RUANG RAPAT POV
"lucas???" taeyong menatap jaehyun dengan bingung. ia baru saja di beritahu bahwa gadis yang menusuk hanna itu bernama karina dan gadis itu juga suruhan lucas, yang notabene nya lucas adalah teman kampus mereka dulu dan kabarnya lucas sedang berada di hongkong.
"berarti gadis itu kiriman dari hongkong?" alis taeyong terangkat. jaehyun mengangguk.
"lucas mengirim karina dari hongkong menggunakan pesawat pribadinya hanya untuk membunuh ketiga perempuan,bagian dari kita. itu artinya ada alasan penting dibalik tugas pembunuhan ini." jelas jaehyun dan di angguki seluruh member disana.
cklek.
pintu ruang rapat dibuka dan menampakkan asha dengan menampilannya yang berantakan. ada bercak dari di ujung sepatunya rambutnya juga acak-acakan telapak tangannya memerah. tetapi seluruh penghuni ruangan sama sekali tidak terkejut dengan penampilan seperti itu, sudah sangat familiar bagi mereka.
"bagaimana keadaan perempuan itu?" tanya winwin. tetapi gadis itu hanya menatapnya sekilas dengan pandangan lesu, asha hanya menggidikan bahu dan berjalan menuju kamar mandi.
sejak keluar dari ruang bawah tanah -tempat karina dikurung- tiba-tiba saja asha menjadi lemas entahlah..
seluruh member berpandangan dengan bingung. tetapi tak lama kemudian mereka kembali merunding perihal penyelidikkan yang harus segera mereka laksanakan.
"taeil hyung seperti biasa , tolong gali informasi kalau perlu kirim agen untuk menyamar di perusahaan lucas." ujar taeyong yang di balas anggukan oleh taeil.
"apa kita perlu memperketat keamanan sekitar mansion?" usul yuta. taeyong menggeleng.
"ketiga gadis itu bisa menjaga diri mereka masing-masing."
"bagaimana dengan ruang rawat hanna?" sahut haechan.
"aku akan memberi empat penjaga di tempat tersembunyi disekitar ruang rawat, dan menambahkan beberapa cctv dengan keamanan khusus bila kamera itu menangkap sosok tidak dikena maka sirine akan berbunyi. ah, juga dua penjaga tambahan di depan pintu ruang rawat." semuanya mengangguk paham.
"yasudah, rapat selesai." ujar taeyong membubarkan. seluruh penghuni ruangan bangkit dari duduknya dan beranjak dari ruangan. asha baru saja keluar dari kamar mandi dan kemudian ikut keluar dari ruang rapat.
***
asha memasuki ruang rawat sahabatnya itu. dirinya hanya bisa menatap sendu melihat wajah pucat hanna, kaki nya melangkah dengan perlahan menuju brankar kemudian mendudukan bokongnya di kursi samping brankar tersebut. tangannya bergerak pelan untuk menggenggam tangan hanna dan mengusap nya pelan.
matanya berembun, hingga setetes liquid jatuh membasahi pipi gadis itu kemudian disusul dengan yang lainnya. asha memejamkan matanya dan menghela nafas.
'sungguh, aku bersumpah akan membunuh wanita itu! aku takkan memaafkannya sampai kapanpun.'
cklek.
suara pintu terbuka berhasil mengalihkan atensi gadis itu. sontak ia menoleh. ternyata doyoung yang datang.
"kak doyoung?" asha segera mengelap pipinya yang basah dan memasang senyum terpaksa gadis itu berdiri. doyoung membalas senyuman asha dan berjalan mendekati gadis itu.
"bagaimana keadaan nya?" tanya doyoung setelah duduk di kursi satunya. senyuman asha mendadak luntur, di ganti dengan gelengan lemah. doyoung kembali tersenyum lembut, tangannya terulur untuk mengusap rambut asha.
"jangan bersedih terus, kaka yakin hanna pasti sembuh" doyoung terkekeh. asha mendongakan kepalanya dan membalas tatapan doyoung.
"bagaimana caranya dia sembuh kalau tidak ada yang mendonorkan darah untuknya sama sekali?!" tanya gadis itu tak santai. doyoung sedikit tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA LOVE STORY | NCT 127
Fanfiction[FanFic] [On Going] [Mafia] [non baku] "gabung atau mati?."