngerti!" ucapnya menggigiti kuku kuku jarinya.

"IYA! GUA TAU KALO GUA GOBLOK!" kesal Aira memplototi Lala.

"SERAH RA! SERAH LO!" ucap Lala jengah dengan Aira.

"Eh La, guru tadi gans banget ya" ucap Aira kembali dengan sifat normalnya.

Dengan wajah yang senyam senyum sendiri sambil membayangkan wajah guru baru tadi.

"Idih, kek om om juga" jengah Lala memutar bola matanya malas.

"Ekhm!"

Tiba tiba, suara deheman dari seorang pria di ambang pintu memenuhi Indra pendengaran Lala dan seisi kelas.


Kelas yang tadinya ricuh bak kapal pecah langsung senyap seperti kuburan.

Lala tampak mematung di tempat, tatapannya terpaku pada sosok di ambang pintu dengan wajah datar dan tatapan tajam khasnya.

Begitu menusuk, dan itu terarah ke Lala.

Habislah dia!

Ini adalah kali kedua ia menyebut guru di depannya dengan kata  'om', dan itu langsung di depannya.

Dengan susah payah, ia menelan salivanya. Dan dengan kaku ia melangkah untuk kembali duduk di kursinya yang berada di pojok paling belakang kelas.

"Kamu yang berdiri!" sentak Farhan.

Lala menelan salivanya dengan kasar sekali lagi, dengan ragu ia menoleh ke arah guru barunya itu.

"Alamak, seram amat yak tuh muka" Batin Lala bergidik ngeri.

"I-iya pak? Saya?" ucap Lala seraya menunjuk dirinya sendiri dengan ragu.

"Memang ada siswa lain yang berdiri selain kamu?" tanya Farhan mengangkat sebuah alisnya

"Nggak ada pak" jawab Lala polos.

"Siapa nama kamu?" tanya Farhan dengan wajah datarnya.

"Aqila pak" jawab Lala seadanya.

"Duduk!" Perintah Farhan mutlak tanpa ingin di bantah.

Langsung saja Lala mengambil langkah seribu miliknya, dengan gesit ia kembali duduk di kursi kebanggaannya.

Iya, kebanggaan untuk molor di kelas pas pelajaran!

Suasana kelas menjadi tegang, aura mengintimidasi yang dikeluarkan oleh guru di depan mereka yang tak lain adalah Farhan, begitu menusuk.

Dengan langkah yang begitu berwibawa, ia berjalan menyusuri satu persatu bangku para penghuni kelas.

Sambil menatap mereka dengan tajam dan wajah yang datar, ia mulai memberikan siraman rohani.

"Sekarang! Mulai detik ini dan mulai hari ini, saya adalah guru BK yang baru! Saya menggantikan pak Subroto. Sesuai yang saya ucapkan saat upacara tadi, saya akan memulai operasi membrantas siswa urakan itu mulai hari ini!" ujarnya dengan penuh tekanan di setiap katanya, jangan lupakan aura mengintimidasi miliknya yang semakin mencekam.

Yes Sir! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang