duo

42 4 0
                                        

Tidak terasa dua hari telah berlalu, saatnya aku kembali ke Florida dan mempersiapkan segala keperluan untuk peluncuran roket di akhir pekan. Dapat aku rasakan ibu menangis saat memelukku di bandara, begitu pun dengan kakak perempuanku dan ayah.

"Jaga dirimu baik baik, kami hanya bisa sesekali menghubungi NASA untuk menanyakan kabarmu.."

"Iya, aku akan terus berkabar dan jaga kesehatan ibu.."

"Ayah yakin kamu bisa, kembali lah dengan selamat dan ambil cuti yang panjang setelah kamu kembali."

"Hahaha baiklah, aku akan tinggal selama yang kalian mau setelah kembali nanti."

"Kamu berhutang untuk menceritakan bagaimana rasanya tinggal di bulan, jika kamu tidak menceritakannya, kamu harus mentraktir aku sesuatu."

"Aku akan ceritakan semuanya untuk kakak, jadi kakak juga harus berdoa agar aku bisa selamat pulang ke rumah."

Setelah saling bertukar kata terakhir, aku segera pergi menuju ruang tunggu. Pesawatnya akan berangkat sebentar lagi. Setelah aku melangkah, aku tidak sanggup untuk menoleh kebelakang, meski aku masih bisa mendengar ibu dan kakak meneriakkan kata sampai jumpa. Berangkat ke Florida tidak pernah semenyesakkan ini, untuk pertama kalinya aku menangis saat pergi meninggalkan rumah.

🌌🌌🌌

Sejak pagi buta, aku sudah bersiap untuk peluncuran hari ini. Sekarang adalah waktunya, hari dimana aku akan pergi ke bulan.

Semua barang-barang pribadi aku titipkan pada Eric, kami sudah berteman cukup lama dan aku percaya jika ia bisa menjaga apartemen kecil ini untuk sepuluh tahun mendatang. Termasuk ponsel, rekening, dan benda berharga lainnya aku serahkan semuanya pada Eric.

Pukul lima pagi aku sudah sampai di pangkalan John F. Kennedy dan sudah banyak wartawan yang menunggu meski peluncuran baru akan dilakukan pukul empat sore.

"Jae, apa kau tidak ingin menelepon keluargamu sebentar?" Tanya Eric, tangannya terulur memberikan ponsel yang sejak kemarin malam sudah kutitipkan.

Aku menatap ragu ponsel itu, aku tidak ingin pergi setelah mendengar ibu kembali menangis. Tapi aku juga tidak tenang jika tidak mengabari mereka dan melewatkan kesempatan untuk bicara.

"Nanti saja setelah makan siang."

"Kau bercanda, sekarang kita sedang menunggu makanannya datang..."

"...aku mengerti, tapi setidaknya bicaralah sebentar sebelum kau pergi, kau tidak akan bisa bicara dengan mereka selama sepuluh tahun, kau tau itu."

Aku menerima ponsel itu dan menjauh. Aku memilih untuk menelepon kakak perempuanku, aku yakin dia tidak akan menangis hari ini.

"Hallo?"

"Hai kak.."

"Wah, lihat ini siapa yang menelepon. Bagaimana persiapannya? Apakah semuanya lancar?"

"Semuanya sudah diperiksa dan aku akan pergi pukul empat sore nanti."

"Baiklah, hati hati dalam perjalananmu, aku hanya bisa menunggu kabar kamu sampai dengan selamat melalui media."

"Aku mengerti. Apa kakak sedang sibuk?"

"Tidak, aku libur hari ini. Ibu memintaku cuti agar bisa melihat siaran langsung peluncuran roketmu hari ini. Apa kamu ingin bicara dengan ibu?"

Asteroid 325 [ PJH x PJM ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang