Rasanya tubuhku terlempar hebat hingga terdorong ke belakang. Langit yang semula biru dengan cepat berganti menjadi cahaya putih yang menyilaukan mata. Suara di sekitarku begitu bising, aku sangat ingin menutup telinga namun aku harus tetap sadar dan mengendalikan tuas kemudi agar roket ini selamat hingga sampai di luar angkasa.
Perjalanan menembus awan ini sangat menakjubkan. Melihat bagaimana bagian depan roket membelah awan, sampai di atmosfer paling atas hingga seluruh pemandangan di depanku berwarna hitam.
Aku dapat mendengar suara pengawas yang jauh di bumi mencoba memanggilku, memastikan bahwa sinyal kami masih tersambung dan aku masih dapat mendengar suaranya. Karena tidak lagi terikat dengan gravitasi, roket yang ku tumpangi kini melaju dengan sangat lambat. Aku harus mengerahkan segala kekuatan untuk menjaga roket ini agar tetap melintas di jalaninya agar dapat sampai di bulan. Akan sangat merepotkan jika aku tersesat di ruang angkasa, hahaha
Radar mengatakan jika untuk sampai ke bulan, aku masih harus menempuhjarak hingga 378 km lagi dan sepertinya akan butuh waktu hingga tiga hari.Semoga saja tidak ada hambatan. Disini, aku tidak bisa mengemudikan roketseperti aku mengemudikan mobil di bumi. Aku harus ekstra hati-hati agar tidakmenabrak sesuatu dan tentunya aku harus berkendara dengan kecepatan tinggi.Tidak ada pemandangan yang bisa aku nikmati karena seluruhnya hitam gelap danpenuh dengan meteor. Pengawas di bumi mengatakan bahwa peluncuran hari inisukses, dan siaran langsung baru saja selesai. Namun sepertinya berita tentangkepergianku ke angkasa masih akan menjadi berita hangat hingga seminggukemudian.
Aku masih memegang kemudi hingga aku merasakan bahwa perutku kembali keroncongan. Aku lihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul sebelas malam waktu bumi bagian Florida. Aku mengaktifkan mode kendali otomatis dan istirahat sejenak. Ah, sebenarnya aku tidak bisa benar-benar istirahat sebelum sampai di bulan, akan sangat berbahaya jika aku tertidur dan melihat jalan. Terlebih kali ini aku hanya pergi sendiri, jadi tidak ada yang menggantikan aku di kursi kemudi.
Setelah melepas helm dan mengambil makanan, aku kembali duduk di kursi kemudi dan melihat bagaimana kendali otomatis menjalankan roket ini. Ya, seperti yang telah aku katakan sebelumnya, tidak ada yang bisa aku lihat disini karena seluruhnya gelap, dan tidak ada spion untuk melihat bumi di belakang. Sesekali aku memperhatikan bentuk batuan yang melintas, tidak lupa sambil bersyukur karena ternyata alam semesta ini masih sangat luas untuk di jelajahi.
Tidak banyak hal yang aku lakukan selama tiga hari perjalanan menuju bulan. Hanya mengendalikan roket, makan, tidur jika keadaan aman, sesekali menjawab panggilan dari pengawas, memperhatikan radar apakah jalannya benar, dan sesekali ke kamar kecil untuk menuntaskan panggilan alam. Rasanya sangat gerah karena aku belum melepaskan baju astronot selama tiga hari ini, dan ketika radar menunjukkan jika jarak bulan sudah tinggal 10 km lagi, aku merasa sangat senang. Aku ingin mengistirahakan diri begitu sampai di bulan.
Dari jarak yang sudah semakin dekat, bulan tidak lagi terlihat seindah penampakannya yang biasanya aku lihat di bumi. Permukaannya sangat tidak rata dan terlihat pucat. Aku mulai mempersiapkan diri untuk mendarat dan berusaha mencari tempat terbaik. Tidak lupa aku juga berkoordinasi dengan pengawas yang ikut melihat proses pendaratan. Aku harus benar-benar fokus agar tidak terjadi kesalahan.
Proses pendaratan yang cukup menegangkan akhirnya berhasil dan aku sudah mendarat dengan selamat. Untungnya aku bisa menemukan suatu tempat yang tidak banyak gelombang atau bagian cekung dan juga berbukit. Setelah memastikan keadaan disekitar aman, aku mematikan mesin dan mencoba untuk keluar. Bagaimana atmosfer bulan? Apakah seperti apa yang aku bayangkan?
Saat pintu roket terbuka, wah, rasanya angin bulan begitu berbeda. Bukan, ini bukan angin, tetapi kondisi bulan sangat berbeda dari apa yang aku bayangkan, aku tidak bisa mendeskripsikannya lewat kata-kata. Aku mencoba untuk melihat sekeliling, dan saat aku melihat ke belakang roket, aku begitu takjub melihat bumi dari sini.
Aku bisa melihatbagian sisi gelap dan terang bumi dan ini begitu menakjubkan. Wah, aku bisamelihat dengan jelas bagaimana bentuk benua dari atas sini, dan jauh dibelakangnya lagi, terlihat matahari yang bersinar sangat terang, hingga rasanyajika aku bergerak menuju Venus, aku akan merasa seperti ada di sauna. Selamabeberapa saat aku berkeliling, dan setelah puas melihat segalanya, aku Kembalike dalam roket dan berganti pakaian. Setelah itu melapor pada pengawas jika akuingin istirahat selama beberapa saat dan akan kembali menghubungi mereka jikaaku sudah siap untuk mejalankan misi.
🌌🌌🌌
Saat aku terbangun, aku tidak bisa menebak sudah berapa lama aku tidur karena pemandangan diluar tetaplah hitam. Jam menunjukkan pukul 05:00 pagi waktu Florida, jika masih di bumi aku akan memilih untuk tidur kembali karena masih terlalu pagi untuk beraktivitas. Bisa aku katakan jadwal tidurku menjadi berantakan karena perjalanan selama tiga hari itu, dan sepertinya aku akan mencoba untuk menyesuaikan waktu dan tetap beraktivitas seperti biasa walau sedang berada di bulan, jadi aku memilih untuk kembali tidur dan menyetel alarm pukul tujuh pagi.
Namun tiba-tiba saja radar berbunyi, menandakan ada sesuatu yang bergerak menuju roket. Aku sangat panik, apakah ada sesuatu yang akan membentur bulan? Dari pendeteksi tertulis bahwa itu juga merupakan pesawat luar angkasa yang bergerak dengan kecepatan penuh menuju bulan, dan benar saja aku dapat melihat sesuatu yang mirip roket bergerak menuju tempatku. Dengan terburu-buru aku mencoba menggerakkan roket agar menghindar. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi sehingga astronot itu tidak bisa mengendalikan roketnya yang akan mendarat. Satu lagi, bukankah hanya aku yang sedang bertugas kali ini? Dari perusahaan mana roket itu berasal? Dan siapa astronot yang ada di dalam roket itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Asteroid 325 [ PJH x PJM ]
Fanfiction"Bahkan kebohoganmu tidak membuatku lupa jika aku pernah menyayangimu. Aku kembali ke bumi dalam keadaan hampa, semoga kita bisa kembali bertemu.." - Park Jaehyung © Eun Ahra - 2021