Tenda yang cukup luas hanya untuk empat orang. Hans membagi kami secara acak. Bagian wanita dan pria sebisa mungkin dia pisah. Dan hal itu tentu langsung di setujui pihak wanita.
Aku memasukan tas dan juga beberapa peralatan yang aku dapatkan tadi-dari kerja keras team ku- kedalam tenda. Membentangkan kantong tidur dan membuatnya senyaman mungkin.
"Kasihan sekali team yang belum sempat memasang semua tenda. Kau lihat wajah frustasi mereka? Beruntung mereka membawa kantong tidur. Itu pun bila tidak hujan."
"Bila hujan nanti malam, tamat lah mereka. Pasti semua barang mereka basah."
Aku melirik teman satu tenda ku.
Jasmine, Cena, dan juga Wendi. Mereka gadis yang cantik. Berambut merah, coklat pekat, dan caramel. Mereka juga lah yang memilih ku untuk satu tenda. Dan aku rasa tidak buruk juga. Mereka terlihat ramah dan nyaman bila di ajak berkumunikasi. Kecuali Wendi. Mungkin.
"Beruntung lah kita hanya satu tenda yang tidak terselesaikan. Itu pun karena patah penyangganya. Tidak bisa berdiri sama sekali. Beruntung nya tenda terakhir roboh setelah tantangan berakhir."
"Itu karena Fred yang terlalu semangat..."
"Jangan menyalahkan siapa pun. Semua orang hari ini sudah ber kerja keras. Penyangga itu memang sudah patah sebelumnya kan." Sahut ku sambil membenarkan letak kantung tidur ku lagi.
"Ya ya. Berkat mu juga kami bisa membangun empat belas tenda walaupun terdengar mustahil." Wendy melipat lengan kaus nya setelah bagiannya sudah rapih.
"Aku juga tidak percaya bisa melakukan hal se gila itu." Cena mengelus bibir kering nya yang langsung basah ketika lidahnya menyapunya.
"Ah sial. Perutku keram. Aku lapar sekali." Jasmine menyentuh perut sebelah kirinya.
"Asam lambung mu naik?"
Jasmine mengangguk. Aku segera mengeluarkan biskuit di tas ku dan membuka tas kecil berisi obat obatanku. Ternyata dugaan ku benar. Obat obatan ini akan berguna secepat ini.
"Kunyah itu sebelum kau memakan biskuit nya." Aku memberinya sebutir Antasida. Tablet untuk pencegahan, sebelum lambung nya pecah karena terlalu banyak menampung gas asam di dalam nya. Terlalu berlebihan. Aku tau.
"Oh aku tersentuh. Boleh kah aku memakannya juga?" Cena mengedip beberapa kali.
Aku menyodorkan obat di tanganku. "Antasida? Tentu, makanlah. Karena aku tau hari ini belum berakhir."
"Damn Can, biskuit. Antasida not my style..."
Jasmine berdecih tidak suka. "Your ass Cena..."
"I know Cen. Ambil lah." Aku semakin terkikik geli.
"Kau juga makan." Jasmine mengulurkan Biskuit di tangannya.
"Heyy... Cepatlah bergegas. Kita harus selesai sebelum Hans kembali memanggil kita." Wendi yang sedari tadi diam mulai mengeluarkan suaranya. Ia memakai kembali sepatunya di pintu masuk tenda.
"Tunggu dulu. Aku lihat, disini tertulis kita harus selalu membawa note dan pena. Apa kalian sudah membawanya? " Cena bertanya sambil mengunyah.
"Cek." Jasmine menepuk kantong celanya sambil menyuap biskuit kedalam mulutnya lagi. Aku juga menunjukan buku note kesayangan ku.
"Note yang bagus. Aku yakin, banyak hal yang berharga disana."
Aku langsung memeluk buku note ku. Apa aib ku bisa di sebut berharga juga? Mungkin.
"Kau juga harus mencoba ini Candy." Jasmine mengambil sesuatu di tas nya dan kembali menyuapiku apa yang di keluarkan nya. "Makanan Khas Mexico, favorit keluargaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
MD: Lost In Thought | 🔛
DragosteMy Doctor #Book2 Bukan hanya dirimu saja yang terkejut akan kehadiran nya. Dan bukan pula aku mencoba untuk menolaknya. Kehadirannya adalah suatu anugerah. Tapi... kenapa dia harus harus hadir di waktu yang tidak tepat ?. Dengan kondisi ku dan dirin...