Dia memang baik namun tidak tulus.
__//___//___//__
he has flaws
*
MATAKU berkeliaran ke sana-sini di dalam kampung, melihat apa saja yang retina mataku tangkap. Telingaku mendengar suara bising ibu-ibu kampung yang mengobrol ria, mendengar segala macam suara tangis anak kecil yang kehilangan permen ataupun mainannya. Dan bibirku ini hanya bisa tersenyum tipis saat berpapasan dengan orang yang tidak ku kenal, hanya untuk menjaga attidute di kampung orang.Aku, Aisla dan Cisala sedang ada di kampung tempat Jeje tinggal. Aku ingin meminta maaf atas kesalahanku tadi pada perempuan itu dengan cepat, menunda kebaikan adalah bukan hal yang tepat, maka dari itu aku langsung meminta Aisla mengantarkan aku ke rumah Jeje sekalian dengan Cisala yang memaksa untuk ikut.
"Jul, kamu bener ini tempat Jeje tinggal?" tanyaku.
Aisla yang berjalan di depan lantas menengok ke belakang dan mengangguk. "Iya. Kenapa nanya gitu?"
Aku menggeleng, walaupun itu hanya sia-sia karena Aisla tidak akan melihatnya. "Nggak sih, Shafa cuman takut lo lupa arah jalannya."
"Aku udah sering ke sini Shafa buat nonton drakor sama Jeje, tenang aja kali."
Kita bertiga memasuki sebuah gang kecil yang sangat sempit.
Aku sedikit mengangkat rok abu-abu panjangku, karena takut rok yang kupakai terkena cipratan air kotor yang ku pijak di gang sempit ini.
"Aisla, sa percaya ko tidak abuti menunjukkan arah tapi kenapa ini tidak sampai-sampai?" tanya Cisala yang berjalan paling depan.
"Kit-"
"Wah! Ini rame sekali." jawaban Aisla terpotong oleh seruan Cisala.
"Rame kenapa Cis ada apa?" tanya ku heboh, aku tidak bisa melihat ke arah depan karena tertutup badan Aisla.
"Ko liat saja ini." jawab Cisala. Perempuan itu berlari dengan tergesa-gesa.
"Cepet Jul!" titahku. Aisla dengan cepat mengikuti langkah kaki Cisala.
Ramai. Satu kata yang sudah mewakili apa yang ku lihat kali ini. Ternyata di ujung gang ini menghubungkan lapangan yang di isi oleh anak-anak kecil maupun remaja, juga terdapat pemukiman warga yang melingkari lapangan itu. Di sini lebih ramai daripada tempat yang pertama ku lewati tadi.
Aku melihat ke atas langit yang di mana terdapat banyak layang-layang yang di terbangkan dengan berbagai warna. Lalu pandanganku jatuh ke sekelompok anak yang berjongkok sambil memegang kelereng yang ada di tengah-tengah mereka. Di sini permainan tradisional masih ada, tidak seperti di komplek rumahku yang hanya di isi oleh sekelompok orang yang bermain gadget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijab Itu Di Pake
Teen Fiction"Tutup tu rambut! Gue bakal liat wajah lo, kalau ada hijab yang ngebalut kepala lo selamanya!" "Shafa ... hijab itu di pake!!" "Shaf usahakan keluar rumah pakai hijab, kamu sudah seharusnya menutup aurat." "Muslim? Rambut itu di tutup, jangan sam...