Lost In Thought 4

292 42 39
                                    

Karena sudah lama vakum.  Next lagi lah yak. Jadi jangan lupa vote nya. Kalo bisa dari part 1. Untuk yang belum. Yuk bisaa yukkk...
-
-
-

Udara mulai dingin, setiap helaan nafas mulai mengeluarkan uap putih yang keluar dari hidung, maupun dari hembusan nafas yang keluar dari mulut ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara mulai dingin, setiap helaan nafas mulai mengeluarkan uap putih yang keluar dari hidung, maupun dari hembusan nafas yang keluar dari mulut ku.

Hari mulai beranjak sore. Langkah kaki ku dan team terus membelah hutan tanpa lelah. Bila bisa mengeluh, aku ingin beristirahat sebentar lagi. Tapi sepeluh menit yang lalu aku dan team baru saja melakukannya.

Aku menyentuh pundak ku yang masih menggandong tas yang terbilang berat untuk ukuran tubuhku ini.

Entah berapa lama lagi aku harus menyusuri hutan ini.  Dan apa aku mulai menyesal karena terlanjur berada disini?

"...Bila aku tidak lolos dari ke sengsaraan disini. Entah apa yang akan aku perlihatkan kepada orang tua ku. Karena aku tidak ingin kembali mengulang semester tahun ini, hanya karena enam hari disini."

Aku mendengarkan percakapan dua orang wanita yang berjalan di belakang ku. Karena saat ini, aku tengah berjalan berbaris dengan dua barisan memanjang, menyusuri hutan untuk sampai ke tempat dimana Camp kami berada. Disamping ku yang saat ini, entah siapa dia, tengah berjalan sejajar dengan ku. Dia adalah anak angkatan yang sama dengan ku, namun dia sangat pendiam bila ingin di banding kan dengan ku. Jadi aku tidak tau siapa dia.

"Kau benar, aku bukan orang kaya. Jadi untuk bisa di terima disini saja aku sudah sangat ber syukur. Dan apabila aku harus gagal disini. Entah apa yang harus ku lakukan setelah ini. Kau tau, uang segalanya untuk semua hal. Bahkan untuk pendidikan. Sedang kan untuk ku. Masih bisa makan dan mempunyai rumah sederhana pun aku sudah sangat bersyukur."

"Tenang, kita hanya perlu lebih fokus dan bisa meminimalisi segala macam kesalahan. Entahlah, melihat ada dia di sini... Aku jadi berharap lebih kepadanya." Saut yang satunya lagi sambil menunjukan dagu nya ke arahku.

Aku memgangkat alisku. Kenapa aku juga di sangkut paut kan ke dalam obrolan mereka?

"Semoga saja si jenius memang bisa di andalkan."

Aku mendengar dengusan yang sangat kasar di arah sampingku. Ternyata gadis di samping ku juga sedikit agak terganggu dengan obrolan mereka.

Aku kembali membenarkan letak tali tas ku agar kembali terasa nyaman di punggungku, walaupun terasa mustahil, karena rasa pegal kembali menyerang dua detik selanjutnya.

"Ayo semangat, di depan tempat pemberhentian kita sebenarnya." Aku melongokan kepalaku ke arah depan untuk melihat keberadaan Dokter Nic di bagian barisan paling depan. Anggap lah seperti sang pemandu saat ini. Tapi lupakan, karena nyatanya dia adalah pembina Team ku saat ini. Entah keberuntungan atau kesialan untukku.

Saat pembagian pembina Team, entah kenapa team ku harus bersanding dengan nama nya. Tapi ada untung nya juga Dokter Nic menjadi pembina ku. Karena tidak ada lagi yang bisa memahami keadaan ku saat ini sebaik dirinya. Untuk saat ini.

MD: Lost In Thought | 🔛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang