Three

2.3K 258 14
                                    

Beberapa kali pintu kamar Kezia di ketuk oleh Sandra, namun sang pemilik kamar masih enggan untuk membukakan pintu atau sekedar menjawab celotehan ibunya diluar sana.

"Kei cepetan buka, itu kasian lho Mara udah jauh-jauh kesini bawain kamu makanan."

Tok... Tok... Tok...

"Kei buka pintunya, kamu lagi ngapain sih di dalem?!"

Kezia yang baru saja keluar dari toilet lantas bersiap untuk mengganti bajunya karena dirinya sudah mandi barusan, dan ia pun masih tak memperdulikan celotehan ibunya yang begitu kekeuh menyuruhnya untuk menemui gadis cerewet itu.

"Kalo kamu nggak keluar Mama bakal potong uang jajan kamu selama sebulan, deal?" teriak Sandra dan tampak sedang tidak bermain-main dengan acamannya itu.

Ceklek!

"Nggak!" tolaknya singkat tetapi tegas.

"Nah gitu dong, lama banget sih buka pintu doang." omel Sandra. "Yaudah sekarang tolong kamu temuin Mara, kalau Mama liat kamu belum temuin dia satu menit dari sekarang. Uang jajan kamu beneran Mama potong Kei." tanpa menunggu respons sang anak kini Sandra memilih untuk ke dapur dan melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda gara-gara garam yang ada di rumahnya habis.

Kezia berdecak sebal. "Yang anaknya Mama tu gue apa tu cewek sih? Berasa anak pungut gue kalau gini caranya."

Tak butuh satu menit gadis tomboy itu sudah menghampiri Amara yang sedang menunggunya, gadis cantik itu tersenyum manis ketika dirinya mendekat ke arah dimana tempatnya duduk.

"Hai Kei." sapa Amara sombong nan bangga karena akhirnya bisa mengetahui nama gadis tomboy itu lewat Sandra, yaitu Mamanya Kezia.

Kezia menghela nafas malas lalu duduk di sebelahnya bahkan yang sempat membuat Amara terkejut ialah ketika Kezia yang begitu rapat duduk di dekatnya.

"Kei lo bisa geseran dikit gak sih? Gue nggak bisa gerak ini." desisnya mengeluh.

Kezia tidak bersuara.

Amara akhirnya menyerah lalu ia teringat sesuatu lantas membuka rantang yang di bawanya, Kezia yang sama sekali tidak tertarik pun hanya menatap layar televisi yang menyala dengan ekspresinya yang selalu datar.

"Oiya, sebelum kesini gue sengaja buatin lo gimbap, ini enak tau, mau coba gak? Pasti lo suka deh. Nih cepet cobain buka mulutnya aaaaa." instruksinya untuk membuka mulut tetapi gadis tomboy itu menghiraukan setiap kali Amara berusaha mengajaknya bicara.

"Ini buatan gue sendiri lho Kei, lo gamau nyobain?" rengeknya yang ingin di tanggapi.

"Gak!" jawabnya ketus nan singkat.

"Ish ... cobain dikit aja sih, nih buka mulutnya cepetan!" paksa Amara kemudian.

Plak!

"Gue bilang nggak ya nggak, lo ngerti bahasa manusia gak sih!" tolak Kezia kasar menepis tangan Amara yang akan menyuapinya.

Amara menggigit bibir bawahnya tertahan, dirinya kali ini merasa sakit, ia tak kuat dan ingin menangis saat ini juga. Matanya sudah berkaca-kaca dan dengan cepat ia mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Menaruh rantang itu perlahan di meja.

"Gak usah cengeng, lo jelek!" cibir Kezia dengan mulut pedasnya yang mengalahkan boncabe level 100.

Deg!

Baru kali ini ada orang yang mengatainya jelek, padahal selama dirinya hidup tidak ada yang pernah mengatakan kata itu selain Kezia sekarang. Dadanya sesak, rasanya Amara agak sulit untuk bernafas.

Pusillanimous [GxG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang